Sabtu, 11 Januari 2020

IIP Kuliah Bunda Sayang, Game Level 9: Be Creative! (Day 10)

Selama sisa liburan di rumah, mamah sibuk memilah barang-barang di rumah. Semua barang dan pakaian yang tak terpakai dikumpulkan siap untuk disedekahkan. Biar rumah kelihatan lega dan mengurangi hisab di yaumil akhir. Instruksi juga diberikan buat anak-buat memilah barangnya. Nah, barang yang paling banyak makan tempat adalah bahan dan hasil kreasi dari barang-barang bekas. Salah satunya adalah ecobrick. PR banget ini ada berkardus-kardus plastik yang belum dan sudah dicacah maupun botol ecobrick yang sudah jadi tapi nanggung mau dibikin apa. Saatnya mamah ngelamun dan hasilnya diputuskan ecobrick akan dipajang di dinding atas, menggantung kebawah menggunakan tali rami. Daripada disimpan makan tempat, lebih baik jadi hiasan sambil nunggu cukup untuk dibuat sesuatu. Taraaaa... dindingku jadi cantik. Melihat mamahnya pegang tali rami, kakak Hasna dan uni Zalfa langsung gatel ikut mainan tali. Semua mua diikat pakai tali, yang botol lah, pendulum, dan macem-macem lainnya. Yo wis ben, toh tidak ada yang salah.

IIP Kuliah Bunda Sayang, Game Level 9: Be Creative! (Day 9)

Semua orang di rumah pada geli sama kecoa. Yang paling parah itu kakak Hasna. Kalau lihat kecoa langsung seprot baygon beberapa kali. Praktis nih mamah langsung ngomel karena kebauan. Lha kecoa cuma 1 hebohnya minta ampun. Pagi ini, ketika ayah pas istirahat karena kurang sehat, sementara mamah juga sedang repot sama baby Hanum, muncullah itu kecoa. Mau tak mau kakak harus berusaha sendiri mengeluarkan itu kecoa sementara baygonnya lagu ngumpet entah kemana. Dia ambil sapu buat menghalau kecoa keluar sambil jingkat loncat-lincat ke atas kursi. ha ha ha lucu banget tingkahnya. Jadi keluar kan berani dan kreatifnya karena kepepet. Siangnya mamah masak seperti biasa. Ayah itu suka banget sama tahu dan tempe goreng. Sementara Zalfa sebaliknya. Mamah irit dan kreatif memutar otak agar Zalfa bisa suka tahu dan tempe. Ali ini tahu dipotong dadu kecil-kecil dan digoreng seperti biasa sampai kriuk. Walhasil belum sampai saat makan, tahu sudah ludes duluan. Ditambah request Zalfa, kalau goreng tahu kayak gitu aja. Yes berhasil. Sementara mamah masak, Zalfa asik sendiri di teras. Tau-tau muncul nunjukin jarinya dibebat issu bernoda darah dengan tusukan jarum pentul yang menembus dijarinya. Hmm bisa aja si uni bikin trik-trik mainan.

IIP Kuliah Bunda Sayang, Game Level 9: Be Creative! (Day 8)

Biar gak bawa cucian segunung, mamah kreatif mulai berpikir gimana solusinya, sementara 2 malam terakhir kami akan tinggal di penginapan. Ayah juga sudah kembali ke Bogor duluan karena tidak boleh cuti. Maklum tak ada asisten di rumah. Akhirnya begitu sampai di penginapan, langsung bagi tugas buat anak-anak agar cari laundry yang bisa selesai sehari. Mbak Firda mencari lewat medsos dimana laundry terdekat. Qoarullah begitu sampai malah hujan. Ya sudah pasrah. Paginya anak-anak jalan pagi sambil lanjut mencari laundryan. Alhamdulillah ternyata malah ada dekat penginapan, hanya selisih 1 rumah dan bisa selesai di hari yang sama. Langsung gercep angkut laundryan sekarung. Sorenya sudah rapi terseterika. Alhamdulillah pulang ga bawa cucian segunung. Sekarang giliran memikirkan barang bawaan. Oleh-oleh sudah dititip ayah duluan. Pakaian siap dibawa masing-masing. Tinggal mengatur bekal makanan selama di perjalanan. Termos kecil diisi air panas. Tupperware minta tolong kaka ipar buat diisiin makanan yang tahan sampai sore. Berbekal pengalaman saat berangkat, perlu beli snack yang cukup ditambah 1 kali makan yang dibeli di stasiun. Alhamdulillah perhitungan yang cermat membuat perbekalan cukup bahkan ketika kereta ternyata molor sampai 3 jam. sekali lagi alhamdulillah selamat sampai rumah kembali.

