Selasa, 31 Januari 2017

Ngobrol, yuuk!


Memiliki 2 orang anak yang akan mengahadapi Ujian Nasional (UN) SD dan SMP, membuat saya dan suami harus menyiapkan waktu ekstra untuk menemani mereka berlatih soal meskipun kami bukan termasuk orang tua yang menuntut anak untuk mumpuni dalam pelajaran.Bagi kami yang terpenting anak-anak bahagia dalam belajar dan lebih mengutamakan pelajaran akhlak.
Belajar bersama 3 anak sekaligus itu cukup seru dan harus memiliki trik tersendiri agar tak ada anak yang merasa tidak dibantu. Saya bersama suami bergantian saling mengisi. Kebetulan saya dan suami saling melengkapi dalam pelajaran. Saya lebih paham pelajaran bahasa, biologi dan IPS, sementara suami lebih kuat dalam angka.
Waktu belajar untuk anak sangat singkat, yakni setelah saya pulang kerja hingga semampu mereka. Namun saya melihat itu sudah sangat membantu anak-anak memahami pelajaran mereka.
Memasuki waktu Isya, suami dan mas Fatih pergi ke masjid sementara saya dan kedua anak gadis saya sholat berjamaah di rumah. Selesai sholat, saya memberikan pendidikan karakter berupa cerita hikmah tentang kisah tukang daging dan Imam Akhmad. Metode pendidikan seperti ini mampu memancing rasa keingintahuan anak-anak saya tentang hal-hal yang lebih luas.
Malampun semakin beranjak larut, ketika anak-anak terlelap dan kami bersiap mengistirahatkan penat seharian, saya dan suami menyempatkan untuk berbincang tentang evaluasi metode pendidikan anak yang sudah kami lakukan apakah sudah sesuai ataukah belum. Obrolan malam seperti ini merupakan sarana komunikasi yang paling manjur untuk kami. Akhirnya hari ini sampai pada puncaknya. Esok, tantangan yang lebih menantang siap untuk dihadapi.
Selamat beristirahat, keluargaku tercinta.

#hari7
#tantangan10 hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip

Senin, 30 Januari 2017

Consistent is A Must

Hasil kreasi adik Zalfa


Pada saat berhasil mengakses pengumuman lolos seleksi pesantren DQM Sabtu malam, mas Fatih sudah tertidur. Jadi ketika dia bangun, saya segera menyampaikan kabar gembira itu. Dia tampak senang sekali. Setidaknya satu tiket telah berada di tangan, tinggal menunggu tanggal 4 Februari 2017 untuk pengumuman seleksi pesantren Madinatul Quran. Sepertinya start yang sempurna hari ini.
Namun kemudian, entah kenapa pagi ini kondisi emosi anak-anak  mendadak kurang baik. Saya menjadi sedikit terpancing.  Tetapi saya harus tetap berusaha konsisten, konsisten memahami perasaan anak dan konsisten menjalankan aturan. Untuk itu yang pertama kali saya lakukan adalah menenangkan diri terlebih dahulu dan menyelesaikan masalah satu persatu.
Perut kosong adalah salah satu hal yang akan mempercepat emosi. Ketika anak-anak dan suami sudah mulai merasa lapar. Maka saya segera fokus menyiapkan sarapan dibantu kakak Hasna. Setelah sarapan, saya dan suami akan pergi ke pasar. Mas Fatih ingin ikut ke pasar sementara adik ingin pergi bermain bersama teman-temannya. Saya mengijinkan mereka dengan syarat mandi terlebih dahulu sebagai standard pagi.
Sepulang dari pasar, saya sempatkan ngobrol dengan Hasna di kamar. Saya mengingatkan kembali kesepakatan bersama di dalam rumah, misalnya soal batasan waktu menggunakan HP, juga ngobrol soal penekanan batasan aurat (lagi), batasan tontonan yang bisa mempengaruhi mental, dikarenakan kakak Hasna baru saja memasuki masa baligh dan sebentar lagi menghadapi ujian nasional SMP.

