Minggu, 31 Maret 2019

Komunikasi Produktif (4): A Peaceful Day


Sejak malam saya berkutat dengan deadline report pajak dan harta kekayaan yang dipantau langsung oleh segenap pimpinan di kantor. Perjuangan yang lumayan tatkala harus eksklusif mengASIhi debay yang baru berusia 2 minggu. Lelah itu berkali lipat terasa dibanding hari biasa. 
Dalam konfisi seperti itu,  Zalfa minta main ke arena bermain di Giant. Poin yang saya ingat pertama kali,  kendalikan emosi.  Saya dekati Zalfa,  duduk sejajar dan berbicara dengan intonasi yang tidak mengintimidasi. Saya mencoba menjelaskan mengapa akhir2 ini jarang rekreasi keluar sekaligus mencoba menanamkan rasa syukur bahwa masih banyak yang jauh lebih tidak beruntung dibandingkan keluarga kami. Alhamdulillah Zalfa bisa memahami. 
Demikian pun saat tiba waktu makan siang dan saya tidak sempat menyiapkan makanan sebagaimana biasanya,  zalfa dan kakak2nya bisa memahami kondisi mamanya yang kelelahan dan mau makan dengan lauk seadanya. Pun ketika menjelang tidur saya tak bisa membacakan dongeng karena kepala yang semakin nyut2an, zalfa tersenyum tidak memprotes.
Di lain hal,  sang kakak hari ini sempat bersitegang dengan ayahnya. Biasanya saya sering bersitegang dengan kakak. Kata suami,  kakak itu foto copynya saya,  jadi kala saya bersitegang dengannya sepertu saya menghadaoi diri saya sendiri. Namun kali ini saya harus menjadi penengah diantara keduanya.  Kakak mrmang sedang dalam masa galau mencari jati dirinya. Saya biatnya emosinya mereda. Selepas makan dan sholat,  sambil bersantai saya ajak ngobrol apa yang dia sukai dan apa yang tidak dia sukai. Kemudian kami ngobrol dari hati ke hati tentang keinginan masing2 dan apa yang menjadi harapannya khususnya dari ayah dan mamanya. 
Rasanya menjadi indah jika tak ada emosi yang berperan dalam komunikasi. 

#hari4
#gamelevel1
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbundasayang
#institut.ibu.profesional

Sabtu, 30 Maret 2019

Komunikasi Produktif (3): Bersama Menjaga Jalur


Belajar dari kesalahan di hari kedua,  setelah emosi telah mereda, hari ini saya kembali berkomunikasi dengan Zalfa. 
Zalfa merupakan anak ke 4 yang kebetulan paling sedikit mendapatkan waktu kebersamaan dengan saya dan ayahnya dikarenakan peraturan di kantor kami yang memberlakukan jamlerja baru dan absensi elektronik. Ditambah dengan pola pengasuhan asisten yang memanjakan dia sehingga kemandiriannya sangat kurang. Menyadari hal tersebut,  saya sepakat dengan suami untuk meninggalkan ranah public dan fokus pada pendidikan anak-anak. Inilah yang berusaha saya komunikasikan dengan Zalfa. Alhamdulillah, sejak cuti besar beberapa waktu lalu, sudah ada kemajuan namun masih banyak PR bersamanya.   
Kebetulan hari ini,  Zalfa akan mengikuti Yaumul Quran di sekolah. Dia akan menginap semalam dan ada beberapa perlengkapan yang harus dibawanya. Saya membiarkan dia menyiapkan semua perlengkapan yaumul quran sendiri dan dia bisa melaksanakan dengan baik. 
Disisi lain, saya menyadari, Zalfa sedang merasa tidak nyaman dengan kesepakatan soal penggunaan hp dan televisi. Dia merasa diperlakukan dengan tidak adil dibandingkan dengan kakak2nya. Saya berusaha menjelaskan bahwa batasan penggunaan hp tidak harus sama tergantung usia dan kebutuhan juga. Saya juga menjelaskan bahaya penggunaan hp secara dini apalagi dengan jangka waktu yang lama.  Zalfa pun bisa memahami. Namun tetap saja di akan protes jika kakaknya pegang hp. Karena itu saya juga menjelaskan ke kakaknya bahwa saat ini saya tengah 'meluruskan jalur' Zalfa agar tidak salah arah. Saya meminta bantuan kakanya agar turut memberikan suasana yang kondusif. Obrolan kami sambil makan membuat kakak merasa tidak terintimidasi dan dengan senang hati mau membantu. Imereparasi karakter tak bisa dilakukan sendiri,  harus bersama-sama dengan seluruh keluarga. Itu pula yang saya lakukan dulu saat menyembuhkan mas Fatih dari trauma pembullyan. Dan komunikasi hari ini pun cukup memuaskan. 

