Kamis, 26 September 2013

Bercinta Dalam Diam
















Aku memilih diam, engkaupun begitu
Sejak kita tak lagi bisa biasa, kita mulai diam
Sejak kau tebarkan jala, dan hati yang penat terjerat
Aku hanya diam, meski rindu mulai menggulung pilu sepanjang waktu
Rindu, yang tak kunjung berujung temu.
Saat tatap mata menjadi getar, atau senyuman berubah binar
Kala janji menunggu pasti, atau sapa merobek resah
Aku hanya diam dan engkaupun demikian

Aku terpaksa diam, meski air mata tlah letih menyusut perih
Meski malam tak pernah sepi menjurai bayang sepanjang gemintang
Dan roncean ragu bertukar pilar dalam genta penantian
Tak lekang, tahun demi tahun terlewatkan dalam diam

Aku diam, saat ku tahu engkau tak hendak menyata kisah
Beribu tanya tak berjawab bergelimpangan tanpa arah
Torehan sejarah tak mampu menjangkau fakta
Fatamorgana menjarah mimpi, dan aku terdiam

Diamku kini adalah menata hati
Diammu itu hanya engkau yang tahu
Yang pasti kumengerti, engkau tak lagi memilihku
Bermain cinta dalam diam
Kita tlah berbeda rasa
Aku tetap dengan rinduku dan engkau dengan jenuhmu
Namun satu yang tak pernah berubah
Kita tetap diam
Sepi, tanpa kata

Jakarta, 25 September 2013

Rabu, 25 September 2013

Kado Ultah buat Ananda

Kemarin adalah hari ulang tahun anak bungsuku Hafizhah Khairunnisa Zalfa yang ke 5. Aku bilang pada anakku, mama tak memebri kado apa-apa hanya cinta dan bait-bait sajak yang mama post kan di Kompasiana. Kado itu akan tetap bisa kau nikmati meskipun nanti mama sudah tak ada lagi di sisimu.
Rentetan ucapan selamat dan doa dari teman-temanku baik di kantor maupun Kompasianer aku bacakan dan sampaikan satu-satu. Dia terlihat senang sekali dan mencium pipiku serta bilang "makasih, Mama."
Lalu kubacakan sajak yang kubuat untukknya. Aku yakin ia tak paham benar, tapi aku sangat yakin ia mengerti besarnya cintaku padanya.





KINI KAU BUKAN LAGI BALITA




Lima tahun lalu engkau mulai di pelukan
Bayi mungil dengan sejuta pengharapan
Sarat cinta dan lelehan perjuangan
Senandung doa senantiasa terpuja
Agar engkau seperti mutiara
Putih bersinar, pada hati dan lahiriah
Agar engkau teguh menjaga fitrah
Pada buhul suci  Sang Maha Bijak

Putri kecilku yang berkidung merdu dan manis
langkah tertatih menyemai hati yang letih
tawa renyahmu membingkai resah merepih
dan hatiku melompat saat engkau mulai berlari
hari-hari meski tak selalu kutemani
aku tetap ada dan jadi ratu di hatimu yang putih
Dan kini kau bukan balita lagi
Lima tahun telah terlewati
Saatnya kini masa kanak menepi

Terima kasih telah menjadi putri kecilku yang imut
Tak pernah jemu melelehkan amarah atau kalut
Tak lelah menjemput rindu yang menggelayut
Tak segan menebar damai pada yang bergelut

Engkau memang tak lagi balita
Tapi engkau tetap kujaga
Hingga entah masa  tak singgah
Doa tetap kan menyerta, untukmu Mutiara dari Surga

