Selasa, 24 Mei 2022

Mengingau pada Anak


Halo, Bunda! Adakah yang punya anak suka ngelindur? Kalau ada, apakah kata-kata atau perbuatan yang suka dilakukan anaknya saat ngelindur? 

Kebetulan si kecil Hanum beberapa kali mengalami ngelindur ini. Lucunya, ngelindurnya Hanum itu seringnya minta dibacain buku. Dan terkadang saya harus benar-benar membacakan buku walau sebentar dan sambil mengantuk sementara dia sendiri segera tertidur kembali. Padahal setiap hari Hanum sudah dibacakan buku dengan jumlah yang cukup fantastis. Belum lagi terhitung dia "membaca" sendiri. Jadi teringat perkataan dosenku saat kuliah sastra dulu. Kata beliau, kalau kamu sudah bisa mimpi atau ngelindur dalam bahasa Inggris, berarti kamu sudah jago bahasa Inggrisnya. Semoga saja ini pertanda Hanum memang sangat mencintai membaca selamanya. Dan ternyata penting lo memperhatikan frekuensi ngelindur atau pun apa yang dikatakan dan di perbuat oleh anak saat ngelindur. 

Ngelindur atau mengigau adalah hal yang biasa terjadi pada anak maupun orang tua. Bisa jadi hal yang normal dan akan hilang dengan sendirinya, bisa jadi karena anak mengalami gangguan tidur akibat masalah kesehatan atau psikologis.

Beberapa masalah gangguan tidur antara lain:

1. REM sleep behavior disorder (RBD)

Selama fase REM (rapid eye movement), tubuh mengalami lumpuh sejenak diiringi gerakan mata acak dan cepat.

RBD menghilangkan fase kelumpuhan ini sehingga anak-anak dapat berteriak, marah, bahkan bertindak kasar saat bermimpi.

2. Sleep terror

Salah satu penyebab anak sering mengigau yang satu ini juga sering disebut sebagai night terror. Gangguan ini menyebabkan perasaan takut berlebih pada beberapa jam pertama setelah tidur.

Sleep terror dapat menyebabkan seseorang melakukan sejumlah tindakan tak wajar saat tidur seperti berteriak, ketakutan yang berlebihan, berusaha menggapai sesuatu, bahkan terkadang berjalan sambil tidur.

Night terror biasanya dipicu oleh kelelahan parah, kurang tidur, stres, dan demam. Anak-anak yang mengalaminya bisa berteriak, memukul, atau menendang sebagai respons dari mimpi buruk.

3. Nocturnal sleep-related eating disorder (NS-RED)

Sering mengigau juga bisa menjadi tanda bahwa anak mengalami gangguan NS-RED. Gangguan ini dapat dipicu oleh stres, gangguan tidur lain, serta rasa lapar pada siang hari.

Anak yang mengalami NS-RED akan sering terbangun untuk mencari makanan.

Ada beberapa faktor yang menyebabkan anak sering mengigau, di antaranya:

- faktor keturunan,

- kelelahan, rasa cemas, dan stres,

- rasa antusias terhadap hal atau kegiatan tertentu,

- kurang tidur.

- anak demam,

- gangguan psikologis, serta

- sedang menjalani pengobatan tertentu.


Jika perilaku mengigau anak tergolong ringan, ada beberapa tips yang bisa dilakukan agar anak tidur lebih nyenyak:

- Membiasakan tidur dan bangun pada jam yang sama.

- Pastikan anak tidur cukup yakni selama 11-14 jam.

- Hindari aktivitas berlebihan yang membuat anak kelelahan.

- Tidak memberikan makanan berat sebelum tidur.

- Melatih anak untuk kembali tidur saat terbangun di malam hari.

- Mengatur tempat tidur dan suhu kamar anak agar ia bisa tidur dengan nyaman.

- Bacakan buku dan berdoa bersama untuk membuatnya rileks.

Jika anak terlalu sering mengigau, kerap bermimpi buruk, atau menjerit saat mengigau mungkin memerlukan pemeriksaan lebih lanjut bersama dokter spesialis atau psikolog. Jadi harus tetap waspada ya, Bunda!

***

Sumber referensi: www.hellosehat.com





Jumat, 20 Mei 2022

Halal Bihalal Arisan Komplek

Manusia itu makhluk sosial. Gak bisa kita hidup sendiri, loe loe, gue gue. Ada tetangga, mak. Ngapain juga kudu kenal sama tetangga? Memang kalau sakit atau meninggal, siapa urusin mak? Tetangga pasti yang pertama. Saudara baru datang berikutnya.

Karena itulah aku komit ikut arisan di perumahan kami, biar kenal tetangga. Maklumlah kalau kudu main ke sana kemari gak punya waktu. Paling tidak sebulan sekali bisa ketemu, tahu kabar para tetangga, nengokin kalau ada yang sakit, datengin kalau ada yang lahiran atau nikahan.


Arisan ini juga bukan ajang pamer atau adu gosip. Jauuh dari itu. Jangka waktunya cuma 1 tahun tiap periode. Nominal arisannya tak seberapa, tapi didalamnya ada untuk kas dan dana sosial. Dari uang kas, kami sudah punya berbagai peralatan seperti alat-alat jenazah, kursi, piring, sendok, panci besar, dll yang sangat membantu warga yang sedang punya acara besar. Dana sosial diperuntukkan membantu yang sedang kesusahan ataupun yang sedang punya hajat. Selain itu, acara arisan juga diisi sesi sharing tentang parenting dan topik-topik hangat lainnya.

Jadi, arisan ini penting artinya buatku bahkan bisa menjadi sarana dakwah. Maka hadir mengisi acara halal bihalal sekaligus penutupan arisan periode ke 7 setelah 4 bulan sempat online karena keadaan menjadi prioritas utamakj. Alhamdulillah, bisa sharing tentang kasus-kasus yang sedang hangat dan mengajak ibu-ibu bergandengan rapat menjaga anak-anak. Karena mendidik 1 orang anak butuh orang sekampung. 

Peserta arisan bervariasi. Ada yang masih punya balita, ada pula yang sudah punya cucu. Tapi semuanya tetap semangat dalam belajar. Sharing begini sangat penting mengingat ibu rumah tangga kebanyakan kurang terinfo dunia luar. Kalaupun terinfo, terkadang diselipi hoax macam kiriman dari group sebelah yang tidak bisa dipertanggungjawabkan. Aku pribadi sebagai IRT apalagi tak ada televisi, benar-benar seperti katak dalam tempurung jika tak mengikuti berbagai komunitas online. Dari komunitas-komunitas inilah aku mendapatkan kabar perkembangan dunia terkini. 

