Rabu, 24 Juli 2013

Ujian kesabaran

Tugas kantor mengharuskan aku untuk tidak bisa pulang selama 2 malam. Sungguh sangat tidak mengenakkan terjadinya di bulan Ramadhan. Terbayang betapa repotnya suamiku menyiapkan makan sahur dan membangunkan jagoanku yang susah bangun. Biasanya itulah tugasku. Pengen rasanya pulang saja biarpun hampir tengah malam. Tapi suamiku melarangnya. Akan banyak mudhorotnya jika aku pulang tidak ada yang menjemput di stasiun karena harus menjaga anak-anak. Pengasuh kami hanya sampai sore hari. Malam adalah full tugas kami sebagai ortu untuk menjaga anak-anak. Disamping itu, tubuhku yang memang tak bisa mentolerir kelelahan sangat akan langsung ngedrop hingga berhari-hari.
Akhirnya aku mengalah. Meski begitu, rasanya makanan hotel tak tertelan, tidurpun tak lelap.
Dan pagi ini setelah melalui malam yang berat, aku sengaja pergi ke kantor dari hotel tempatku menginap menggunakan angkot. Tak disangka, dapat sopir angkot yang rada nyeleneh. Sudah ngetemnya amat sangat lama, temperamental pula. Semua orang diomelinnya. Pas di lampu merah, kami penumpang yang tinggal 3 orang disuruhnya bayar dan turun. Hmm benar-benar ujian kesabaran. Barangkali Allah mendengar doaku kemarin yang ingin jalan kaki. Jadi sekaranglah saatnya. Turun dari angkot, aku melanjutkan dengan jalan kaki menuju kantor meskipun sudah terlalu siang. Kepalang tanggung pikirku.
Yang menjadi perhatianku, sikap sopir yang tidak baik itu ternyata telah menghalangi turunnya rejeki kepadanya. Betapa tidak. Beberapa anggkot yang sama-sama ngetem, tak lama langsung penuh, sedangkan dia, sampai beberapa lama baru ada yang naik satu-satu.
Tak apalah. Allah telah mengirimkan pelajaran kesabaran sepagi ini, semoga menjadikan puasa ini makin diberkahi. Aamiin