###

Selasa, 17 September 2013

Dibalik Kamboja Jepang




 Aku mengernyitkan keningku.
“Udah ku-copy-in,” katanya. Laki-laki teman kuliahku itu menyodorkan foto copy bahan kuliahan buatku.
“berapa?” tanyaku.
“Nggak usah.”
Haduh. Pasti ada udang dibalik rempeyek nih. Mau ditolak kan sayang, mubadzir. Mau diterima, ntar ada buntutnya deh. Ya udah terima aja, yang lain urusan belakang.
Sejak itu ia rajin memberikan foto kopian bahan kuliah dan menyambangi kost-an ku yang juga kost-an temen2nya. Kami ngobrol bareng rame2. Rasanya feelingku setahun lalu atas ‘kecelakaan’ di Gunung Bromo menjelang ulang tahunku yang ke 19 menjadi kenyataan. Kukatakan kecelakaan karena niatku pergi ke Bromo rame-rame dengan teman-teman perempuanku kandas dan terpaksa pergi sendiri bersama teman-teman sekelas yang tak terlalu akrab termasuk dia. Itu benar-benar awal aku mengenal dia yang sesungguhnya. Tapi dia bukan tipe pria idamanku. Jauuuh banget. Kurus, item, rambut gondrong, keriting lagi (saat itu). He he he he sorry yang punya tipe sama. Tak ada kesan yang tertinggal di hatiku sampai kopian bahan kuliah itu membanjiri mejaku.
Ngeyel sekali orang ini. Aku tahu duitnya pas-pasan. Tapi kopian untukku tak pernah telat. Kunjungannya juga tak pernah absen. Rajin pula mengintipku yang sedang menjemur baju di lantai 2 yang memang pas lurus dengan kamar kostnya.
Setahun kemudian, saat ulang tahunku yang ke 21, Kamboja Jepang merah muda itu menghampiriku. Tunggu dulu, bukan sebuah rangkaian atau sebuah  pohon dalam pot yang indah, tapi hanya SELEMBAR FOTO dengan sebaris kata “I DO HOPE YOU WILL LIKE IT.”
Sekeras-kerasnya batu, tetap kalah oleh tetesan air yang terus menerus. Barangkali pepatah itu berhasil mengenai diriku. Atau barangkali suasana hatiku yang sedang tidak kondusif mengijinkannya mendekati ruang batinku. Yang jelas Tuhan telah menakdirkan laki-laki itu menyertai jalanku. Laki-laki yang tak pernah sekalipun terlintas dalam benakku akan mendampingi hidupku. Bersamanya kami memiliki 4 mutiara yang menghadirkan keramaian rumah kami. Laki-laki yang ternyata sangat penyayang terhadapku dan anak-anak kami. Yang meskipun sangat tak romantis seperti bayanganku, tapi penuh cinta dan tanggung jawab. Laki-laki yang kala sejenak ia tak ada, separuh nyawakupun terbawa. Laki-laki yang terus kumohonkan untuk bersamaku hingga akhir hayatku.


Terima kasih Cinta. Atas segala yang telah kau hadirkan dalam hidupku selama 16 tahun bersamamu.

Minggu, 08 September 2013

Lebaran Kedua

Hari Sabtu lalu, 7 September 2013, aku akhirnya bisa ber "Lebaran Kedua". Lebaran Kedua ini adalah istilah yang diberikan teman-teman jika kita bisa melaksanakan Puasa Ramadhan + 6 hari puasa Syawal yang pahalanya = puasa setahun penuh. Hmm. Kebayang kan jika kita beneran puasa setahun penuh.
Lebaran Kedua tahun ini sungguh terasa spesial karena harus melalui perjuangan yang cukup lumayan.
Pertama, begitu selesai lebaran, sang tamu langsung datang berkunjung.
Kedua, Baru pulang dari mudik, langsung harus melaksanakan tugas kantor di luar negeri ( cuman ke Singapore sih, tapi kan cukup repot juga cari makanan halalnya ).
Ketiga, giliran si sehat sedang marah padaku dan menugaskan temannya si sakit menemaniku beberapa hari. Benar-benar sudah nyaris terlewati bulan Syawalnya.Aku hampir menyerah, tahun ini harus melewatkan lebaran keduaku. Minggu terakhir yang tersisa, suami akan tugas luar kota yang menyebabkanku akan sedikit lebih repot dibanding hari biasa. Plus di kantor sedang penuh kegiatan lengkap dengan acara makan siang bersama. Godaan yang sungguh luar biasa :)
Alhamdulillah, Malaikat membantuku menendang setan yang berkerumun di kepalaku. Kubulatkan tekad, aku pasti bisa, biarpun benar-benar di hari-hari terakhir dengan tambahan doa semoga sang tamu berikutnya jangan datang dulu.
Alhamdulillah, perjuanganku berhasil. lebaran kedua tak jadi terlewatkan meskipun benar-benar sampai hari terakhir bulan Syawal :)
Semoga, tahun depan masih terus bisa mendapatkan lebaran kedua yang lebih baik.
Aamiin.