Sabtu, 06 Mei 2017

Memahami Gaya Belajar Anak #hari 10

Hari ini saya mencoba menyimpulkan gaya belajar anak-anak.
Untuk kak Hasna, memiliki gaya belajar yang menyukai hal-hal detail dan rapi, banyak membuat coretan di buku catatannya, suka berbicara sendiri saat mengingat informasi, lebih mudah mengingat sesuatu yang dipraktekkan langsung dan menyukai pelajaran yang berhubungan dengan praktek langsung. Jadi sementara ini saya menyimpulkan bahwa kak Hasna memiliki gaya belajar perpaduan antara visual dan kinestetik.
Untuk gaya belajar mas Fatih, ia banyak membuat ilustrasi belajarnya, suka berbicara sendiri saat belajar, mengemukakan ide dengan ekspresi verbal, dan lebih mudah mengingat yang dilakukan daripada yang dibaca atau didengar. Jadi mas Fatih memiliki gaya belajar cenderung kinestetik, sesuai dengan hasil tes sidik jarinya beberapa waktu lalu.
Untuk gaya belajar Zalfa, suka membaca keras, banyak membuat coretan saat belajar, berbicara menggunakan tangan atau gestur, suka berbicara sendiri saat mengingat, dan lebih mudah mengingat sesuatu yang dilakukan. Saya menyimpulkan gaya belajar Zalfa adalah perpaduan kinestetik dan auditory.
Sedangkan untuk kak Firda, sementara ini belum dapat saya simpulkan mengingat keberadaannya di pesantren. Saya akan mencoba mengamatinya ketika liburan nanti.
Semoga dengan kesimpulan sementara ini, saya akan lebih bisa memahami gaya belajar anak-anak dan dapat memfasilitasi anak-anak untuk memaksimalkan belajar mereka.

Memahami Gaya Belajar Anak #hari 9

Zalfa sangat suka berbicara sendiri saat belajar. Karena itu juga dia sangat suka bermain peran baik sendiri maupun dengan teman-temannya. Kedua kakaknya pun demikian. Inilah salah satu hal yang membuat mereka bisa menjadi sangat kompak saat bermain peran bersama. Hanya saja sekarang kak Hasna sudah kurang suka bermain peran dikarenakan usianya yang sudah beranjak remaja.

Memahami Gaya Belajar Anak #hari 8

Zalfa memiliki keunikan gaya belajar yang tidak dimiliki oleh kedua kakaknya yaitu suka berbicara menggunakan tangan dan gestur. Ini membuatnya menjadi anak yang sangat ekspresif. Ekspresinya ini terkadang membuat kami tertawa namun tak jarang juga membuat kakak nya kesal karena geraknya itu suka menyenggol barang-barang kakaknya.

Memahami Gaya Belajar Anak #hari 7

Hari ini, tiba-tiba saja kak Hasna bilang, "Ma, kenapa ya aku kalau lihat tv mudah ingat banget biarpun cuma sekali. Kalau lihat hp nggak gitu-gitu amat." Saya tersenyum. Barangkali itu memang gaya belajar dia. Tetapi bisa juga itu dikarenakan apa yang ditampilkan di tv lebih menarik. Saya akan mencoba mendalami lebih jauh tentang hal tersebut agar dapat menyimpulkan dengan tepat gaya belajar kak Hasna.

Memahami Gaya Belajar Anak #hari 6

Gaya belajar Zalfa yang suka membuat kesal para kakaknya adalah suka menyanyi tiada henti dengan nyanyian yang kadang dibuatnya sendiri ditambah cara membacanya dengan suara yang keras yang tentu saja mengganggu para kakak. Tapi mau dilarang seperti apapun, itulah cara dia belajar. Saya harus memiliki cara tersendiri agar cara belajar Zalfa tidak menggangu kakak-kakaknya.

Memahami Gaya Belajar Anak #hari 5

Hari-hari ini, kak Hasna dan mas Fatih sedang sibuk mempersiapkan diri menghadapi ujian nasional SMP dan SD.
Kak Hasna belajar dengan rajinnya tanpa disuruh. Pagi dia bangun dan sholat malam kemudian belajar. Semua hal yang berkaitan dengan persiapan ujian dia siapkan dengan detail. Kak Hasna memang tipe yang suka rapi dan perfeksionis dalam segala hal.
Berbeda dengan kakaknya, mas Fatih terlihat lebih santai menghadapi ujiannya. . Mas Fatih memang lebih kuat daya ingatnya. Tapi mereka berdua, bahkan bertiga dengan Zalfa, sama-sama suka membuat ilustrasi di buku-bukunya. Saya suka menyediakan kertas bekas buat mereka corat-coret.

