Rabu, 30 Maret 2022

Tarhib Ramadhan Rumah Peradaban SNC Al Husna


Sebagai pengelola Rumah Peradaban (RP), kami mendapatkan challenge untuk menyelenggarakan tarhib Ramadhan di masing-masing RP. Memang tidak wajib dan awalnya saya akan diadakan di RP saja, tapi sepertinya kurang seru dan tidak akan membawa banyak manfaat. Akhirnya ketika tak sengaja berbincang dengan salah satu guru  TK yang datang berkunjung ke RP, tercetuslah ide membuat tarhib kolaborasi. Ide ini menjadi sebuah misi khusus untuk menjalin kebersamaan di seluruh KBM di  perumahan kami di mana ada 3 KBM di bawah TPQ Al Ihsan, 1 RQ, dan 1 TK, sekaligus syiar untuk warga perumahan dan sekitarnya.




Tadinya semua orang pesimis karena waktu persiapan hanya 1 minggu dengan konsep awal ada bazaar, barbeku, berkisah, dan lomba-lomba. Namun saya mencoba meyakinkan mereka. Dalam rapat bersama seluruh KBM dan DKM, acara barbeku kami tarik ke belakang di pekan ke 3 Ramadhan sedangkan sisanya tetap jalan terus.

Kami sempat kebingungan soal dana karena DKM sedang minim keuangan dan fokus untuk kegiatan lain, demikian juga dengan TPQ, dengan jurus bismillah kami jalan terus. Saat itu dalam pikiran saya yang penting bisa memberi snack anak-anak setelah pawai sejumlah kurang lebih 120 anak. Bagaimana pun caranya akan saya kejar.
Alhamdulillah Allah berikan kemudahan yang lebih dari yang kami harapkan. Donasi itu pun mengalir ditambah bantuan dari RW belum lagi bantuan materi dan tenaga.
Acara diawali dengan pawai anak-anak yang berakhir di tempat berkisah dan bazaar mini. Bazaarnya memang mini karena banyak yang pesimis. Hanya ada 4 penjual. Karena tidak banyak saingan, sekejap pun ludes. Disitu kami adakan penggalangan wakaf juga. Setelah anak-anak pawai dan istirahat sebentar, acara dilanjutkan dengan berkisah tentang keutamaan puasa Ramadhan dan nadzar Abi Abdillah, kuis, lomba puzzle, doa, dan poster. Alhamdulillah semua senang.
Bahkan anak-anak dan pengelola TPQ malah ketagihan untuk membuat acara bersama. Yang tadinya belum tahu tentang RP juga jadi kepo ingin datang ke RP.
InsyaaAllah kami akan melanjutkan kolaborasi rutin untuk melatih anak-anak berani tampil, berkompetisi dan menggiatkan hafalan mereka.
Selepas acara tarhib saat lelah belum lagi lenyap, panitia langsung bergerak memulai pengumpulan donasi berupa barang dan pakaian untuk acara barbeku nanti.
“Maka apabila kamu telah selesai dari suatu urusan, kerjakanlah dengan sungguh-sungguh urusan yang lain.” (QS. Al-Insyirah ayat 7)
Ayat itulah yang menjadi semangat kami. Tak ada apa-apanya perjuangan kami dibanding Rasulullah dan para sahabat. Semoga lelah kami menjadi Lillah.
Mengapa sih RP memilih acara barbeku? Kebetulan barbeku ini telah jadi magnet komplek kami karena ada salah seorang warga yang sering mengadakan barbeku dan punya chanelling yang luas di luar perumahan. Jadi harapannya bisa menggerakkan seluruh elemen masyarakat di perumahan dan sekitarnya sekaligus lebih mengenalkan RP pastinya secara lebih luas.