Hari ini, saya dan suami juga sepakat untuk membereskan rumah bawah (rumah di depan rumah yang kami tempati) yang kami jadikan base camp kegiatan sosial.
Si bungsu bermain bersama teman-temannya di rumah itu sehingga sekalian bisa dilibatkan untuk membantu melipat kardu-kardus kue bekas yang saya kumpulkan dan suka dibuat mainan oleh Zalfa n the gank. Tiba-tiba tercetus ide memberikan tantangan untuk mereka yakni lomba membaca buku. Pemenangnya akan diberi hadiah es krim. Mereka kemudian bersemangat mencari buku yang akan di baca, di rak perpustakaan kecil kami. Saya kembali melanjutkan bebersih sekaligus persiapan untuk acara kreasi dari sampah bersama ibu-ibu.
Hari pun berlalu dengan normal. Menjelang tidur, satu masalah kembali datang. Mas Fatih ingin tidur bersama ayah mama. Saya menilai, permintaan tersebut disebabkan karena rasa iri kepada adiknya yang terkadang tertidur di kamar kami meskipun akhirnya dipindah ke kamarnya sendiri ditambah dengan sebentar lagi mas Fatih akan menjalani hari-hari nya di pesantren. Saya memberikan ijin dengan catatan hanya malam ini dan sebelum tidur mengajaknya berbicara tentang tanggung jawab sebagai anak laki-laki bahwa ia mempunyai tanggung jawab terhadap ibu, saudara perempuan, istri, dan anaknya. Sehingga dia harus bisa menjaga tanggung jawab itu. In sya Allah mas Fatih bisa mengerti.
Hari ini ditutup dengan membantu adik menyiapkan kreasi kreasi barang bekas untuk di kumpulkan di sekolah dalam rangka seleksi jambore Pramuka.

Banyak sekali pelajaran sepanjang hari ini:
1. Memberikan pilihan pada anak dengan konsekuensinya sehingga ketika anak memilih, mereka sudah tahu akibatnya.
2. Sebelum berkomunikasi, kenali dulu kondisi diri, dan kenali kondisi lawan komunikasi.
3. Konsistensi itu sangatlah penting sehingga anak tidak menjadi bingung dengan sikap plin plan orang tua.

#hari6
#tantangan10 hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip

Minggu, 29 Januari 2017

Perjuangan Mas Fatih

Hari ini merupakan saat yang ditunggu-tunggu, pengumuman hasil tes di DQM sekaligus waktunya mas Fatih tes masuk di pesantren Madinatul Quran di Depok. Menurut jadwal, tes akan dimulai pada pukul 07.00-12.00 WIB. Itu artinya kami harus berangkat paling tidak pukul 06.00. dengan demikian anak-anak harus dikondisikan sedemikian rupa. Pada malam harinya, saya sudah menanyakan apakah adik dan kakak besok mau ikut atau di rumah saja. Kalau ikut harus mandi pagi-pagi sekali. Ternyata  mereka berdua memilih untuk tetap di rumah dengan ditemani bibik. 
Akhirnya, kami hanya bertiga dengan mas Fatih pergi tes ke pesantren. Ini merupakan kesempatan untuk we time sekaligus menanamkan nilai-nilai akhlak secara intensif. Mas Fatih tipe anak yang perasaanya halus, gampang tersinggung jika dikerasin tapi penuh kasih sayang. Sehingga cara yang paling tepat adalah menasehatinya tidak pada saat kejadian tetapi pada saat hatinya sedang normal misalnya menjelang tidur atau pada saat santai, termasuk saat we time seperti ini.
Pelaksanaan tes cukup lama, terutama saat menunggu giliran tes Al Qur'an dan wawancara yang membuat para peserta merasa bosan apalagi mas Fatih mendapat giliran no 2 dari belakang. Awalnya saya tidak bisa mendampingi karena tempat menunggunya penuh dengan peserta. Namun ketika peserta sudah semakin berkurang, saya menemani nya untuk menunjukkan kepedulian dan mengurangi kebosanan nya. Ia kembali terlibat bersemangat sampai tiba giliran nya masuk ruangan tes.
Setelah tes selesai, mas Fatih menukarkan kupon makan dan kemudian kami makan siang berdua sementara suami masih berada di masjid. Tepat setengah 1 akhirnya kami bisa pulang. Mas Fatih terlihat semakin mantab masuk pesantren Madinatul Quran ini. Semoga Allah memberikan kelulusan jika ini memang akan menjadi tempat terbaik untuknya menuntut ilmu.
Setiba di rumah, kami beristirahat beberapa waktu untuk selanjutnya berbelanja bersama keluarga. Alhamdulillah, anak-anak bersikap baik sepanjang perjalanan, belanja maupun makan bersama. Kekesalan semakin sedikit terjadi dengan intensitas yang lebih singkat.
Lelah seharian bagai terbayar lunas melihat anak-anak bisa bersikap baik apalagi saat sudah menjelang tidur, pengumuman kelulusan dari DQM sudah keluar danmas Fatih dinyalakan lolos seleksi. Alhamdulillah. Perjuangannya untuk bisa menjadi hufadz semakin dekat. Semoga Allah memberikan yang terbaik untuknya. Aamiin.