Karena arisan kali ini penutupan, sempat dibikin juga seru-seruan kuis berhadiah biar rame. Hadiah gak perlu mahal, tepung dan minyak goreng sudah lumayan bikin bahagia. 

Sayangnya, tak semua warga mau ikut arisan ini dengan berbagai alasan. Bisa karena tak ada dananya, malas, ataupun memang kurang kepeduliannya terhadap lingkungan. Jadi pe er pengurus adalah mengajak warga sebanyak mungkin untuk mengikuti arisan di periode yang baru agar semakin banyak warga yang bisa saling mengenal dan memberikan kontribusi kepada lingkungan demi menjaga generasi muda dari pengaruh negative khususnya yang berasal dari gadget dan media tontonan lainnya. Masalah gadget ini bukan masalah sederhana sehingga memerlukan penanganan yang menyeluruh dari warga. Semoga sedikit yang bisa dilakukan ini akan memberikan dampak yang signifikan dengan dukungan dari semua pihak.

***

Jumat, 13 Mei 2022

Just Believe in Allah

Saudaraku, jangan pernah meragukan Allah dalam hal apapun. Namun, meski berkali-kali telah membuktikannya tapi terkadang ketidakpercayaan diri membuatku ragu. Ini adalah sepenggal kisah dari Ramadhan yang baru berlalu yang belum sempat tersampaikan.

Ceritanya Ramadhan kemarin aku memiliki sebuah proyek wakaf spesial Ramadhan. Seharusnya proyek ini mulai dijalankan sejak awal Ramadhan, namun karena sesuatu dan lain hal baru bisa dilaksanakan pada 10 malam terakhir.

Pada mulanya aku pun tak tahu harus bagaimana harus bergerak sebagai pejuang/kurir wakaf. Sudah pernah mencoba menggalang wakaf batch 1, hasilnya untuk mendapatkan 1 paket buku saja aku butuh waktu 3 bulan. Bukan karena tidak ada yang mau berwakaf melalui aku, tapi lebih ke diri sendiri yang belum menemukan langkah yang pas dalam bergerak. Jadi selama itu aku lebih banyak menyimak dan belajar dari para senior dalam group wakaf hingga akhirnya kembali memberanikan diri untuk mulai penggalangan wakaf batch 2 di 10 malam terakhir.

Seorang leader dalam group wakaf mendoakan agar aku bisa menghadirkan setidaknya 10 paket buku siroh ke berbagai tujuan wakaf. Aku segera mengaminkan meski terselip sedikit ketidakyakinan.

Bismillah, semangat ini menjadi terlecut melihat semangat anak-anak Rumah Peradaban dan juga kabar dari para pejuang wakaf di seluruh Indonesia, betapa masih banyaknya anak-anak Indonesia yang membutuhkan gerak ini.

Dengan target semula yang tak sampai 9 juta. Namun Allah sungguh Maha Baik, dalam waktu yang sangat singkat dana yang terkumpul cukup untuk pembelian 11 paket buku melebihi target yang didoakan leaderku itu. MasyaaAllah tabarakallah.

Sungguh sangat bersyukur dikelilingi saudara dan sahabat-sahabat terbaik yang rela menitipkan wakafnya untuk buku-buku siroh.

Banyak sekali cerita dan hikmah yang menginspirasi saat penggalangan wakaf ini yang menjadikanku semakin yakin bahwa Allah tak kan pernah meninggalkan kita saat kita mau berusaha dan berdoa.

Jadi jangan marah atau kesal saat melihat japrian atau ajakan wakafku di status atau story ya teman-teman. Japrian itu adalah bentuk kasih sayangku kepada kalian semua dalam bentuk ajakan kebaikan. Tidak sekali-kali ada paksaan di dalamnya. Tidak juga akan membuatku kecewa jika kalian belum bisa bergabung dalam gerbong wakaf kali ini. Semuanya sudah diatur oleh Allah. Lagi pula aku juga sekalian meniatkan untuk menjaga silaturahmi dengan kerabat dan teman-teman yang sudah lama tak bersua.

Bukanlah sebuah kebetulan jika dari sekian banyak saudara atau teman, tiba-tiba Allah tunjukkan padaku untuk menghubungi sebagian diantara kalian. 

Sungguh ini adalah perniagaan Allah. 

Dan ingat ya saudara dan teman semua, jika nanti di surga kalian tak menemukanku, carilah aku ya, tarik aku ke dalam surga bersama kalian, sahabatku sesurga.

Selasa, 10 Mei 2022

Lebaranku Tahun Ini

Lebaran Idul Fitri 1443 H kali ini terasa berbeda dengan lebaran-lebaran sebelumnya. Ada banyak yang bergejolak di hati, namun juga penuh cita.

Lebaran ini adalah lebaran pertama yang dilaksanakan dengan bebas di masjid  dan lapangan setelah 2 tahun pandemi, lebaran bahkan dilaksanakan di rumah masing-masing dengan jumlah imam sholat ied terbanyak sepanjang sejarah. Bahagia dan hampir tak percaya pandemi itu berlalu juga walau saat ini kembali mengintai penyakit lain yang mulai menyerang.

Setelah sholat Ied, kami bersalam-salaman penuh suka. Dan tradisi dalam keluarga kmi yang yang pernah terlewati adalah berfoto bersama karena momen inilah saat yang pas kami bisa berkumpul semuanya. Walau diselingi dengan suara salam anak-anak yang bertandang untuk bersalaman, tak mengapa. Pun ketika kami sedang sarapan ketupat opor hasil kiriman mantan asisten rumah tangga kami dulu, anak-anak sekitar tak henti-henti menginterupsi dengan salam. Tak mengapalah, semoga benar pertanda pandemi sungguh berlalu. Bahagia, sungguh meski sedih sangat Ramadhan cepat sekali berlalu. 

Ngomong-ngomong soal ketupat opor ini, setiap tahun selama bertahun-tahun kami tak pernah bikin sendiri. Si bibik selalu mengirim lengkap tinggal santap dan biasanya masih ditambah dengan seorang sahabat yang mengirimkan lontong beserta teman-temannya. Pun tahun ini, jumlahnya nggak kira-kira sampai kebayang bakal mabok ketupat. Sudah dibagi ke tetangga juga masih banyak aja. Alhamdulillah tiba-tiba ada tamu serombongan dan lontong pun ludes tak bersisa. 