#hari3
#gamelevel1
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbundasayang


#institut.ibu.profesional

Jumat, 29 Maret 2019

Komunikasi Produktif (2): Kendalikan Emosimu, Mama!


Setelah berhasil menerapkan komunikasi yang cukup efektif di hari pertama, sayang sekali di hari ke dua saya mendapat tantangan yang cukup lumayan justru di poin pertama dalam berkomunikasi dengan anak yaitu mengendalikan emosi. 
Hari ini kebetulan bersamaan dengan pelaksanaan aqiqoh anak ke lima yang baru lahir beberapa hari lalu. Memang tidak ada acara khusus di rumah. Hanya pesan paket aqiqoh dan dibagikan ke tetangga dan saudara. Tapi sejak pagi hingga sore,  tamu datang silih berganti ditambah sedang ada orang tua dan keponakan yang datang berkunjung serta melayani dek Hanum sang debay yang hampir setiap jam minta nen. Tetiba sorenya mendapat kabar paksu tidak jadi pulang ceoat karena ada rapat mendadak dengan rektor.  Olala, siapa yang akan mengurusi pengiriman bngkisan aqiqoh? Memang pada akhirnya semua bisa terselesaikan. Tapi energi dan pikiran terlanjur terkuras. Saat itu,  Zalfa menyuguhkan tantangan baru dengan bermain hp menyalahi kesepakatan yang telah dibuat meskipun dia beralasan karena besok dia libur dan mau berlatih tari yang akan dipakai untuk tampil pada acara tahfidz graduation. Akhirnya saya tersulut emosi dan gagallah saya menyampaikan pesan kedisiplinan dalam menepati kesepakatan. 
Saya pun harus  memberikan ruang bagi diri sendiri dan Zalfa untuk meredakan emosi. Rencana semula untuk menghidupkan kembali forum keluarga selepas magrib,  gagal total. 
Hari ini saya mendapat pelajaran berharga untuk lebih bisa mengendalikan emosi terlebih dahulu sebelum berkomunikasi dengan anak. Lebih baik menunda komunikasi daripada komunikasi berjalan dengan buruk. 

#hari2
#gamelevel1
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbundasayang
#institut.ibu.profesional