#hari5
#tantangan10 hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip

Sabtu, 28 Januari 2017

Feeling, Timing, and Winning



Saat masih di kantor, mas Fatih menelepon saya dan mengatakan kalau sedang kesal dengan adik. Napasnya memburu. Ini warning karena pertanda mas Fatih sedang tidak bisa mengelola emosinya. Selain itu dia minta ijin untuk main tap.  Sudah pasti tidak bisa saya ijinkan karena dalam kondisi emosi yang tidak stabil, tab atau HP akan memperparah keadaan tersebut.  Disamping itu, keluarga kami juga menerapkan standard pagi dan sore. Anak-anak hanya boleh main HP jika sudah selesai semua urusan dan kewajibannya, mandi, makan, sholat, ngaji dan menyiapkan pelajaran. Itupun hanya boleh main di hari libur saja.
Sesampainya di rumah, suami bercerita bahwa tadi mas Fatih main tab. Saya tidak lantas buru-buru menanyakan persoalan tersebut. Saya bebersih badan, makan dan sholat, kemudian berkesempatan berdua di kamar dengan mas Fatih. Sambil tersenyum saya tanya kenapa tadi kesal sama adik? Ternyata karena dia jatuh dari motor sewaktu bonceng adik. Motor sudah berhenti tapi adik malah goyang-goyang. Mendengar itu suami yang tiba-tiba masuk ikut ambil bagian ingin menyalahkan Mas Fatih tapi saya tahan. Saya bilang, mama mengerti kamu marah dan kesal. Tapi orang kesal itu tidak bisa berpikir dengan baik jadi harus dilawan kesalnya dengan istighfar.setelah beberapa waktu saya biarkan mas Fatih memahami apa yang saya sampaikan, dia mulai bisa menguasai emosinya dan saya ajak keluar berkumpul bersama yang lain. Sayang sekali, saat dia duduk di lantai dan suami duduk di kursi tepat di belakangnya, suami kembali mengungkit bahwa dia telah melanggar larangan ayah untuk tidak bonceng siapapun. Mas Fatih yang perasa oun menangis. Untungnya keadaan segera bisa dinetralisir dengan meminta suami tak membahas itu sekarang. Saya melihat emosinya sudah lebih baik dibanding sebelumnya.
Setelah semua tidur, tak lupa saya check apakah sudah tidur beneran ataukan masih melakukan aktifitas lain. Ternyata kakak Hasna masih sama
Pada saat sebelum tidur, saya coba berdiskusi dengan suami membahasa permasalahan mas Fatih dan pentingnya ilmu berkomunikasi dengan anak. Suami memang belum terlalu memahami, namun kami sepakat, untuk urusan mas Fatih, saya yang akan menangani sehingga tidak terjadi salah paham. Mas Fatih hanya membutuhkan saat yang tepat untuk berdiskusi tentang permasalahannya.
Saya semakin bersemangat untuk konsisten feel their feeling ditambah Timing yang tepat sebelum berkomunikasi dengan anak-anak dan suami. Hasilnya adalah kemenangan.
Mengecek kembali anak-anak yang sudah berangkat tidur di kamar nya masing-masing menjadi penutup hari yang sempurna.