Kami tak mudik tahun ini karena akhir tahun kemarin kami sekeluarga sudah mudik sekaligus tour de Java bersilaturahmi kepada keluarga khususnya saudara-saudara almarhum/almarhumah bapak dan ibu. Sementara paksu juga sudah sering wara-wiri ke kampung halamannya karena mertua memang sudah usia lanjut. Disamping itu kami juga sedang berhemat agar bisa menghadiri wisuda mbak Firda yang InsyaaAllah akan dilaksanakan bulan depan. 

Walau hati telah dipersiapkan untuk tidak mudik, namun melihat sharing keluarga dan teman-teman yang berkesempatan mudik, sempat juga terselip sedikit rasa sedih karena rindu berkumpul keluarga besar. Mudik itu sesungguhnya esensinya memang  berkumpul keluarga besar, karena momen libur bersama memang saat itu adanya. Kalau lantas mudik jadi ajang pamer keberhasilan di rantau, bukan salah mudiknya, tapi oknum pemudik tersebut.

Alhamdulillah, tahun ini juga masih bisa berkumpul dengan adik dan beberapa saudara sepupu yang kebetulan juga tidak mudik dan berdomisili di sekitar jabodetabek. Cukuplah bisa mengobati rindu kampung halaman.


Lebaran memang tak kan pernah lagi sama sejak bapak dan ibu berpulang. Sungguh, teman, jika ayah dan ibumu masih ada, jangan pernah abaikan sedikit pun. Teleponlah sesering mungkin. Pulanglah selagi bisa karena jika mereka tak ada lagi, saat kau ingin pulang, tak lagi ada yang akan menyambutmu penuh suka cita dan kerinduan. Saat kau ingin bertelepon, tanganmu hanya akan mengambang di udara karena tak ada lagi yang bisa ditelepon. Muliakanlah mereka teman, betapa merepotkannya pun mereka karena keadaan mereka yang lemah karena saat kita kecil, kitalah yang membuat mereka repot. Pokoknya jangan pernah sia-siakan pintu surgamu. Saat lebaran, rindunya akan terasa berlipat-lipat.

Selamat lebaran semuanya. Semoga diterima segala amal ibadah kita di bulan Ramadhan yang baru berlalu, dan semoga kita masih bisa bertemu Ramadhan lagi di tahun depan. Aamiin

Minggu, 24 April 2022

Pejuang Siroh

Awal bergabung dengan komunitas Siroh Nabawiyah Community hanya ingin menghidupkan rumah baca di rumahku alias jadi pengelola rumah peradaban. Gak berani muluk-muluk karena sadar diri waktu dan tenaga yang terbatas. Ga ada kepikiran jadi pejuang wakaf apalagi seller. Seiring berjalannya waktu, ternyata menjadi lengelola rumah peradaban itu tak sekedar nungguin sumbangan buku dan anak-anak di RP, tapi banyak insight yang aku dapat di group wakaf SNC. MasyaaAllah, kisah-kisah inspiratif bertebaran dimana-mana. Dengan tertatih sedikit demi sedikit bisa beli buku-bukunya untuk keperluan pribadi sementara untuk RP ada tersendiri dari pusat. 

Pas sudah merasakan sendiri hasilnya membacakan buku-buku siroh buat Hanum, kok jadi tergerak juga buat lebih meluaskan buku-buku ini. Kalau disuruh jualan, asliii aku ga bakat. Jadilah mencoba bergabung di group wakafnya. Periode pertama pengalangan wakaf baru penuh selama 3 bulan. Banyak faktornya sih. Padahal sudah banyak inspirasi dari teman-teman group dan juga arahan dari para leader tapi tetap belum pas dengan gayaku. Sambil terus belajar, periode 2 pengalangan wakaf kebetulan masuk bulan Ramadhan, aku mulai menemukan gayaku sendiri dan alhamdulillah saat ini sudah terkumpul 3 paket buku dari 5 paket yang menjadi target bulan ini. MasyaaAllah. Sungguh itu membuatku menjadi lebih pede dan bersemangat untuk terus maju. Belum lagi efek mengantarkan wakaf sendiri dan melihat langsung ke lokasi peneruma wakaf itu ternyata menjadi pemicu semangat yang luar biasa. Bahagia bisa melihat binar ceria anak-anak saat menerima buku-buku yang diwakafkan. Petunjuk tempat-tempat calon penerima wakaf juga semakin mudah dijumpai. Aku menargetkan juga lembaga-lembaga yang dikelola oleh keluarga bisa ikut merasakan memperoleh kebahagiaan ini. Bukankah kata Rasulullah, sedekah yang utama itu untuk keluarga?

Trus apa sih suka dukanya jadi pejuang wakaf? Kalau aku sih masih berkutat pada rumitnya menyisihkan waktu buat kontak calon muwakif karena Hanum sedang aktif-aktifnya dan butuh perhatian penuh. Tidak bisa disambi dengan pegang hp. Ditambah dengan pembuatan flyer-flyer yang cukup menyita waktu. Alhamdulillah semakin ke sini mulai ketemu selanya. Kalau soal baper karena dicuekin orang yang diajakin wakaf insyaaAlalh sudah belajar mengantisipasinya berdasarkan ilmu dari para leader. Yang penting niatnya harus selalu diluruskan. Mau dapat berapa paket buku, yang penting usaha jalan terus insyaaAllah itu sudah mendapat pahala dari Allah. 

Semangat menebar siroh!

Senin, 11 April 2022

Khadijah At Thahirah

 