Kamis, 28 Maret 2019

Komunikasi Produktif (1): Kamar Komunikasi


Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi (pesan, ide, gagasan) dari satu pihak kepada pihak lain. Pada umumnya, komunikasi dilakukan secara lisan atau verbal yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak. apabila tidak ada bahasa verbal yang dapat dimengerti oleh keduanya, komunikasi masih dapat dilakukan dengan menggunakan bahasa non verbal/gestur tubuh yakni dengan cara menunjukkan sikap tertentu, misalnya tersenyum, menggelengkan kepala, mengangkat bahu. (sumber: wikipedia) 
Keberhasilan sebuah komunikasi sangat tergantung dari cara penyampai pesan dan kondisi penerima pesan.
Dalam kita berkomunikasi dengan orang dewasa, pasangan misalnya,  sebaiknya perlu memperhatikan beberapa hal antara lain:
- clear and clarify
- choose the right timr
- gunakan kaidah 7-38-55 (verbal-intonasi suara-bahasa tubuh)
- intensity of eye contact
- I'm responsible of mycommunication result. Hasil komunikasi adalah tanggung jawab penyampai pesan bukan penerima pesan. 
Sedangkan poin-poin yang harus dilakukan dalam berkomunikasi dengan anak tentunya berbeda dengan orang dewasa yaitu meliputi:
- mengendalikan emosi
- keep information short and simple (KISS)
- intonasi suara,  gunakan suara ramah
- kata ganti tidak bisa menjadi bisa
- jelas dalam memberikan pujian dan kritikan
- mengatakan keinginan
- refleksi oengalaman
- ganti nasihat dengan refleksi pengalaman
- menunjukkan empati
- ganti perintah dengan pilihan
- observasi (sumber: e book materi komunikasi produktif IIP)
Kebetulan dengan anak ke 4 sedang mengalami ujian. Sebagai anak menjelang gede di usianya yang 10 tahun,  ia sangat suka melawan dan selalu membandingkan dengan ke tiga kakaknya yang sudah remaja. Dia sangat tidak suka dilarang melakukan sesuatu yang kakaknya boleh melakukan misalnya memiliki hp. Dalam hal ini, saya mencoba mengajaknya ke area nyaman keluarga yaitu kamar orang tua. Selama ini,  kamar ortu adalah area ternyaman untuk semua anghota keluarga. Kami melakukan banyak hal bersama-sama di dalamnya mulai belajar,  mengaji,  forum keluarga,  dll. Sedikitnya waktu kebersamaan kami selaku orang tua dalam membersamai anak-anak karena harus bekerja di ranah publik,  membuat kami harus bisa memanfaatkan dengan hal-hal yang efisien dan produktif salah satunya kebersamaan dalam area kamar karena kami bisa sekaligus sambil melepas lelah. 
Saya memulai obrolan dengan Zalfa dalam suasana santai. Mengajaknya berpikir secara rasional sebagaimana dia selalu lakukan tentang mengaoa ada beberapa aturan yang buat dia terasa tidak adil.  Saya coba jelaskan bahwa adil itu tidak harus sama. Saya juga memberinya alasan kenapa ada aturan tersebut serta pandangan tentang konsenkuensi beberapa hal apabila dia memaksakan kehendaknya. Akhirnya ia bisa memahami dan berjanji akan melakukan sesuai dengan aturan yang ku telah disepakati bersama. 
Esok paginya, dengan mudah Zalfa dibangunkan.   Kemudian sholat shubuh,  mandi,  sarapan dan bisa bersantai sejenak sambil menunggu jemputan. Dia terlihat senang. Begitu pun saya. Semoga ini menjadi awal yang baik. 
Dalam upaya komunikasi tersebut,  mengingatkan saya bahwa forum komunikasi yang saya bangun setiap selesai sholat magrib selama saya libur panjang dari kerja,  ternyata sdh lama tidak saya lakukan. Hal tersebut dipicu kondisi saya yang sendang hamil tua sampai dengan kelahiran anak ke 6, dek Hanum, 2 pekan lalu. 
Timing yang tepat untuk menghidupkan kembali forum tersebut. Saya jelaskan kepada seluruh anggota keluarga khususnya yang di rumah bahwa, banyak yang harus dibenahi dalam kehidupan keluarga kami. 

#hari1
#gamelevel1
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbundasayang
#institut.ibu.profesional

