Senin, 11 Agustus 2014

Mengapa Harus Bunuh Diri?


"Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu." (QS 57:20)
Membaca berita meninggalnya aktor kawakan Hollywood, Robbin William, membuatku teringat sebuah ayat Al Qur’an yang kubaca pagi ini. Robbin diindikasikan meninggal bunuh diri akibat depresi akut. Padahal ia seorang aktor komedi yang banyak membawa inspirasi, banyak membuat penonton di seluruh dunia tertawa, membuat penonton rileks dari ketegangan yang tengah mendera. Begitulah aktor, tak selalu yang tampak dihadapan penonton adalah kehidupannya yang sesungguhnya. Boleh saja ia aktor komedi yang banyak tertawa, nyatanya hidupnya menderita atau mengalami depresi. Boleh saja di depan layar dia tampak seperti manusia yang paling menderita atau yang paling jahat, nyatanya dia orang sangat bahagia atau memiliki hati seperti malaikat.
Namun, seperti halnya ayat di atas dan juga lagu Godbless di era tahun 80an, dunia ini hanya panggung sandiwara. Namanya juga permainan, sandiwara, pastilah ada sutradara yang telah menyusun jalan cerita secara keseluruhan. Kita semua yang ada di dunia ini hanyalah pelakon sandiwara, harus menerima segala cerita yang telah disiapkan oleh Sang Sutradara Tunggal. Mau ceritanya sedih, gembira, merana, bahagia, lurus saja, rumit, dsb. terserah pada sutradara meskipun jalan cerita itu terkadang tak sesuai dengan harapan para pelakon.  Adakah yang bisa dilakukan oleh pelakon? Tentu saja tetap ada. Jika ia tak setuju dengan jalan cerita ia bisa menyampaikannya pada sutradara yang bisa saja menyetujui masukan dari pelakon jika masukannya sesuai. Tapi bisa saja sutradara akan keukeuh melanjutnya jalan cerita seperti yang dinginkannya. Pada kondisi tersebut, ada yang namanya usaha yang dilakukan oleh pelakon, dan pada saat sutradara menolak masukan, pelakon wajib berserah.
Itulah sesungguhnya kehidupan di dunia ini. Semuanya telah ditentukan oleh Sang Pencipta sebagai Sutradara Tunggal. Dialah Yang Maha Tahu apa yang terbaik untuk hamba-Nya. Karena yang terbaik itu tak selamanya indah. Bukankah jika kita sakit harus minum obat? Dan obat itu biasanya pahit rasanya. Bukankah saat kita bersekolah dan mau naik kelas kita akan menghadapi sebuah ujian yang bermacam-macam? Ada ulangan harian, ujian tulis, ujian lisan, ujian praktik, ujian semester, sampai dengan ujian nasional. Semakin tinggi tingkatannya semakin sulit soalnya. Begitulah halnya dengan manusia, musibah dan penderitaan sesungguhnya bisa saja obat atau ujian untuk meningkatkan derajatnya. Tapi banyak yang tak menyadarinya dan menganggapnya hanya nasib buruk berikut menyesalinya secara berlebihan. Pada saat mengalami musibah atau ujian memang pastilah sangat berat. Tapi sebagai hamba yang beriman dan yakin bahwa kita tak lebih dari pelakon, tetap harus menerima keadaan tersebut. Dan fungsi keluarga, kerabat, saudara, sahabat, pada saat itu akan sangat membantu meringankan beban yang sedang dialami. Dan bahwasannya setelah usainya kehidupan di dunia ini, ada kehidupan lain yang lebih kekal, yakni kehidupan akhirat. Itulah yang lebih patut kita persiapkan.
Jika kita benar-benar meyakini hal tersebut, dan memegang teguh 4 kunci sukses menjadi pelaku sandiwara dunia yakni iman (yakin pada Sang Sutradara), berusaha, doa, dan tawakkal (berserah), In Shaa Allah, selamat dunia akhirat. Aamiin. Semoga kita semua termasuk orang-orang yang demikian. Tak perlu ada Robbin William jilid 2 ataupun permintaan legalitas bunuh diri oleh Ryan yang notabene sarjana S2 dari salah satu perguruan tinggi ternama di Indonesia.
***
Note:
Tulisan ini hanya pemahaman awam penulis yang sedang belajar tentang kehidupan dengan membaca jalan cerita pribadi ataupun kisah lain di sekitarnya.