Hari ini, rumah peradaban terasa penuh. Anak-anak lelaki asik battle dengan mas Fatih bermain catur. Lalu terbersit ide untuk berkisah spesial buat anak perempuan. Jadi aku bacakan kisah Bunda Khadijah yang ada dalam buku Para Pemimpin Bidadari Surga.
***
Lahir dari keluarga bangsawan, Khuwailid bin Asad dan Fatimah binti Zaidah, Khadijah tumbuh menjadi gadis yang cantik , cerdas, lembut, berakhlak mulia dan berbudi bahasa tinggi. Khadijah menjadi simbol kemuliaan dan kesucian sehingga dijuluki At Thahirah (suci)
Sepeninggal ayah dan bundanya, Khadijah tinggal bersama pamannya Amr bin Asad dan melanjutkan roda perusahaan keluarganya karena diantara saudaranya, hanya Khadijah yang berbakat dalam kepemimpinan dan perniagaan.
Suatu ketika, Khadijah meminta Muhammad untuk menjalankan perniagaannya ke Syam karena beliau mendengar keluhuran budi Muhammad. Khadijah menunjuk Maisarah untuk menemaninya. Setelah beberapa bulan, mereka kembali dengan keuntungan yang berlipat ganda melebihi saat dijalankan olehnya sendiri. Khadijah lantas teringat dengan mimpinya yaitu matahari yang turun dari langit Mekkah dan berada di dalam rumahnya. Ia berpikir jika itu adalah Muhammad. Dengan perantaraan sepupunya, Khadijah kemudian menikah dengan Muhammad dan melahirkan Zainab, Ruqayyah, Ummu Kultsum, Fatimah, dan Abdullah. 
Khadijah memiliki peran yang sangat besar saat turunnya wahyu yang pertama. Beliau mendatangi sepupunya, Waraqah bin Naufal, untuk meminta nasehat. Waraqah adalah seorang penganut Nasrani dan membenarkan pengangkatan Muhammad sebagai Rasul.
Khadijah juga merupakan wanita pertama yang masuk Islam. Rumahnya menjadi pusat dakwah pertama, rumah penuh berkah yang dikelola seorang Ummul Mukminin.
Khadijah r.a. adalah seorang ibu yang menjadi simbol kesabaran. Beliau juga sangat setia mendampingi suaminya saat peristiwa boikot oleh kaum kafir Mekkah. Khadijah menjual seluruh hartanya untuk memenuhi kebutuhan umat Islam saat itu.
Rasulullah pernah bersabda: "Wanita terbaik ialah Maryam putri Imran dan Khadijah."
Setelah mendampingi Rasulullah selama 25 tahun, beliau meninggal dunia di usia 65 tahun hingga Rasulullah sangat berduka.
***
Yang membuat hati senang itu ketika para anak gadis sekitar kelas 2-5 SD itu antusias bertanya. Kami lantas berdiskusi seru. Semoga hikmah dalam cerita bisa menjadi nilai yang tertanam dalam hati mereka. Aamiin yaa Robbal Alamiin

#SemarakRamadhan #10HariBerkisahSNC #Day8 #25HariBerkisahdiRPSNC #Day9 #RumahPeradabanSNC #RPSNC #SpiritNabawiyahCommunity #BertumbuhDanTerusMenginspirasi

Sabtu, 09 April 2022

Read Aloud, Sebuah Langkah Baru Meraih Kebermanfaatan

Barangkali istilah read aloud baru terdengar familiar di telinga tahun-tahun belakangan ini. Namun jika kita telaah maknanya, sejatinya kegiatan ini telah pula dilakukan oleh para orang tua sejak zaman orde lama meskipun juga tak banyak. Orang tua saya termasuk yang melakukannya pada saya. Ibu suka membacakan buku cerita dan mendongeng untuk saya sebelum tidur. Entah disadari atau tidak oleh ibu saya saat itu, saya bisa membaca di usia dini dan menjadi rakus dengan buku karena sering dibacakan buku. Perpustakaan sekolah menjadi tempat favorit saya ditambah bapak ibu memang rutin berlangganan majalah.

Saat saya menjadi ibu, saya pun melakukan hal yang sama kepada anak-anak saya. Hanya saja saya merasa ada yang salah ketika beberapa anak mulai kehilangan minat bacanya. Barangkali penyebab utama adalah kealpaan saya membersamai mereka saat saya masih bekerja di ranah publik dan lingkungan pada zaman mereka yang lebih banyak menawarkan tontonan visual bergerak semacam televisi dan gadget.
Belajar dari kesalahan tersebut, saya mencoba memperbaiki dan berusaha menggali ilmu lebih dalam lagi agar anak ke 5 yang lahir setelah saya memutuskan fokus di rumah saja bisa memperoleh pengalaman membaca yang jauh lebih menyenangkan dan menjadikannya mencintai kegiatan membaca. Sejauh ini saya adalah pembelajar otodidak. Namun kali ini saya ingin belajar secara formal untuk bisa menularkan dengan benar teknik read aloud kepada para ibu yang belum pernah membacakan ibu untuk anaknya.
Tetiba kesempatan belajar itu tiba meski bisa dibilang datang di saat yang tidak diinginkan karena saya sedang fokus berkegiatan dengan anak-anak Rumah Peradaban dan bersamaan pula dengan datangnya awal bulan Ramadhan. Namun kesempatan ini memang sudah lama saya tunggu jadi sangat sayang kalau dilewatkan begitu saja. Train of Trainer Read Aloud. Training ini sesungguhnya mewajibkan untuk membaca buku Read Aloud terlebih dahulu, namun saya izin untuk bisa ikut walau belum memilikinya. Saya memberanikan diri ikut dengan pengalaman yang saya miliki saja dalam membacakan buku kepada anak-anak.
Alhamdulillah selama 3 hari mengikuti training ini, saya bisa mengikuti dengan baik dan merasa sangat tercerahkan. Semangat menularkan kepada para ibu yang lain semakin menggebu karena itu adalah niat utama saya mengikuti training ini. Apalagi sejak saya menjadi pengelola RP, saya jadi tahu ternyata sangat sedikit ibu yang mau membacakan buku untuk anaknya atau mau membelikan buku untuk anak-anaknya. Anak-anak saya yang rutin dibacakan buku saja masih juga mengalami penurunan minat baca setelah mengenal gadget, bagaimana dengan mereka yang sama sekali tidak pernah dibacakan buku?

Read aloud ternyata berbeda dengan mendongeng. Mendongeng menggunakan kata-kata sendiri untuk menyampaikan sebuah cerita. Sedangkan membaca nyaring adalah benar-benar membacakan sebuah buku kepada anak yang pastinya dengan kata-kata yang ada dalam buku tersebut. Dalam hal ini bukan bagaimana menghabiskan sebuah buku dalam sekali duduk tetapi lebih pada bagaimana interaksi kita kepada anak. Tidak perlu lama bahkan, 10 menit setiap hari sudah cukup untuk membuat anak-anak mencintai membaca asalkan dilakukan dengan benar. Membaca nyaring juga membuat anak menjadi kaya kosa kata. Dan inilah ternyata jawaban mengapa anak bungsu saya, Hanum, di usia 3 tahun sudah banyak menggunakan kosa kata sulit dan bisa merangkaikan kalimat yang kompleks meskipun ada beberapa kata yang belum sempurna pengucapannya. Membaca nyaring juga membuat anak berpikir kreatif dan meningkatkan rasa ingin tahu mereka karena saat membaca kita bisa sambil berinteraksi menanyakan benda-benda yang ada dalam gambar atau sekedar pendapat mereka tentang gambar dan cerita tersebut. Di akhir cerita, kita tidak perlu buru-buru memasukkan nasihat namun lebih kepada mengecek pendapat mereka terhadap moral yang ada dalam cerita.