#hari4
#tantangan10 hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip

Jumat, 27 Januari 2017

Just Feel Their Feeling!

Hasil jepretan Kakak

Hasil jepretan Adik

Saat-saat berat sebagai working mom adalah saat harus lembur atau bahkan dinas ke luar kota.
Seperti hari ini, saya mendapat tugas untuk mengikuti rapat sampai malam ditambah jadwal rapat seharian penuh. Kesempatan untuk berkomunikasi dengan keluarga semakin sedikit.
Di sela-sela kesibukan yang sangat padat itu, komunikasi yang bisa dilakukan adalah via WA atau telepon. Lewat kedua media itu saya mengetahui aktifitas suami dan memantau kegiatan anak-anak. Sesibuk apapun di kantor, tetap tak boleh melupakan kebutuhan anak-anak. Juga komunikasi dengan pihak sekolah anak-anak untuk mengetahui tugas sekolah anak-anak. Untuk besok, Mas Fatih mendapat tugas mengumpulkan foto bersama ortu untuk persiapan kenang-kenangan kelulusan kelas 6 nanti.
Malam saat sampai di rumah, saya mencium kening semua anak-anak yang sudah tidur semua dan menyelipkan doa.
Begitu bangun, anak-anak akan langsung  mencium tangan dan memeluk saya. Pertemuan singkat di pagi hari, saya sempatkan untuk menghangatkan nasi biryani kesukaan anak-anak yang sengaja saya bawa dari kantor. Baunya yang harum membuat anak-anak bersemangat. Sambil menyiapkan diri untuk berangkat, saya menyempatkan untuk bercakap-cakap dengan anak-anak. Dan sebelum berangkat, akhirnya saya ingat kalau harus mengambil gambar bersama mas Fatih. Sayapun minta tolong adik Zalfa untuk memotret, tadinya suami hampir mengatakan kak Hasna saja yang mengambil, tapi saya katakan, adik boleh mengambil gambar pakai HP ayah dan kak Hasna pakai HP kakak. Adik pun tidak jadi kecewa dan saya bisa berangkat ke kantor dengan lega. Sekali lagi, memahami kondisi suami dan anak sebagai klien utama memang sangat penting.