Minggu, 10 Agustus 2014

Di manakah HAM itu?

Sedih sekali pagi ini membaca berita tentang pelarangan buku-buku Islam dan Salinan Al Quran di Crimea, Rusia.
http://www.eramuslim.com/berita/dunia-islam/salinan-quran-sirah-nabawiyah-muhammad-saw-dilarang-beredar-di-krimea.htm#.U-gXNaPDbgs
Ditambah pula dengan pelarangan Muslim berjanggut dan Muslimah berjilbab untuk naik bus di China.
http://www.eramuslim.com/berita/dunia-islam/muslim-berjenggot-muslimah-berjilbab-dilarang-gunakan-bus-umum-di-china.htm#.U-gYeKPDbgs
Lengkap pula dengan kekejaman Israel terhadap Palestina yang terus berlangsung dan tak juga mendapat tanggapan yang layak dari PBB maupun negara-negara besar yang selama ini lantang berteriak tentang kebebasan HAM. Nyatanya tak ada yang namanya HAM itu. HAM tidak berlaku untuk ummat Islam, meskipun ummat Islam banyak tertindas. Sementara itu, label TERORIS hanya pantas disematkan untuk ummat Islam, meskipun pada kenyataannya ajaran Islam sangat jauh dari makna teroris. Islam sesungguhnya itu damai dan indah serta sangat toleran terhadap agama lain. bahkan wajib melindungi ummat agama lain yang tak memusuhi Islam.
Jadi dimanakah keadilan? Media nyata dikuasai kaum yang memusuhi Islam sehingga pemberitaan yang menyudutkan ummat Islam demikian santer ditiupkan, sebaliknya  pemberitaan terhadap pelecehan dan penistaan Islam minim diberitakan.
Kewajiban kita sebagai ummat Islam untuk meluruskan pemberitaan, menampilkan wajah asli Islam yang cinta damai, santun dan senantiasa menebarkan akhlaqul karimah. Karena disitulah esensi Islam yang sesungguhnya.

Senin, 04 Agustus 2014

Catatan Ramadhan





 Cepat sekali Ramadhan berlalu. Bagaimana target Ramadhanku tahun ini? Secara kuantitas, In Shaa Allah lumayan tercapai, secara kualitas, huaaa...... hanya Allah yang tahu. Yang jelas, banyak sekali kejadian dalam bulan Ramadhan tahun ini yang In Shaa Allah bisa diambil hikmahnya.