Selasa, 19 Maret 2019

NHW#3 PB Self Healing

Pra bunsay kali ini sudah memasuki tugas ke 3. Pada tugas kedua minggu lalu, aku hanya sempat mengerjakannya secara minimalis tanpa sempat menuliskannya di blog ini. Maklum sedang berkejaran dengan HPL Dan aku sangat bersyukur sekali setelah berhasil submit nhw ke 2, malamnya aku mulai mengalami ptoses persalinan dan berhasil launching a baby girl pada pagi harinya pukul 04.25 WIB. 
Dari awal memang sudah terbayang perjuangan mengikuti kuliah bunsay kali ini.  Tapi aku tak imgin gagal untuk yang kedua kalinya. Makanya ketika berhasil melewati tahapan demi tahapan itu rasanya menjadi sangat luar biasa. 
Pada NHW kali inj,  kami mendapatkan tugas untuk melakukan self healing. Membersihkan masa lalu yang mengganggu agar dalam melaksanakan tugas sebagai ibu tidak lagi dibebani masa lalu tersebut. Masa lalu akan sangat mempengaruhi kepribafian kita sehingga harus diselesaikan terlebih dahulu dari efek negatifnya. 
Kebetulan banyak masa lalu yang sangat berpengaruh buatku meskipun sebagian besarnya sudahaku maafkan.  Salah satu yang paling berpengaruh adalah perceraian orang tua saat aku masih sangat kecil dan pernikahan kedua ibuku saat aku di bangku TK.  Mungkin sebenarnya pernikahan kedua itu biasa saja jika saja ibuku bukan merupakan kotban pernikahan paksaan oleh kakekku sehingga ia bahkan tak sempat mempersiapkan aku untuk menerima ayah baru. Akibatnya aku memberontak. Apalagi ketika tetanggaku menakut-nakutiku bahwa ayah tiriku akan kejam padaku seperti di cerita ari hanggara yang saat itu sedang terkenal. Aku semakin ketakutan.  aku bahkan berani berkata kasar pada ayah tiriku. Untungnya beliau tidak mengambil hati segala tindakanku. Tapi tidak demikian dengan ibu. Jika aku nakal,  makan tak segan ia akan memukul atau mengguyurku dengan air. barangkalai itu juga pelampiasan kekesalannya atas paksaan kakek. Meskipun semua ketakutanku tidak terbukti,  jiwaku terlanjur berlobang akibat kekerasan yang aku alami. 
Setelah mencoba menyelami life line masa lalu dan memahaminya dengan analisa vakog dan TFAN,  sekarang aku mencoba membuat jembatan mizan masa laluku. 
Jembatan Mizan:
- Efek buruk:
  1. Saya menjadi pemarah dan keras kepala
  2. Ibu suka memukul
- Pembelajaran/hikmah:
  1. Ternyata ayah tiri baik dan penyayang
  2. Perekonomian keluarga membaik
  3. Arah pendidikan membaik

Saat ini aku telah memaafkan semua masa lalu itu,  almarhum kakekku,  almarhumah ibu,  almarhum bapak, ayah tiri,  bahkan tetangga yang menghasutku. Aku tak mau menjadikan anak-anakku korban akibat masa laluku. Karena otu aku mempunyai misi menjadi ibu yang terbaik buat anak-anakku,  istri yang tulus mengabdi untuk suami,  dan orang yang bermanfaat bagi lingkungannya. 
Aku juga ingin berubah menjadi pribadinyang lebih hangat dan ramah,  pandai bergaul di segala lingkungan,  bukan lagi seoramg yang introvert dan merasa tidak nyaman dalam kerumunan banyak orang. 
Mudah-mudahan dengan self healing ini aku lebih bisa dengan mudah mewujudkannya. okay,  kali ini masih singkat juga ya tugasku. Si baby dah bangun lagi aja soalnya :)