#hari3
#tantangan10 hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip

Kamis, 26 Januari 2017

Empatiku, Pengertianku







Hari ini saya sudah niatkan untuk meningkatkan intensitas komunikasi dengan suami, baik WA maupun langsung. Beberapa hari kami memang sama-sama sibuk di kantor. Sapaan hanya sekedar say hello.
Setelah tiba di kantor, saya malah lupa. Tapi mungkin batin kami tersambung, tiba-tiba saja suami menanyakan apa saya sudah sarapan serta mengirimkan sebuah postingan terkait Taspen. Saya langsung memanfaatkan kesempatan itu. Setelah terlibat pembicaraan terkait topik postingan, saya katakan padanya bahwa saya minta maaf belum bisa jadi istri yang baik untuk mas Kuncoroku yang ganteng :)
Suami tertawa. Dia memang suka dengan candaan ku yang kadang jail. Setelah itu kami beberapa kali berkomunikasi intensif meski sekedar menanyakan makan apa. Kebetulan di kantor ada snack rapat jajan pasar kesukaannya. Maka saya potret dan katakan akan dibawa pulang untuknya. Dia senang sekali.
Malam saat berkumpul dengan keluarga, suami dalam kondisi bahagia, maka ia dengan senang menemani anak-anak belajar sambil main gitar.
Sementara itu, mas Fatih mengadukan kalau tadi saat di sekolah, Zalfa malah jajan terlebih dahulu sebelum pulang padahal sudah tahu mas Fatih mulai demam lagi. Zalfa pun tak mau mengalah karena merasa belum jajan sejak pagi.
Saya berusaha memahami kondisi keduanya.
" Mama tahu mas Fatih kenal sama adik, yang gak mau cepat pulang, dan mama ngerti adik kesal karena belum jajan sejak pagi. Kalau kalian berdua bisa saling memahami, maka yang keluar dari mulut mas Fatih adalah, ya udah adik jajan dulu tapi cepat ya. Trus adik akan bilang, ya udah kita cepat pulang, aku jajan besok aja." Kata saya sambil memeluk keduanya.
Ajaib, keduanya diam tanpa protes.
Ketika saya mau melanjutkan sholat Sunnah setelah berjamaah dengan anak-anak, Zalfa membutuhkan perhatian saya, maka saya tunda sholat saya dengan mendengarkan ceritanya sebentar. Setelah itu baru saya lanjutkan sholat dan Zalfa pun bersikap manis karena kebutuhannya terpenuhi.
Banyak teori komunikasi sudah saya coba praktekkan. Dan yang belum konsisten saya lakukan adalah menunjukkan empati tentang perasaan mereka saat terjadinya peristiwa. Dan itu yang terjadi malam ini, dengan menunjukkan empati, meminimalisir bantahan dan pertikaian.
Hari inipun berlalu dengan baik. Alhamdulillah

#hari2
#tantangan10 hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip

Rabu, 25 Januari 2017

Komunikasi Keluargaku





Beberapa hari sebelumnya, mas Fatih sedang kurang enak badan. Namun ia tipe anak yang tidak mau ketinggalan pelajaran. Apalagi besok ada tugas IPA berkelompok dan dia mendapatkan tugas membawa beberapa peralatan seperti cutter, kardus, dan baterai.
Si Kakak Hasna juga sedang rajin belajar latihan UN SMP. Biasanya tugas ayahnya untuk membantunya belajar. Kali ini ada satu permasalahan lagi yang diributkan si kakak, jerawat diujung hidungnya yang meradang dan meletus hi hi hi.
Sementara itu si bungsu Zalfa berdasarkan hasil laporan wali kelasnya, sedang mengikuti seleksi Pramuka yang mensyaratkan beberapa hal diantaranya membuat 9 kreasi barang bekas. Hari ini ia juga mendapatkan PR menuliskan 6 kekurangan dan 6 kelebihan dirinya. 
Kebayang kan riuhnya rumah saya? Belum nanti kalau si sulung mbak Firda pulang dari pesantren.
Saya dan suami sama-sama lelah bekerja seharian. Suami inginnya bisa rebahan melepas lelah. Sungguh tak mungkin saya melaksanakan tugas pendampingan anak sendirian. Jadilah kamar tidur kami tempat kami berkomunikasi yang efektif. Suami bisa rebahan sesekali sambil membantu belajar kakak. Suami juga bisa berdiskusi dengan saya dan mas Fatih apakah besok mas Fatih diijinkan masuk? Suami tipe protektif sedang saya tipe yang tidak mudah menyerah.
Malam ini kami berkompromi, mas Fatih boleh saja masuk sekolah bila esok tidak panas, dan bila di sekolah ternyata panas, harus segera bilang ke Bu guru agar bisa dijemput pulang.
Setelah itu saya membantu Zalfa menyiapkan tugas dan prakarya nya.
Membuat prakarya adalah sesuatu yang menyenangkan untuknya. Meskipun sudah mulai mengantuk, dia mengerjakannya sampai selesai.
Alhamdulillah hari ini terlalui dengan baik.