 Huraay, pulang cepat! Kalau PNS yang lain pasti bengong baca kegembiraanku ini. Emang udah biasa kale kalo Ramadhan pulang lebih cepat sesuai instruksi Menpan. Iya sih. Cuman baru tahun ini aku bisa pulang jam 16.00 WIB. Biasanya jam 16.30 WIB dan nggak pernah bisa buka di rumah. Hiks, sedih. Sekarang udah enggak ngiri lagi sama temen kementerian lain yang pulang jam 15.00 WIB selama Ramadhan. Jam 16.00 itu sudah sangat luar biasa bisa mewujudkan mimpi selama belasan tahun untuk bisa buka di rumah bersama keluarga walaupun kadang nggak keburu Magrib juga kalau KRL pake acara ngambeg. Thanks to pak Menteri, semoga Allah memberkahimu.
Pilpres. Nah yang satu ini bikin panas dingin juga nih. Suka sedih baca media yang berpihak secara keterlaluan. Apalagi lapak medsos yang penuh dengan hujatan dan fitnahan. Udah nggak bisa dibedakan lagi mana yang benar dan fitnah. Sesama temen berantem. Duuuh, ini Ramadhan gitu loh. Saatnya memperbanyak ibadah, bukan beradu debat nggak jelas, beradu fitnah tanpa fakta, saling lempar makian kasar, dll. O la la, jadi sempat remove salah seorang teman medsos yang sebenernya aku juga nggak kenal dia sih, berteman karena persyaratan lomba. Asli tadinya aku nggak pengen remove, mikirnya aja sampe berhari-hari. Tapi demi menjaga hati, maaf ya teman, aku remove dirimu. Yakin kamu tak akan kehilangan aku, wong kita juga sebenernya nggak kenal. 
Di kantor pun riuh debat pilpres. Buat apaan coba, mendingan banyakin tilawah, toh kita sama-sama nggak tahu kebenaran aslinya kedua calon itu. Silahkan mencari referensi sebanyak-banyaknya, berpikirlah rasional, dan tentukan pilihan dengan basmalah, setelah itu soal hasil serahkan kepada Sang Pencipta. Dialah yang Maha Tahu apa yang terbaik untuk hambanya. Yang terbaik tak selamanya menyenangkan, kan?
Hasil pilpres sudah diumumkan. Ada yang menang, ada yang kalah. Itu wajar. Dan jika yang menang tak sesuai harapan, berbesar hatilah. Itu bisa saja berkah yang kita tak sangka jika yang terpilih ternyata benar membawa kebaikan, dan itu bisa saja ujian/peringatan buat kita jika yang terpilih membawa kemudhorotan. Sudahlah, yuuk kita terus bersatu, mejaga ukhuwah. Banyak hal lain yang mesti kita perjuangkan. Sudah cukup umat Islam dipecah belah. Makanya kita nggak pernah punya suara yang kuat karena selalu digerogoti tetek bengek macam HAM dan toleransi. Sudah sangat jelas Islam adalah agama yang sangat toleran. Tapi soal agama, sudah jelas batasannya. Titik. Itu harga mati. Makanya Syiah dan kaum sekuler berkembang pesat. Karena kita sangat mudah dipengaruhi dalih2 globalisasi.

Batal mudik. Mudik yang katanya rempong banget itu ternyata menyenangkan dan selalu dirindukan. Bukan untuk pamer harta atau keluarga, tapi rindu berkumpul bersama dengan keluarga besar yang kalau nggak lebaran, mana bisaaa. Dan Lebaran ini kami sekeluarga terpaksa absen. Kondisiku yang habis kena gejala tipes membuatku tak berani menantang lelah bermobil ria menempuh jarak ribuan kilo (he he he itu kata bang Iwan Fals. Kalau aslinya sih sekitar 750 km). Mau naik kendaraan umum sudah tak mungkinlah, waktunya terlalu mendadak. Apalagi dananya memang cupet.
Kecewa? Adalah, dikit. Tapi aku bisa melihat banyak sekali hikmah di dalamnya. Rusaknya jembatan Comal, pastilah akan membuatku kelelahan kalau jadi mudik. Lalu dana pendidikan anak-anak tahun ini yang lumayan menguras tabungan, untunglah nggak jadi mudik, kirim angpao aja buat ortu yang banyak. :) Dan terpenting, ortu mendapat panggilan ke Baitullah tahun ini setelah sebelumnya sempat terkena pemotongan jamaah. Panggilan baru disampaikan pertengahan Ramadhan. Gubrak!!! Banyak yang harus dipersiapan buat ortu. Mudiknya nanti saja kalau beliau mau berangkat dan pulang ke/dari Baitullah. Sekarang tahan dulu kangennya. Yang penting kirim adik satu-satunya buat pulang nemenin ortu berlebaran di kampung halaman supaya nggak nangis keingetan cucu-cucunya. Pake tiket gratis pula dari Giant (tega banget ya kakaknya :D) Tapi bus nya bagus kok, eksekutif dan dia happy.
Satu lagi hikmah nggak mudik, kami bisa keliling Jabodetabek, silaturahmi ke keluarga dan teman-teman yang kebetulan juga nggak mudik dan mengalami musibah ataupun yang sedang menerima amanah baru alias punya baby. Alhamdulillah.

Ah, karena nulisnya pake acara ditunda-tunda jadi lupa deh sebagian yang mau di tulis L
Semoga saja, Kami masih bisa bertemu Ramadhan tahun depan dan menjadi Ramadhan yang jauh lebih baik dari Ramadhan tahun ini. Aamiin