Jumat, 19 Februari 2021

All About Me

Aku dibesarkan dalam keluarga besar bersama bapak ibuk, 1 adik lelaki, kakek nenek, dan 2 pamanku. Karena bapak dan ibuk sibuk mengajae dari pagi hingga petang, paman-pamanku sekolah, maka praktis aku paling banyak berinteraksi dengan kakek nenek. Kakekku seorang petani yang gemar juga beternak dan pertukangan. Dari beliau aku mewarisi hobiku berkebun dan sayang binatang. Bagaimana tidak. Pekerjaanku sehari-hari bantu-bantu beliau. Apapun yang dilakukan aku akan cerewet bertanya. Tak heran waktu SD aku sudah bisa bikin kolam kecil, hiasan dinding dari triplek yang digergaji, dll. Belum lagi tugasku menggembalakan sapi, mengirim makanan untuk orang yang kerja di sawah. Soal memanam padi, tembakau, kacang-kacangan, plus menanam segala jenis tanaman itu sudah biasa aku lakukan. Dari Sementara itu nenekku terkena stroke hingga separuh tubuhnya lumpuh. Maka tugasku pula memasak dengan arahan beliau, mencuci, menyisir rambut beliau, dan membereskan rumah tatkala tak ada orang lain di rumah. Beliau suka memungut benda-benda kecil yang tercecer seperti peniti, jarum, karet gelang, dll. Jadilah aku anak yang sangat mandiri sejak kecil. Dari nenekku itu aku tumbuh menjadi pemulung intelek yang hobi mengumpulkan segala macam barang yang kira-kira masih terpakai. Perangko dan bahkan tanah tak luput pernah menjadi koleksiku. Dari kecil aku juga rajin belajar tanpa disuruh. Biasanya aku belajar malam hari atau dini hari setelah sholat tahajud. Puasa Senin-Kamis juga biasa aku kerjakan. Semua itu aku teladani dari ibuku. Sementara bapak mengajarkanku kedisiplinan dan cinta tanah air dengan rentetan cerita heroik masa perjuangan serta cara beliau mendidik anak muridnya. Beberapa kali aku mendapatkan beasiswa karena nilaiku selalu terbaik sepanjang masa pendidikan dasar. Lomba cerdas cermat, tilawah, nyanyi dan tari pernah aku ikuti sebagai wakil dari sekolah dan beberapa kali meraih kemenangan. Sering jadi petugas upacara dan komandan gerak jalan serta aktif di kegiatan pramuka. Menginjak masa SMP, aku masih menjadi 10 besar dari 7 kelas diangkatanku. Kegiatan ektrakurikuler masih tetap aktif dan meraih beberapa kejuaraan juga. Namun memasuki masa SMA, aku yang biasa sekolah di desa harus bersaing di sekolah terbaik kabupaten yang murid-muridnya adalah murid terbaik dari seluruh kabupaten. Aku mengalami masa 'keterkejutan' tak lagi menjadi sang juara meskipun dalam dunia ekstra kurikuler aku masih menonjol. Sampai dengan bangku perkuliahan di tahun pertama, aku bisa mengembalikan semangat belajar karena jurusan yang aku ambil bukan merupakan kesukaanku. Aku hanya sekedar menuruti saran pamanku yang memiliki pendidikan lebih tinggi untuk masuk sastra Inggris. Padahal aku kepengennya masuk Pertanian atau arsitek. Semangat belajar kembali tinggi memasuki semester 3 namun hanya sekedar berbakti kepada orang tua. Aku lulus dengan IPK di atas 3. Sambil melamar kerja, aku mengajar bahasa Inggris di SMP dan menekuni dunia craft yang sejak SD memang menjadi kesukaanku. Membuat taplak, bunga, dll aku kerjakan disaat senggang dan dijual ke tetangga. Maklum jaman itu belum ada online seperti sekarang. 2 tahun kemudian aku di terima di Kementerian Keuangan. Sungguh aku harus melalui beberapa kali bidang yang tak aku minati. Berkali-kali ingin resign, namun demi menghormati orangtua dan juga masih menjadi keinginan suami agar aku masih bekerja di ranah publik, aku bertahan bekerja di sana. Selama bekerja aku berkesempatan mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan jenjang S2 dan tetap bisa lulus dengan IPK yang cukup tinggi tanpa sekalipun harus mengulang mata kuliah sementara banyak teman seangkatan yang harus berkali-kali mengulang. Sambil hamil pula kuliahnya. Meskipun aku tak mau mengejar karir agar tak menggangu tugasku sebagai ibu dan istri, tetap saja aku berkesempatan meraih jenjang manajer. Hingga akhirnya aku tak lagi bisa menahan untuk tetap bekerja di sana karena banyak faktor: passion, anak, kebermanfaatan bagi ummat, dll. Aku oun resign setelah 20 tahun masa kerja. Disinilah aku sekarang, membersamai anak-anak, menambal lobang-lobang pendidikan anak, aktif dalam kemasyarakatan sambil mengasah dan menekuni passion di bidang crafting dan go green, dan pastinya lebih banyak mempersiapkan diri kembali kepada-Nya. Jauh lebih happy pastinya. Mimpiku adalah menyiapkan anak-anak yang sebagian besar sudah memasuki usia baligh agar lebih meningkatkan keimanan dan ketakwaan mereka, menemukan passion masing-masing serta mandiri secara finansial. Untuk yang bungsu yang baru berumur 2 tahun, ingin mendidiknya benar-benar sesuai dengan fitrahnya. Selebihnya aku ingin menekuni passion di bidang craft dan mengembang hobi berkebun menjadi lafang bisnis bersama suami. Sebagai puncak pencapaian keluarga, aku ingin menjadikan keluarga kami menjadi keluarga yang bermanfaat bagi ummat sebagaimana prinsip yang kami anut. ***