Hal yang menarik dari komunikasi hari ini adalah, tidak ada rajukan seperti biasanya karena saya mencoba mengetahui kondisi dan pemikiran masing-masing anggota keluarga sehingga semua prioritas keluarga tercapai.

Perubahan yang dibuat. Mencoba memahami masing-masing karakter anak dan suami beserta kebutuhannya saat itu. Barulah saya masukkan pemikiran saya sehingga mereka dengan senang hati mau menerima.

#hari1
#tantangan10 hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip

Selasa, 24 Januari 2017

Aliran Rasa dari Matrikulasi IIP Bogor Batch 2



Pada awalnya saya tidak yakin bisa menjalani matrikulasi ini dengan baik sehubungan dengan kesibukan akhir tahun di kantor, ditambah dengan kesibukan mengurus keluarga yang sedang banyak acara. Namun setelah diyakinkan oleh mbak Tsalits untuk ikut saja dulu, kalau tidak lulus ya bisa ikut remedial, akhirnya saya nekat juga untuk mengikutinya. Dan setelah berakhirnya kelas matrikulasi ini, hal pertama yang saya pikirkan adalah saya tentu akan sangat menyesal jika saja saya tidak jadi mengikutinya. Sungguh Allah benar-benar memberikan waktu yang tepat untuk 're-start my life'. Terima kasih mbak Tsalits supportnya.
Kelas ini membuat saya lebih mengenal siapa diri saya, melihat apa kekurangan dan kelebihan saya. Dengan segala yang telah Allah karuniakan kepada saya itu, baik kekurangan maupun kelebihan, saya mulai belajar mengenali lebih baik pasangan saya juga anak-anak saya. Untuk apa Allah pertemukan saya dengan keluarga ini, untuk apa Allah tempatkan saya di lingkungan tempat tinggal saya termasuk di kantor. Pasti Allah Yang Maha Baik sudah menyiapkan sebuah arsitektur kehidupan saya dengan indah jika saya mau mencarinya.
Dan disinilah saya. Saya adalah istri dan sahabat untuk suami yang harus bisa menutupi segala kekurangannya dengan kelebihan yang saya miliki sekaligus harus bisa mengoptimalkan kelebihannya. Saya harus bisa berdamai dengan kekurangan saya agar saya bisa lebih fokus dengan kelebihan saya. Saya adalah ibu, sesibuk apapun harus tetap berusaha selalu ada buat anak-anak. Sayalah yang harus mewarnai mereka. Itu tugas utama saya. Jadi apapun yang saya lakukan, tugas utama tidak boleh terkalahkan.
Saya belajar memilah apa yang penting dan tidak penting dalam hidup saya sehingga saya bisa mendelegasikan apa-apa yang bisa didelegasikan kepada orang lain dan mengerjakan sendiri apa yang tidak boleh didelegasikan. 
Di kelas ini pula saya semakin yakin dengan peran saya dalam lingkungan. Saya belajar merumuskan visi misi hidup saya, untuk diri sendiri, untuk keluarga, dan untuk lingkungan. Apa target hidup saya, baik jangka pendek, menengah, maupun panjang. Bahwasannya dalam hidup, kita tidak hanya memikirkan diri sendiri dan keluarga, tetapi bagaimana kita bisa membuat perubahan dalam masyarakat. Karena sejatinya manusia yang paling baik adalah yang paling bermanfaat.
Dan yang paling penting, kegalauan saya sebagai ibu bekerja sudah lenyap. Ibu bekerja atau full time mom memang sebuah pilihan. Tapi apapun pilihan itu, tergantung dari diri kita masing-masing. Menjalani kehidupan sebagai ibu yang bekerja di ranah public, sah-sah saja selagi terlebih dahulu menuntaskan kewajiban Bunda Sayang atau kewajiban terhadap client utama yakni anak dan suami. Dan berdasarkan hasil diskusi dengan para client tercinta, kami sepakat bahwa saya akan tetap bekerja di ranah publik sampai dengan beberapa tahun ke depan dengan komitmen yang saya tetapkan untuk diri sendiri untuk konsisten melaksanakan jadwal harian yang saya tetapkan agar semua yang menjadi target hidup saya bisa terpenuhi.
Sekali lagi Alhamdulillah dan terima kasih tak terhingga untuk bunda Septi, bunfasil dan semua teman2 di kelas matrikulasi yang setia berbagi pengalaman untuk semakin memperkaya pengetahuan tentang parenting.