Anak yang terbiasa dibacakan buku akan bisa mencerna materi pelajaran dengan baik. Ia juga akan memiliki bekal lebih baik dalam menuangkan gagasannya dalam tulisan. Sayangnya belum banyak yang menyadari manfaat membacakan buku pada anak sejak dini. Ketrampilan sederhana berdampak besar. Itu kesimpulan saya terhadap read aloud ini.

Masih banyak lagi insight yang saya dapatkan untuk menyempurnakan keterampilan read aloud saya dalam training ini. Bahagia sekali bisa menyerap ilmu dari trainer keren ibu Roosie Setiawan yang telah malang melintang di dunia membaca nyaring sejak lama. Mendengar beliau membaca nyaring itu seperti kembali menjadi anak kecil yang nyaman dalam dekapan ibu. Dan begitulah sesungguhnya perasaan anak-anak saat kita bacakan buku dalam dekapan kita. Saya harus banyak berlatih terutama untuk bisa luwes bercerita di depan kamera. Entahlah, kamera ini masih belum begitu bersahabat dengan saya walau saya terbiasa berbicara di depan banyak orang. Barangkali karena satunya benda hidup, satunya lagi benda mati dan saya lebih nyaman berhadapan dengan benda hidup🤭

Lalu apa rencana saya setelah mengikuti training ini? Berseliweran rencana memenuhi kepala saya. Tapi hal pertama yang ingin sekali saya lakukan adalah menggandeng ibu-ibu di lingkungan saya untuk lebih peduli dengan minat baca anak-anak. Saya tahu tidak akan pernah mudah mengubah padangan olang lain, tentunya bukti nyata akan membuat orang lebih mudah menerima hal baru. Dan itu yang harus saya buktikan dengan keberadaan rumah peradaban yang saya kelola. Dua bulan kebersamaan dengan anak-anak RP membuat mereka seperti anak sendiri. Saya mendengarkan cerita dan curhatan mereka juga candaan mereka. Saya mencoba memahami latar belakang mereka yang beragam. Dan saya bahagia jika mereka merasa membutuhkan rumah peradaban ini lalu ingin selalu datang meski hujan mengguyur hampir setiap sore, tak menyurutkan niat mereka untuk datang. Saya menghargai kejujuran anak yang katanya tak suka mendengarkan kisah tapi dia termasuk paling rajin datang dan tetap mau mengikuti challenge membaca buku sirah. Anak yang di awal setoran bacanya bahkan tak tahu siapa nama tokoh cerita dalam buku balita. Tapi saya percaya dan berdoa kelak ia akan menjadi anak yang mencintai buku. Langkah yang pastinya masih sangat panjang untuk meraih kebermanfaatan yang lebih luas. Tapi setiap hal besar selalu di mulai dari hal kecil.
Yang pasti saya menjadi lebih bersemangat membacakan buku untuk anak-anak di rumah dan di rumah peradaban setelah mengetahui ilmunya.
Yuk, para ibu, bunda, emak, umi, dan para bapak, ayah, abi, kita bacakan buku untuk anak-anak kita setiap hari, cukup 10 menit saja! InsyaaAllah manfaatnya akan sangat luar biasa. Kalau kita betah banget keliling berbelanja, nonton drakor, atau berkegiatan lainnya, insyaaAllah tak akan berat menyisihkan 10 menit untuk anak-anak kita demi generasi yang lebih baik agar negara kita tidak lagi menjadi 5 terbawah dalam hal literasi. 
***
#totreadaloudbatch7
#spiritnabawiyahcommunity
#tesha_temansharing
#readingbugs

Kamis, 07 April 2022

Tentang Challenge Ramadhan

 


Memasuki bulan ke-2 sebagai pengelola Rumah Peradaban, saya selalu berusaha membuat anak-anak pengunjung RP betah dan mau terus membaca. Pada bulan pertama, prosentase baca anak-anak hanya sekitar 25-30% saja, sisanya lebih banyak permainan edukatif, praktik sains, dan berkreasi.
Pada bulan ke-2, bertepatan dengan bulan Ramadhan. Jujur di awal ingin fokus pada keluarga dan ibadah, namun melihat minat anak-anak, hati ini tergerak untuk tetap buka bahkan menambah hari buka menjadi Senin-Sabtu setiap sore. Itu pun anak-anak masih bertanya kenapa Ahad libur. Tapi tubuh yang tak lagi muda ini tentu perlu istirahat juga sekaligus merapikan kembali buku-buku sesuai dengan kategorinya karena seringkali anak-anak mengembalikan buku bukan pada kategorinya.
Dan untuk meningkatkan minat baca itu akhirnya saya membuat challenge membaca buku sirah selama bulan Ramadhan. Di luar dugaan, anak-anak ternyata antusias sehingga meningkatkan prosentase baca menjadi 50%. Tentu saja ini sudah cukup bagus mengingat banyak di antara mereka memang benar-benar belum mengenal budaya baca. Yang lebih menarik lagi, karena saya mewajibkan mereka untuk setoran buku dan akan saya tanyakan beberapa hal misalnya bagaimana jalan ceritanya, para tokohnya, apa hikmah yang diambil, maka saya jadi tahu siapa-siapa yang belum bisa baca dengan benar, yang bahkan nama tokohnya saja tidak tahu padahal bukunya balita yang di baca. Maka buat mereka saya tuntun bagaimana memahami isi cerita. Setelah dua kali setoran, mulai ada kemajuan bisa menceritakan kembali. Ada juga yang memang sudah keren bacanya. Buat mereka saya dorong agar membaca buku-buku yang lebih menantang agar tidak cepat bosan dan memiliki pengetahuan yang lebih luas. Tapi intinya, mereka butuh ditemani membaca dan dibacakan buku agar mereka semakin mencintai buku. Membaca itu sesungguhnya menyenangkan dan tidak perlu waktu lama tapi interaksi.