Memahami Gaya Belajar Anak #hari 4

Mengamati gaya belajar anak ke empat, Adik Zalfa, sangatlah mengasikkan. Mirip dengan kakak laki-lakinya, mas Fatih, Zalfa sangat aktif sejak kecil, tidak bisa diam, banyak bertanya. Segala tanyanya harus terjawab secara rasional. Jika tidak, sampai beberapa hari pun dia akan tetap mengejar.
Pernah suatu kali dia bertanya, kenapa kalau Allah Maha Tahu dan bisa melihat semua, harus ada malaikat yang mengawasi atau nanyain manusia tentang amalannya. Jujur saat itu saya kelabakan harus menjawab bagaimana agar bisa dipahami olehnya. Saya berusaha menjelaskan dengan bahasa yang diterima anak. Tapi rupanya dia tidak puas. Esok harinya saya mendapat kan jawaban yang pas dan kembali saya terangkan ke Zalfa mengenai hal tersebut. Zalfa tersenyum senang dan berkata bahwa dia kemarin belum puas dengan jawaban saya dan baru puas dengan jawaban saya yang terakhir.
Begitulah dikecilkan Zalfa yang terus bertanya demi memuaskan rasa ingin tahunya.

Memahami Gaya Belajar Anak #hari 3

Mengamati proses pembelajaran anak ketiga, mas Fatih, saya terkadang bisa tersenyum sendiri. Bagaimana tidak, mas Fatih tipikal anak yang tidak bisa diam, baik bicaranya maupun geraknya. Saat dia masih kecil dulu, sejak bangun tidur hingga tidur lagi, selalu bergerak dan bicara terus dimana saja, kapan saja. Setiap orang yang mendengar perkataannya, akan tertawa geli mendengarnya.
Saat usia 4 tahun, saya memasukkannya ke sekolah taman kanak-kanak. Sayangnya dia tidak terlalu menikmati sekolahnya. Akhirnya saya biarkan mas Fatih cuti dari sekolahnya sampai dengan dia nyaman untuk kembali ke sekolah.
Berdasarkan hasil tes sidik jari, mas Fatih digolongkan dalam gaya belajar kinestetik yang memang harus bergerak saat berkonsentrasi..
Melihat karakternya yang tidak bisa diam, saya menjadi khawatir jika saat dia sekolah nanti dia dianggap anak nakal karena tidak bisa diam. Saya jadi berburu sekolah yang tidak klasikal dengan gaya belajar duduk manis di kelas. Alhamdulillah akhirnya ketemu juga sekolah dengan sistem belajarnya tidak mengharuskan anak duduk manis di kelas. Malah sekarang, mas Fatih paling rajin pergi ke sekolah. Sampai-sampai, meskipun kurang sehat, dia tetap memaksa masuk meskipun sudah saya larang. Akhirnya saya akan tetap mengijinkan masuk dengan catatan kalau merasa tidak kuat harus bilang sama guru agar bisa dijemput pulang.

Memahami Gaya Belajar Anak #Hari 2

Saya belajar banyak dari cara mendidik anak saya yang pertama. Maka saya belajar nersbar ketika anak kedua lahir, kak Hasna. Bagi saya, pendidikan agama adalah  d hal terpenting yang harus ditanamkan terlebih dahulu dibandingkan pendidikan lainnya. Maka saya berusaha mengajarkan anak membaca Al Qur'an sebelum membaca huruf latin. Kali ini saya tidak mau memaksakan anak untuk bisa. Saya hanya mengajarinya Iqro tanpa target dan lebih mengutamakan agar anak bisa enjoy. Kak Hasna belajar dengan cepat.
Suatu saat, ketika pelajaran Iqro nya sampai huruf bersambung, kak Hasna seperti jalan ditempat. Dan belajar dari pengalaman mengajari kak Firda, saya mencoba memberi ruang pada kak Hasna. Benar saja, ketika akhirnya kak Hasna 'klik' terhadap huruf sambung, pelajarannya kembali melaju dengan cepat.
Kesimpulan saya semakin kuat bahwa setiap anak memiliki saat yang tepat dalam proses belajarnya. Dan ketika proses itu telah sampai pada klik nya, maka semuanya akan terasa sangat mudah. Jadi biarkan saja prosesnya mengalir secara alamiah. Orang tua hanya memfasilitasi.

Memahami Gaya Belajar Anak #Hari 1

Anak pertama, kak Firda, saat ini sudah memasuki kelas XI di pesantren Darul Muttaqien. Saya mencoba mengingat gaya belajar anak saya ini.
Anak saya ini mirip saya dalam belajar, tidak suka keramaian. Lebih suka belajar dalam keheningan. Yang paking saya ingat dari proses belajar kak Firda adalah saat ia belajar membaca. Saat itu saya belum memahami ilmu parenting. Saya masih berpikir sebagaimana orang tua kebanyakan, senang ketika anak bisa membaca diusia dini. Maka saat kak Firda TK, saya mulai mengajarinya membaca. Sayang sekali, ia sepertinya belum bisa belajar seperti harapan saya. Kemajuannya tidak secepat bayangan saya. Saat itu saya kecewa. Tapi kemudian saya menyadari kalau saya terlalu memaksa kak Firda untuk bisa membaca. Saya pun 'semeleh' membiarkan kan kak Firda kembali pada dunianya. Saya berhenti mengajarinya membaca. Tetapi tanpa disangka, ketika saya tidak 'ngoyo' mengajarinya, tak berapa lama, kak Firda malah bisa membaca sendiri. Sejak itu, saya berjanji pada diri sendiri, saya tidak akan memaksakan keinginan dan harapan saya pada anak. Anak berhak menjalani proses belajarnya sesuai dengan kemampuan dan kemauannya.