Hikmahnya lagi, acara tarhib ternyata menjadi pemicu ide gerakan-gerakan lain yang ditujukan untuk remaja dan orang tua.
Semoga Allah berikan kekuatan dan kemampuan untuk menjalankan segala program yang telah kami canangkan dan semoga Allah berikan hidayah kepada semua pihak agar mudah menerima kebaikan.
***

Selasa, 29 Maret 2022

Kenali Rasa Takutmu


Semua orang pasti punya rasa takut, hanya kadarnya saja yang berbeda tiap orang. Ada yang jadi penakut banget, ada juga seperti tak punya rasa takut. Sesungguhnya sekuat apa pun rasa takut itu pasti ada, hanya cara mengatasinya yang membuatnya memiliki hasil akhir yang berbeda.

Ketakutan berlebihan terhadap sesuatu bisa menyebabkan seseorang mengalami fobia. Fobia ini tidak melulu terhadap sesuatu yang menyeramkan, karena definisi menyeramkan juga berbeda bagi setiap orang. Orang bisa saja takut pada ketinggian, gelap, semut, laba-laba, cacing, teriakan, hujan, pokoknya apa saja bisa menyebabkan seseorang menjadi takut berdasarkan pencetus awal timbulnya rasa takut itu. Bagi banyak orang, hujan adalah sesuatu yang biasa saja bahkan bisa jadi menyenangkan, tapi ada pula segelintir orang yang begitu ketakutan setiap kali hujan turun bahkan bisa sampai pingsan. Bisa jadi ia pernah mengalami kejadi yang begitu menyedihkan dan membuatnya trauma saat hujan sedang turun. Jadi tak ada yang tak mungkin untuk sebuah kata takut bagi seseorang. Kita juga tak berhak meledek orang yang memiliki rasa takut terhadap sesuatu yang remeh.
Aku sendiri punya fobia terhadap ketinggian. Aku tak ingat sejak kapan aku mengalaminya. Yang jelas aku memiliki kisah lucu saat kecil akibat rasa takut ini. Aku kecil sangat suka memanjat padahal takut ketinggian. Saat itu aku mencoba memanjat pohon belimbing melalui genteng kandang ayam di rumah kakek nenekku. Dengan bangganya aku naik dan memetik buah belimbing. Saat waktunya turun, otomatis aku melihat ke bawah dan mulailah aku ketakutan sampai nangis dan akhirnya dibantu turun sama pamanku.
Anehnya aku tidak merasa kapok manjat bahkan sampai sekarang. Hanya saja sekarang sudah tau selanya untuk tidak melihat ke bawah saat turun. Kalau sedang berdiri di balkon saja walau ada pagar yang mencegah untuk jatuh, lututku langsung lemas saat melihat ke bawah. Meski berulangkali mencoba berani, tetap saja lutut terasa lemas saat berada diketinggian. Bagaimana rasanya kalau berada di jembatan kaca ya, mungkin sudah pingsan sebelum.sampai ke ujung. Namun fobiaku ini tidak terlalu parah menurutku karena masih bisa di atasi dengan tidak melihat ke bawah. Jika fobia sudah cukup mengganggu, maka seharusnya segera ditangani oleh ahlinya agar tidak berkepanjangan. Jadi tidak perlu takut dengan rasa takut. Kenali rasa takutmu dan taklukkan. 

Jumat, 25 Maret 2022

Bersahabat dengan Demam

Indonesia tercinta ini merupakan negeri yang ajaib. Banyak hal-hal tidak rasional yang dipercayai oleh masyarakat dari masyarakat bawah hingga atas. Banyak "katanya" lebih dipercayai dibanding hasil penelitian yang resmi dari para ahli. Demikian halnya dengan demam.