IIP Kuliah Bunda Sayang, Game Level 9: Be Creative! (Day 7)

Tidak menemukan mainan di rumah pakde, botol air mineral dan toples-toples kue jadi sasaran. Mas Fatih dan Zalfa main dengan asiknya. Kak Hasna ya tadinya sibuk dengan gadgetnya mulai tertarik mengabadikan. Dengan setia ia merekam permainan adik-adiknya sampai ada yang berhasil mencapai target. Sebenarnya permainannya simpel tapi cukup susah. Yaitu melempar botol air secara berputar ke atas agar ia jatuh dalam posisi tegak. Awalnya hanya dilantai. Ketika tak sengaja mas Fatih berhasil melempar ke meja dalam posisi tegak, permainan ditingkatkan dengan toples makanan mulai dari 1 toples, hingga bertambah dengan semua toples yang ada. Semua berteriak gembira saat mas Fatih berhasil melemparkan. Seneng banget melihat mereka ceria bersama.

iIP Kuliah Bunda Sayang, Game Level 9: Be Creative! (Day 6)

Kreatif itu tidak selalu berupa sesuatu yang besar. Pas ga ada bantal tapi pengen tiduran, ya cari aja sesuatu yang bisa menggantikan. Nemunya mukena dan sajadah ya udah aman buat penyangga kepala. Itulah sekelumit cerita di tengah perjalanan kami mbolang. Kalu ini kami melanjutkan perjalanan ke Malang menuju rumah mbah Malang menggunakan bus. Alhamdulillah baby Hanum tidak terlalu rewel. Hanya sempat nangis karena sedikit kepanasan akibat salah pilih duduk di dekat sopir, dekat mesin jadi ac nya tidak terlalu terasa. Sampai di kota Malang dijemput pakde Wanto di terminal dan akhirnya kami bisa bisa bertemu dengan ayah yang juga baru sampai di Malang dari tempat tugasnya di Bandung. Senangnya. Setelah makan siang yang terlambat, kami melanjutkan perjalanan ke Donomulyo, ke rumah mbah Malang. Yeay, anak-anak tak sabar bisa pergi ke pantai esok harinya.

IIP Kuliah Bunda Sayang, Game Level 9: Be Creative! (Day 5)

Pagi ini, ditemani mbah Kung, kami ziarah ke makam mbah Uti. Tak terasa sudah dua tahun lebih beliau meninggalkan kami. Kalau ada mbah uti, anak-anak super happy dengan aneka masakan mbah yang lezat. Berhubung sekarang tinggal mbah kung jadi masak seadanya. Anak-anak sih paling suka beli nasi goreng di warung depan rumah. Tanpa micin dan saos plus bawa piring sendiri. Kalau mamah sih cukup beli rujak cingur yang ngangenin he he he. Hari ini masih lanjut bikin pertanggungjawaban. Kali ini mengulik kardus susu anak-anak. Seperti biasa di rumah, kardus dipotong dan dicuci trus dianyam deh. Jadi apa yang penting gak nyampah. Lha kalau mau bikin tiker butuhnya segunung. Eh malah anak-anak menemukan keasyikan sendiri melipat-lipat kardus yang sudah dipotong-potong menjadi bentuk bunga. Baguslah. Malah bisa buat hiasan di anyaman mamah.

IIP Kuliah Bunda Sayang, Game Level 9: Be Creative! (Day 4)

Akhirnya berhasil naik becak juga. Dulu selagi ibuk masih ada, agenda wajib anak-anak setiap pulang kampung adalah naik becak ke pasar bersama mbah uti dan mbah kung keliling kampung atau ke pasar. Sekarang sudah nggak ada mbah uti, mudiknya juga cuma sama mamah yang gak bisa bawa kendaraan. Pengen ke pasar ga ada kebutuhan beli apa pun. Akhirnya ajak aja naik becaknya ke pasar buat beli bunga buat ditabur di makam mbah uti nanti sama beli sate telur puyuh kesukaan anak-anak. Dilanjut muterin kampung. Happy deh anak-anak. Setelah itu mamah masih pusing mikirin pertanggungjawaban udah menghasilkan sampah selama perjalanan dan di rumah mbah. Bagaimana tidak, di sini sampah bercampur baur antara organik dan non organik. Udah gitu tinggal buang di kebon. Trus sama mbah kung disiapin air mineral botolan. Mentang-mentang punya toko, hiks. Biarpun mamah nya ngomel buat minum yang di galon aja, tetep masih minum juga dari botol. Alhasil sampah botolnya banyaak. Sediih pokoknya. Mau tak mau akhirnya mamah mulai beraksi menyulap botol-botol itu menjadi permainan bowling dan maracas. Lumayan menghibur anak-anak. Sebagian botol lagi dibuat ecobrick ala kadarnya. Pokoknya masukin aja dulu semua sampah plastik bekas bungkus makanan yang sudah digunting-gunting dalam botol meskipun gak sempat dipadatin. Nanti lagi deh dipadetinnya. Kan butuh banyak plastik kalau ini. Dan biar gak dibuang pas kami udah balik ke Bogor lagi, ditaruh ke kardus yang rapi. Biar bisa buat mainan lagi pas mudik berikutnya.