Semangat mengikuti perkuliahan selanjutnya!
#testimoni

Bunda sebagai Agen Perubahan


 EMPATI + PASSION = SOCIAL VENTURE
Minat, Hobby, Ketertarikan
Skill, Hard, Soft
Issue Sosial
Masyarakat
Ide Sosial
Kreasi berbagai macam barang, missal bros, barang bekas, dll

·    Creator
·    Communicator
·    Educator
·    Arranger
Minimnya kesadaran masyarakat akan lingkungan  yang sehat
·    Anak-anak
·    Remaja
·    Ibu-ibu
·    Bapak-bapak
Gerakan masyarakat peduli lingkungan:
·    Bank sampah
·    Kreasi barang bekas
·    Penghijauan
·    Pembuatan lobang biopori
·    Pembibitan tanaman obat keluarga


Pada NHW-NHW sebelumnya, jujur saya masih belum memahami seutuhnya alur pemikiran secara keseluruhan materi matrikulasi ini. Dengan banyaknya kegiatan dan hobby yang saya tekuni, saya malah merasa menjadi orang yang belum jelas arah tujuannya. Saya menjadi tidak yakin dengan visi misi saya. Sehingga pada NHW#8, saya memutuskan untuk mendalami kesukaan saya dalam dunia tulis menulis serta bisa menghasilkan buku karya sendiri pada saatnya nanti. Namun demikian saya masih ragu dengan pilihan saya itu jika saya kaitkan dengan kegiatan yang saya tekuni saat ini dalam masyarakat.
Pada NHW#9 ini, mata saya baru terbuka bahwa sebenarnya apa yang sudah saya lakukan selama ini sudah sejalan dengan alur matrikulasi, hanya saja saya merasa tidak yakin dengan apa yang telah saya lakukan. Untuk itu, pilihan minat yang saya pilih dalam NHW#9 ini adalah kesukaan saya untuk berkreasi dalam pembuatan perhiasan dan aneka kreasi barang bekas. Minat saya itu yang menuntun saya untuk melakukan perubahan pada masyarakat di sekitar saya yang masih minim pemahaman terkait kepedulian pada lingkungan. Masih banyak sampah yang dibuang sembarangan. Lingkungan perumahan juga menjadi lebih hangat dibanding ketika saya pertama kali tinggal di sana disebabkan oleh semakin banyaknya penghuni tidak diimbangi dengan bertambahnya pepohonan, malah banyak pohon yang ditebang akibat dianggap mengganggu kabel listrik atau telpon atau bahkan takut ambruk ke rumah penduduk saat hujan angin melanda.
Bersama para pengurus RT/RW dan beberapa orang yang tergugah hatinya terhadap kepedulian lingkungan, kami telah membuat sebuah langkah awal dengan membuka bank sampah dan melakukan sosialisasi pemanfaatan sampah. Langkah kedua adalah melakukan kegiatan rutin tentang berkreasi dengan barang bekas untuk ibu dan anak yang in sya Allah akan dimulai akhir pekan ini. Untuk langkah kedua ini, kedepannya saya akan banyak belajar melakukan kreasi yang lebih menarik dan layak jual.
Langkah selanjutnya, kami akan berkolaborasi dengan bapak-bapak untuk mengembangkan sayap tentang kepedulian terhadap lingkungan. Alhamdulillah, suami juga sangat support dengan berbagai macam ide yang berasal dari pengalamannya melakukan pengabdian kepada masyarakat di berbagai daerah. Salah satunya adalah pembibitan tanaman obat keluarga.
Dengan kemampuan saya sebagai seorang creator, communicator, educator, dan arranger, saya mencoba memaksimalkan pencapaian visi dan misi hidup. Visi misi hidup saya juga sudah saya sampaikan kepada klien saya, suami dan anak-anak. In sya Allah mereka support dan akan lebih banyak terlibat dalam kegiatan yang saya lakukan untuk masyarakat.
Sejalan dengan aktifitas kemasyarakatan tersebut, minat saya yang lain yakni menulis, juga memiliki celah lebih ditingkatkan lagi. Hasil kreasi dari barang bekas maupun kreasi lainnya nantinya bisa saya abadikan dalam sebuah buku kreatifitas sebagaimana impian saya selama ini.
Saya juga tetap memilih bekerja di ranah publik dengan konsekuensi untuk lebih berkomitmen dengan jadwal ketat yang telah saya buat. Tentunya semua atas seijin anak dan suami tercinta.
Semoga apa yang saya cita-cita ini mendapatkan ridho dari Allah SWT. Aamiin