Sejak zaman nenek moyang dulu masyarakat Indonesia telah terbiasa menggunakan obat tradisional untuk melawan penyakit termasuk melawan demam yang dianggap sebagai penyakit. Padahal demam sesungguhnya adalah sebuah mekanisme tubuh untuk melawan bibit penyakit yang masuk ke dalam tubuh. Semakin berat penyakit yang dilawan, demamnya akan semakin tinggi. Namun pandangan yang beredar dalam masyarakat saat ada keluarga yang demam terutama jika yang demam itu si kecil, maka orang tua akan buru-buru memberikan obat penurun demam atau bahkan membawanya ke dokter yang mana sebagian besar dokter Indonesia akan langsung memberikan antibiotik untuk menyembuhkannya. Jika demam yang harusnya bermanfaat itu buru-buru diusir, akibatnya tubuh tidak terbiasa melakukan perlawanan terhadap penyakit.
Apakah kemudian demam tidak boleh diturunkan? Tidak juga demikian. Jika demam itu tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu menggangu aktifitas, maka sebaiknya dipantau saja. Upaya yang bisa dilakukan adalah meningkatkan daya tahan tubuh agar imunitas ikut naik. Bisa juga dengan dibantu kompres. Namun jika demam dirasa mulai mengganggu misalnya anak tidak mau makan, nyeri, lesu dsb maka tidak mengapa memberikan obat demam yang aman dengan dosis yang sesuai buat usia dan berat badan anak.
Imbas kebiasaan masyarakat yang gampang panik dan ingin sembuh secara instan ini sesungguhnya sangat berbahaya. Saya ambil contoh penyakit yang umum, saat anak terkena batuk pilek langsung pergi ke dokter agar cepat sembuh. Padahal kuncinya adalah pada kesabaran. Dan entah bagaimana mulanya dokter-dokter di Indonesia masih banyak yang hobi memberikan antibiotik atau pun obat racikan yang di dalamnya biasanya selalu ada antibiotik. Apakah mereka ini tidak tahu bahaya penggunaan antibiotik tidak pada tempatnya? Pastinya mereka lebih paham dari masyarakat awam. Terkadang orang tua menjadi sok tahu dan tidak sabaran menuntut dokter untuk memberikan obat yang ' mujarab'. Walhasil, pola tersebut telah membentuk kebiasaan tidak rasional dalam penggunaan obat. Alhamdulillah saat ini mulai banyak dokter yang menerapkan praktik rational ussage medicine (RUM).
Demikian pula halnya saat orang dewasa terkena batuk pilek. Awalnya mereka pergi ke dokter dan diberikan obat termasuk antibiotik walau diagnosanya belum ditegakkan. Padahal penyakit karena virus bisa sembuh dengan sendirinya dengan imunitas yang baik. Ketika kemudian mereka sembuh, mereka langsung tidak mau melanjutkan minum obat lagi padahal antibiotik itu harus dihabiskan sesuai dosis agar tidak menimbulkan resistensi terhadap antibiotik. Dan kelak ketika merek sakit yang sama langsung beli obat yang sama di apotik. Sungguh mengerikan jika makin banyak masyarakat yang berbuat demikian. Penyakit akan semakin kebal dan tak mempan lagi dengan obat-obatan yang ada. Kalau sudah seperti itu, tinggal sesal tak lagi berguna.
Jadi mulai sekarang yuk kita bersahabat dengan demam dan gunakan obat secara rasional teemasuk penggunaan obat tradisional.

Rabu, 23 Maret 2022

Keluargaku Sayang


Terlahir dalam sebuah keluarga broken home, aku tidak bisa merasakan kasih sayang orang tua yang lengkap selama beberapa tahun kehidupanku. Aku tinggal bersama ibu dan keluarga besar ibu tanpa mengenal bapak atau keluarga bapak. Aku hanya mendengar cerita tentang bapak dan saudara-saudaraku dari pihak bapak. Tentu saja secara versi ibu.