Kehebohan challenge Ramadhan ini dilengkapi dengan keikutsertaan saya dalam Train of Trainer Read Aloud selama tiga hari yang jamnya pas beririsan dengan jam berkunjung anak-anak RP. Jadi 1 jam pertama, saya ijin kepada mereka tidak dapat mendampingi karena saya sedang belajar. Mereka saya arahkan membaca mandiri, nanti setelah saya selesai belajar, bisa langsung setoran.
Begitu bisa setoran, mereka akan berebutan bahkan minta nambah terus. MasyaaAllah, semoga minat baca mereka semakin bertumbuh.
Kebersamaan bersama anak-anak RP tidak sekedar interaksi pengelola dan pengunjung. Saya menikmati bisa mengenal mereka lebih jauh, mendengarkan curhatan mereka, dan bahkan kebersamaan ini menjadi obat bagi saya. Tiap kali badan mulai tak nyaman, setelah dipaksa tetap membersamai mereka malah lenyap semua segala pusing, lelah, dsb. MasyaaAllah, tabarakallah.
Semoga program challenge Ramadhan ini bisa berjalan lancar hingga akhir. Dan tugas berikutnya adalah membuat program baru yang bisa terus meningkatkan minat baca anak-anak. Semoga senantiasa diberikan petunjuk dan kekuatan dalam menjalankan amanah para wakif. Aamiin
***

Senin, 04 April 2022

Hidangan Ramadhan

Bulan Ramadhan adalah bulan yang spesial, selayaknya disambut dengan suka cita. Biasanya para ibu mulai sibuk menyiapkan pula segala jenis hidangan spesial selama bulan ini. Begitu pun biasanya keluarga kami. Namun Ramadhan kali ini terasa berbeda. Bukan menu-menu spesial atau pesanan kue lebaran yang berseliweran dalam pikiran kami, tapi jadwal-jadwal padat yang penuh tantangan dari masing-masing anggota keluarga yang berjejer rapi di dinding ruang keluarga. Apalagi ada anggota baru dalam keluarga kami, Rumah Peradaban Al Husna yang baru berjalan seumur jagung. Jadwal-jadwal tersebut membuat kami sekeluarga harus kompak bekerja sama agar target pribadi kami selama Ramadhan tidak terabaikan. Maka kami memutuskan akan memasak sesimpel mungkin. Aku bertugas memasak untuk sahur dan kakak bertugas memasak untuk berbuka karena sore hari saatnya aku menemani anak-anak Rumah Peradaban. Hidangan setengah jadi menjadi pilihan misalnya ayam ungkeb, frozen food, dan bumbu siap pakai produksi teman yang tanpa msg juga sangat membantu. Kalau ada yang bisa disebut spesial adalah satu set teko dan gelas yang hanya dipakai saat momen-momen tertentu bersama keluarga tak peduli walau isinya hanyalah air putih.


Selain padatnya kegiatan, kesadaran bahwa puasa itu bukan saatnya memanjakan perut juga menjadikan kami tak lagi berlebihan memikirkan hidangan. Persiapan mental untuk memaksimalkan ibadah dan semangat menjadikan Ramadhan kali ini menjadi Ramadhan terbaik membuat perut bukan lagi menjadi bahasan utama. Alhamdulillah anak-anak sudah memasuki usia dewasa semua kecuali si bungsu Hanum. Jadi semua sudah bisa menerima segala sesuatu yang telah diputuskan bersama. Mencontoh Ramadhannya Rasulullah membuat kami berusaha lebih produktif saat berpuasa.

Ada satu menu lagi yang menjadi menu baru dalam Ramadhan kali ini yaitu menu buku sirah. Buku-buku ini menjadi santapan wajib bahkan sejak sebelum Ramadhan tiba. Setelah melewati hari kedua ini, begitu terasa nikmatnya bulan yang istimewa ini. Tak ada lagi keluhan atau pun ketidaknyamanan. Semua anggota keluarga berjalan sesuai tugasnya masing-masing. Alhamdulillah ala kulli hal. Sebagian biaya konsumi bisa dialihkan untuk kepentingan yang lebih mendesak yaitu persiapan sidang dan wisuda anak sulung. Sungguh indah Allah mengatur segalanya jika kita pandai bersyukur atas semua ketentuan-Nya baik atau pun buruk. Semoga Ramadhan ini sungguh menjadi Ramadhan terbaik sampai tahun ini dan Allah berikan pula kesempatan pada kami bisa menggapai malam lailatul qodar yang begitu diinginkan setiap muslim yang berpuasa. Semoga setelah Ramadhan berlalu, kami pun berubah menjadi manusia-manusia yang lebih baik, hamba Allah yang bertakwa dan bersemangat menempuh jalan yang dirihoi Allah. Aamiin YRA.

#TemaTantanganMenulisKLIP #TemaTantanganMenulisKLIP2022 #programKLIP2022 #KelasLiterasiIbuProfesional #ibuprofesional2022 #ibuprofesionalforindonesia #semestakaryauntukindonesia #womenincooLABoration #IP4ID2022 #KLIP2022MengantarCahaya

Rabu, 30 Maret 2022

Tarhib Ramadhan Rumah Peradaban SNC Al Husna


Sebagai pengelola Rumah Peradaban (RP), kami mendapatkan challenge untuk menyelenggarakan tarhib Ramadhan di masing-masing RP. Memang tidak wajib dan awalnya saya akan diadakan di RP saja, tapi sepertinya kurang seru dan tidak akan membawa banyak manfaat. Akhirnya ketika tak sengaja berbincang dengan salah satu guru  TK yang datang berkunjung ke RP, tercetuslah ide membuat tarhib kolaborasi. Ide ini menjadi sebuah misi khusus untuk menjalin kebersamaan di seluruh KBM di  perumahan kami di mana ada 3 KBM di bawah TPQ Al Ihsan, 1 RQ, dan 1 TK, sekaligus syiar untuk warga perumahan dan sekitarnya.




Tadinya semua orang pesimis karena waktu persiapan hanya 1 minggu dengan konsep awal ada bazaar, barbeku, berkisah, dan lomba-lomba. Namun saya mencoba meyakinkan mereka. Dalam rapat bersama seluruh KBM dan DKM, acara barbeku kami tarik ke belakang di pekan ke 3 Ramadhan sedangkan sisanya tetap jalan terus.