Selasa, 12 Maret 2019

NHW#1 Adab Menuntut Ilmu


Sebuah jenjang pendidikan yang namanya perkuliahan itu memang bukan sebuah jenjang main-main. Pun perkuliahan di Institut Ibu Profesional yang kebanyakan dilakukan secara online ini. 
Layaknya perkuliahan pada umumnya, di IIP juga mengenal matrikulasi sebelum perkuliahan sesungguhnya dimulai. Setelah lulus matrikulasi, barulah mahasiswi akan menuju jenjang berikutnya yaitu kelas Bunda Sayang yang terdiri dari 12 materi. Perkuliahan ini akan dilaksanakan selama kurang lebih 15 bulan. 
Jangan dibayangkan perkuliahan ini sama dengan perkuliahan pada umumnya. Menurut saya perkuliahan ini jauh lebih serius dibandingkan kuliah biasa. Bahkan kuliah S2 sekalipun. Untuk masuk saja persaingannya luar biasa ketat di seluruh wilayah Indonesia bahkan di beberapa negara lain. Dan uniknya,  sebelum perkuliahan dimulai,  ada semacam persiapan2 dalam menuntut ilmu misalnya adanya code of conduct dan pelajaran adab menuntut ilmu.  Karena bagi ibu profesional,  menuntut ilmu tak sekedar menyerap ilmu baru,  tapi bagaimana bisa mempraktekkannya,  membagi kebahagiaan dan menyebarkannya sesuai dengan cara2 yang beradap dan tidak melanggar coc. 
Dalam kelas, kami dibagi menjadi 5 kelompok kecil dimana masing2 kelompok kecil yang terdiri dari 9 orang ini akan bekerja sama saling menguatkan dan menyemangati untuk bisa lulus bersama2 dan mengerjakan tugas2 baik pribadi atau kelompok. 
Minggu ini,  tugas pertama sudah dimulai yakni bagaimana mahasiswi bisa menyikapi coc dan adab menuntut ilmu. Masing2 peer group harus melaksanakan diskusi dan mempresentasikannya dalam group kelas. 
Saya tergabung dalam peer group 2 yang kebetulan mendapat giliran pertama untuk presentasi.  Ditengah kesibukan dan hambatan para emak yang bervariasi,  kelompok kami berhasil membuat dan mempresentasikan hasil diskusi yang singkat dan padat guna menjawab 4 masalah yang sangat mungkin terjadi sepanjang perkuliahan bunda sayang \selama setahun lebih nanti. 
Dan inilah beberapa kesimpulan atas ke 4 permasalahan tersebut:

1. Dalam perjalanannya, tantangan kesibukan selalu ada. Godaan saat mengikuti jadwal kuliah dan membuat setoran bisa menghampiri. Bagaimana Anda mengantisipasinya?
Hasil diskusi:
  • Membuat jurnal/jadwal harian. Tentuakan skala prioritas dalam  kandang waktu. Dokumentasikan dalam agenda.
  • Libatkan keluarga dalam penyelesaian tugas khususnya saat urgent
  • Support teman-teman seperjuangan
  • Tekad dan Komitmen kuat

2. Jika Anda punya pendapat yang berbeda, bagaimana Anda menyampaikan pendapat tersebut? Dan seandainya setelah disampaikan, tidak ada titik temu, bagaimana Anda menyikapinya?
Hasil diskusi:
  • Hal pertama yang perlu diperhatikan adalah adab dan coc
  • Perbedaan pendapat adalah sebuah kewajaran dan perlu disampaikan dengan cara yang ahsan
  • Jikapun keputusan yang diambil tidak sesuai dengan pendapat pribadi,  tetap harus dihormati dan dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab. 

3. Materi dan Tantangan Bunda Sayang benar-benar terasa manfaatnya. Bagaimana cara Anda berbagi kebahagiaan, manfaat dan hikmah yang telah didapat pada keluarga, teman atau lingkungan?
Hasil diskusi:
  • Dengan mengamalkan ilmu yang diperoleh dalam krlas bunsay, orang-orang terdekat dalam hidup kita akan melihat setiap perubahan dan manfaaat dirasakan secara pribadi. 
  • Menyampaikan dengan cara apa saja dg tetap memperhatikan coc kepada keluarga, teman, lingkungan, baik secara langsung, melalui forum atau media sosial. 

4. Kuota penerimaan Mahasiswi Bunda Sayang masih terbatas. Banyak yang menanti pendaftaran Kuliah Bunda Sayang, namun belum berhasil mendapatkan kuota. Ada pula yang berhasil diterima, namun di tengah jalan harus mundur, cuti bahkan remedial. Bagaimana Anda menyikapinya?Hasil fiskusi:
  • Fokus pada proses pribadi dulu untuk menimbulkan percaya diri
  • Memberikan energi positif kepada teman seperjuangan
  • Jikapun ada kendala, berusaha mengejar nilai minimum lulus
  • Memiliki tanggung jawab penuh untuk menyelesaikan perkuliahan
  • Konsisten terhadap tujuan dan target
  • Meluruskan niat
  • Saling support dalam group
  • Doa
  • Tetap menghargai keputusan akhir yang diambil teman



Demikian yang dapat dipelajari dalam materi adab menuntut ilmu kali ini. Semoga bermanfaat. 

#bunsaybatch#5