Saat usiaku 5 tahun, aku 'terpaksa' menerima bapak baru akibat terlalu banyak dijejali kisah horor tentang bapak tiri. Aku pun menjadi pemberontak kecil untuk menunjukkan protesku. Alhamdulillah, kebesaran hati bapak baruku membuatku mulai menerimanya dengan sepenuh hati. Bahkan kemudian bagiku, dia adalah bapak yang sesungguhnya bagiku. Kasih sayangnya tak sedikit pun berbeda dibandingkan dengan kasih sayangnya terhadap anaknkandungnya hasil pernikahan dengan ibuku. 

Setelah aku dewasa, aku mulai belajar mengenal bapak kandung dan keluarganya karena kebetulan tempatku menuntut ilmu di bangku perkuliahan dekat dengan rumah bapak. Aku menyadari bagaimanapun ia pernah mengabaikanku, ia tetap bapakku, yang paling berhak menjadi waliku. Namun sesungguhnya jauh di lubuk hatiku aku belum bisa memaafkan sepenuhnya masa lalu itu. Ketika kedua bapakku dan juga ibu telah kembali menghadap Illahi, aku senantiasa mendoakan ketiganya walau tetap ada rasa berbeda di antara dua bapakku. Dia memang bapak kandungku, tapi tak pernah mengurusku sementara bapak tiriku sepenuh jiwa menyayangiku. Kisah itu membuat aku mengalami inner child yang berimbas pada caraku mendidik anak-anak karena aku belu bisa memaafkan masa lalu dengan sempurna. Beruntungnya aku orang yang suka belajar dan aku menyadari bahwa seorang ibu tak akan bisa mendidik anak-anaknya dengan baik jika ia tak bahagia dan masih memendam inner child yang belum terselesaikan. Maka segala cara aku lakukan untuk membuang semua rasa negatif itu demgan memohon pertolongan kepada Allah SWT. Benarlah kini aku bisa mulai melelaskan semuanya dengan terus mendoakan beliau dan menjaga hubungan dengan saudara-saudara se bapak. Bersyukur juga saudara-saudaraku itu juga mau menjaga silaturahim denganku.

Aku banyak belajar tentang kepahitan sebuah keluarga broken home sekaligus ketulusan orang-orang terdekat. Pastinya aku tak ingin anak-anakku akan mengalami hal yang demikian. Berangkat dari situ, aku melangkah ke dunia pernikahan dengan niat karena Allah agar di setiap perbedaan, aku dan suami bisa selalu memiliki hal yang sama yaitu semua karena Allah. Allah telah memberikan tuntunan dan contoh terbaik dlaam berkeluarga yaitu Rasulullah. Tak ada kurikulum yang terbaik selain kurikulum keluarga ala Rasulullah. Banyak pedidikan keluarga yang aku pelajari dan praktikkan sebelum mengenal parenting Rasulullah, tak bisa membantuku menjadi orang tua yang baik, dan kembali kepada Allah melalui yang dicontohkan oleh Rasulullahlah aku menemukan cara terbaik membersamai keluarga. 

Rasulullah mengajarkan agar kita pertama kali mengajarkan pada anak tentang penciptanya. Kemudian bertahap mengajarkan adab pada awal-awal kehidupan mereka. Setelah itu barulah mengajarkan ibadah dan syariat. Urutan pendidikan tersebut membuat anak memiliki akhlak yang baik dan kedekatan dengan Allah dan Rasulullah sehingga ketika mereka beribadah atas dasar kecintaan dan bukan sekedar kewajiban ataupun ketakutan akan neraka. Pendidikan terbaik apapun tanpa di awali dengan pendidikan adab hanya akan menghasilkan orang-orang pintar minus akhlak hingga tak heran banyak sekali hacker-hacker muda, koruptor, dsb. Belum lagi ditambah dengan pengaruh gadget yang tidak bisa kita nafikkan. 

Perjuangan memang masih panjang, namun keyakinan akan pendidikan ala Rasulullah adalah yang terbaik membuatku yakin Allah akan senatiasa memberikan pertolongan dalam mendidik anak-anak.