Kami sempat kebingungan soal dana karena DKM sedang minim keuangan dan fokus untuk kegiatan lain, demikian juga dengan TPQ, dengan jurus bismillah kami jalan terus. Saat itu dalam pikiran saya yang penting bisa memberi snack anak-anak setelah pawai sejumlah kurang lebih 120 anak. Bagaimana pun caranya akan saya kejar.
Alhamdulillah Allah berikan kemudahan yang lebih dari yang kami harapkan. Donasi itu pun mengalir ditambah bantuan dari RW belum lagi bantuan materi dan tenaga.
Acara diawali dengan pawai anak-anak yang berakhir di tempat berkisah dan bazaar mini. Bazaarnya memang mini karena banyak yang pesimis. Hanya ada 4 penjual. Karena tidak banyak saingan, sekejap pun ludes. Disitu kami adakan penggalangan wakaf juga. Setelah anak-anak pawai dan istirahat sebentar, acara dilanjutkan dengan berkisah tentang keutamaan puasa Ramadhan dan nadzar Abi Abdillah, kuis, lomba puzzle, doa, dan poster. Alhamdulillah semua senang.
Bahkan anak-anak dan pengelola TPQ malah ketagihan untuk membuat acara bersama. Yang tadinya belum tahu tentang RP juga jadi kepo ingin datang ke RP.
InsyaaAllah kami akan melanjutkan kolaborasi rutin untuk melatih anak-anak berani tampil, berkompetisi dan menggiatkan hafalan mereka.
Selepas acara tarhib saat lelah belum lagi lenyap, panitia langsung bergerak memulai pengumpulan donasi berupa barang dan pakaian untuk acara barbeku nanti.
“Maka apabila kamu telah selesai dari suatu urusan, kerjakanlah dengan sungguh-sungguh urusan yang lain.” (QS. Al-Insyirah ayat 7)
Ayat itulah yang menjadi semangat kami. Tak ada apa-apanya perjuangan kami dibanding Rasulullah dan para sahabat. Semoga lelah kami menjadi Lillah.
Mengapa sih RP memilih acara barbeku? Kebetulan barbeku ini telah jadi magnet komplek kami karena ada salah seorang warga yang sering mengadakan barbeku dan punya chanelling yang luas di luar perumahan. Jadi harapannya bisa menggerakkan seluruh elemen masyarakat di perumahan dan sekitarnya sekaligus lebih mengenalkan RP pastinya secara lebih luas.



Hikmahnya lagi, acara tarhib ternyata menjadi pemicu ide gerakan-gerakan lain yang ditujukan untuk remaja dan orang tua.
Semoga Allah berikan kekuatan dan kemampuan untuk menjalankan segala program yang telah kami canangkan dan semoga Allah berikan hidayah kepada semua pihak agar mudah menerima kebaikan.
***

Selasa, 29 Maret 2022

Kenali Rasa Takutmu


Semua orang pasti punya rasa takut, hanya kadarnya saja yang berbeda tiap orang. Ada yang jadi penakut banget, ada juga seperti tak punya rasa takut. Sesungguhnya sekuat apa pun rasa takut itu pasti ada, hanya cara mengatasinya yang membuatnya memiliki hasil akhir yang berbeda.

Ketakutan berlebihan terhadap sesuatu bisa menyebabkan seseorang mengalami fobia. Fobia ini tidak melulu terhadap sesuatu yang menyeramkan, karena definisi menyeramkan juga berbeda bagi setiap orang. Orang bisa saja takut pada ketinggian, gelap, semut, laba-laba, cacing, teriakan, hujan, pokoknya apa saja bisa menyebabkan seseorang menjadi takut berdasarkan pencetus awal timbulnya rasa takut itu. Bagi banyak orang, hujan adalah sesuatu yang biasa saja bahkan bisa jadi menyenangkan, tapi ada pula segelintir orang yang begitu ketakutan setiap kali hujan turun bahkan bisa sampai pingsan. Bisa jadi ia pernah mengalami kejadi yang begitu menyedihkan dan membuatnya trauma saat hujan sedang turun. Jadi tak ada yang tak mungkin untuk sebuah kata takut bagi seseorang. Kita juga tak berhak meledek orang yang memiliki rasa takut terhadap sesuatu yang remeh.
Aku sendiri punya fobia terhadap ketinggian. Aku tak ingat sejak kapan aku mengalaminya. Yang jelas aku memiliki kisah lucu saat kecil akibat rasa takut ini. Aku kecil sangat suka memanjat padahal takut ketinggian. Saat itu aku mencoba memanjat pohon belimbing melalui genteng kandang ayam di rumah kakek nenekku. Dengan bangganya aku naik dan memetik buah belimbing. Saat waktunya turun, otomatis aku melihat ke bawah dan mulailah aku ketakutan sampai nangis dan akhirnya dibantu turun sama pamanku.
Anehnya aku tidak merasa kapok manjat bahkan sampai sekarang. Hanya saja sekarang sudah tau selanya untuk tidak melihat ke bawah saat turun. Kalau sedang berdiri di balkon saja walau ada pagar yang mencegah untuk jatuh, lututku langsung lemas saat melihat ke bawah. Meski berulangkali mencoba berani, tetap saja lutut terasa lemas saat berada diketinggian. Bagaimana rasanya kalau berada di jembatan kaca ya, mungkin sudah pingsan sebelum.sampai ke ujung. Namun fobiaku ini tidak terlalu parah menurutku karena masih bisa di atasi dengan tidak melihat ke bawah. Jika fobia sudah cukup mengganggu, maka seharusnya segera ditangani oleh ahlinya agar tidak berkepanjangan. Jadi tidak perlu takut dengan rasa takut. Kenali rasa takutmu dan taklukkan. 

Jumat, 25 Maret 2022

Bersahabat dengan Demam

Indonesia tercinta ini merupakan negeri yang ajaib. Banyak hal-hal tidak rasional yang dipercayai oleh masyarakat dari masyarakat bawah hingga atas. Banyak "katanya" lebih dipercayai dibanding hasil penelitian yang resmi dari para ahli. Demikian halnya dengan demam.