#NHW9
#latepost

Misi Hidup dan Produktivitas



Menemukan misi hidup sangat penting dalam menunjang produktivitas keluarga.
Pada NHW#7, telah dibuat kuadran aktifitas yang menggambarkan kegiatan yang disukai/tidak dan yang bisa/tidak. Sekarang saatnya memilih aktifitas pada kuadran SUKA dan BISA untuk kita jadikan focus dalam hidup kita dan kali ini saya memilih Journalist yang akan saya pelajari lebih lanjut dalam perjalanan hidup saya ke depan. Untuk selanjutnya kita akan menjawab beberapa pertanyaan terkait focus yang sudah dipilih.
Karena saya memilih  JOURNALIST sebagi topic utama, maka inilah yang akan saya lakukan dalam hidup saya pada beberapa tahun ke depan:
1.       Ingin menjadi apa pada bidang journalist? Saya ingin menjadi penulis buku ketrampilan dan fiksi
2.      Ingin melakukan apa? Untuk menjadi seorang penulis yang baik, saya harus memiliki komitmen dan konsistensi dalam menulis. Sebagaimana NHW terdahulu, salah satu target harian saya adalah menulis setiap hari. Untuk membuat tulisan yang bagus, saya perlu belajar bagaimana menulis yang baik, serta banyak membaca buku untuk memperluas pengetahuan dan penting juga untuk belajar pada ahlinya.
3.       Ingin memiliki apa? Saya ingin bisa memiliki buku hasil karya sendiri yang bisa membawa manfaat bagi banyak orang.
Dalam 3 aspek dimensi waktu, inilah yang ingin saya capai dalam hidup:
1.       Apa yang ingin dicapai dalam kurun waktu kehidupan kita (lifetime purpose)?
Dalam kehidupan, saya sangat ingin menjadi manusia yang bermanfaat bagi banyak orang, sebagaimana sabda Rasulullah bahwa sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat. Saya ingin membuat sebuah biografi hidup saya yang bisa memberikan inspirasi dan manfaat bagi orang banyak.
2.      Apa yang ingin dicapai dalam kurun waktu 5 tahun (strategic plan)?
Dalam kurun 5 tahun, saya harus produktif menulis dan menerbitkan buku baik fiksi maupun buku ketrampilan sehingga menulis sudah menjadi bagian dari hidup saya.
3.       Apa yang ingin dicapai dalam kurun waktu kehidupan kita (new year resolution)?
Dalam 1 tahun ini, saya harus konsisten menulis setiap hari dan banyak belajar sehingga bisa menerbitkan 1 buku pada akhir tahun nanti.
Let start now! Change or Loose!

#NHW8
#latepost