Sejak zaman nenek moyang dulu masyarakat Indonesia telah terbiasa menggunakan obat tradisional untuk melawan penyakit termasuk melawan demam yang dianggap sebagai penyakit. Padahal demam sesungguhnya adalah sebuah mekanisme tubuh untuk melawan bibit penyakit yang masuk ke dalam tubuh. Semakin berat penyakit yang dilawan, demamnya akan semakin tinggi. Namun pandangan yang beredar dalam masyarakat saat ada keluarga yang demam terutama jika yang demam itu si kecil, maka orang tua akan buru-buru memberikan obat penurun demam atau bahkan membawanya ke dokter yang mana sebagian besar dokter Indonesia akan langsung memberikan antibiotik untuk menyembuhkannya. Jika demam yang harusnya bermanfaat itu buru-buru diusir, akibatnya tubuh tidak terbiasa melakukan perlawanan terhadap penyakit.
Apakah kemudian demam tidak boleh diturunkan? Tidak juga demikian. Jika demam itu tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu menggangu aktifitas, maka sebaiknya dipantau saja. Upaya yang bisa dilakukan adalah meningkatkan daya tahan tubuh agar imunitas ikut naik. Bisa juga dengan dibantu kompres. Namun jika demam dirasa mulai mengganggu misalnya anak tidak mau makan, nyeri, lesu dsb maka tidak mengapa memberikan obat demam yang aman dengan dosis yang sesuai buat usia dan berat badan anak.
Imbas kebiasaan masyarakat yang gampang panik dan ingin sembuh secara instan ini sesungguhnya sangat berbahaya. Saya ambil contoh penyakit yang umum, saat anak terkena batuk pilek langsung pergi ke dokter agar cepat sembuh. Padahal kuncinya adalah pada kesabaran. Dan entah bagaimana mulanya dokter-dokter di Indonesia masih banyak yang hobi memberikan antibiotik atau pun obat racikan yang di dalamnya biasanya selalu ada antibiotik. Apakah mereka ini tidak tahu bahaya penggunaan antibiotik tidak pada tempatnya? Pastinya mereka lebih paham dari masyarakat awam. Terkadang orang tua menjadi sok tahu dan tidak sabaran menuntut dokter untuk memberikan obat yang ' mujarab'. Walhasil, pola tersebut telah membentuk kebiasaan tidak rasional dalam penggunaan obat. Alhamdulillah saat ini mulai banyak dokter yang menerapkan praktik rational ussage medicine (RUM).
Demikian pula halnya saat orang dewasa terkena batuk pilek. Awalnya mereka pergi ke dokter dan diberikan obat termasuk antibiotik walau diagnosanya belum ditegakkan. Padahal penyakit karena virus bisa sembuh dengan sendirinya dengan imunitas yang baik. Ketika kemudian mereka sembuh, mereka langsung tidak mau melanjutkan minum obat lagi padahal antibiotik itu harus dihabiskan sesuai dosis agar tidak menimbulkan resistensi terhadap antibiotik. Dan kelak ketika merek sakit yang sama langsung beli obat yang sama di apotik. Sungguh mengerikan jika makin banyak masyarakat yang berbuat demikian. Penyakit akan semakin kebal dan tak mempan lagi dengan obat-obatan yang ada. Kalau sudah seperti itu, tinggal sesal tak lagi berguna.
Jadi mulai sekarang yuk kita bersahabat dengan demam dan gunakan obat secara rasional teemasuk penggunaan obat tradisional.

Rabu, 23 Maret 2022

Keluargaku Sayang


Terlahir dalam sebuah keluarga broken home, aku tidak bisa merasakan kasih sayang orang tua yang lengkap selama beberapa tahun kehidupanku. Aku tinggal bersama ibu dan keluarga besar ibu tanpa mengenal bapak atau keluarga bapak. Aku hanya mendengar cerita tentang bapak dan saudara-saudaraku dari pihak bapak. Tentu saja secara versi ibu.

Saat usiaku 5 tahun, aku 'terpaksa' menerima bapak baru akibat terlalu banyak dijejali kisah horor tentang bapak tiri. Aku pun menjadi pemberontak kecil untuk menunjukkan protesku. Alhamdulillah, kebesaran hati bapak baruku membuatku mulai menerimanya dengan sepenuh hati. Bahkan kemudian bagiku, dia adalah bapak yang sesungguhnya bagiku. Kasih sayangnya tak sedikit pun berbeda dibandingkan dengan kasih sayangnya terhadap anaknkandungnya hasil pernikahan dengan ibuku. 

Setelah aku dewasa, aku mulai belajar mengenal bapak kandung dan keluarganya karena kebetulan tempatku menuntut ilmu di bangku perkuliahan dekat dengan rumah bapak. Aku menyadari bagaimanapun ia pernah mengabaikanku, ia tetap bapakku, yang paling berhak menjadi waliku. Namun sesungguhnya jauh di lubuk hatiku aku belum bisa memaafkan sepenuhnya masa lalu itu. Ketika kedua bapakku dan juga ibu telah kembali menghadap Illahi, aku senantiasa mendoakan ketiganya walau tetap ada rasa berbeda di antara dua bapakku. Dia memang bapak kandungku, tapi tak pernah mengurusku sementara bapak tiriku sepenuh jiwa menyayangiku. Kisah itu membuat aku mengalami inner child yang berimbas pada caraku mendidik anak-anak karena aku belu bisa memaafkan masa lalu dengan sempurna. Beruntungnya aku orang yang suka belajar dan aku menyadari bahwa seorang ibu tak akan bisa mendidik anak-anaknya dengan baik jika ia tak bahagia dan masih memendam inner child yang belum terselesaikan. Maka segala cara aku lakukan untuk membuang semua rasa negatif itu demgan memohon pertolongan kepada Allah SWT. Benarlah kini aku bisa mulai melelaskan semuanya dengan terus mendoakan beliau dan menjaga hubungan dengan saudara-saudara se bapak. Bersyukur juga saudara-saudaraku itu juga mau menjaga silaturahim denganku.

Aku banyak belajar tentang kepahitan sebuah keluarga broken home sekaligus ketulusan orang-orang terdekat. Pastinya aku tak ingin anak-anakku akan mengalami hal yang demikian. Berangkat dari situ, aku melangkah ke dunia pernikahan dengan niat karena Allah agar di setiap perbedaan, aku dan suami bisa selalu memiliki hal yang sama yaitu semua karena Allah. Allah telah memberikan tuntunan dan contoh terbaik dlaam berkeluarga yaitu Rasulullah. Tak ada kurikulum yang terbaik selain kurikulum keluarga ala Rasulullah. Banyak pedidikan keluarga yang aku pelajari dan praktikkan sebelum mengenal parenting Rasulullah, tak bisa membantuku menjadi orang tua yang baik, dan kembali kepada Allah melalui yang dicontohkan oleh Rasulullahlah aku menemukan cara terbaik membersamai keluarga. 

Rasulullah mengajarkan agar kita pertama kali mengajarkan pada anak tentang penciptanya. Kemudian bertahap mengajarkan adab pada awal-awal kehidupan mereka. Setelah itu barulah mengajarkan ibadah dan syariat. Urutan pendidikan tersebut membuat anak memiliki akhlak yang baik dan kedekatan dengan Allah dan Rasulullah sehingga ketika mereka beribadah atas dasar kecintaan dan bukan sekedar kewajiban ataupun ketakutan akan neraka. Pendidikan terbaik apapun tanpa di awali dengan pendidikan adab hanya akan menghasilkan orang-orang pintar minus akhlak hingga tak heran banyak sekali hacker-hacker muda, koruptor, dsb. Belum lagi ditambah dengan pengaruh gadget yang tidak bisa kita nafikkan. 

Perjuangan memang masih panjang, namun keyakinan akan pendidikan ala Rasulullah adalah yang terbaik membuatku yakin Allah akan senatiasa memberikan pertolongan dalam mendidik anak-anak.