Kamis, 17 November 2011

Sedekah Anakku

Hari Sabtu itu, kami pergi ke Bogor untuk berbelanja. Saat tiba di pertigaan kami terhenti oleh lampu lalu lintas yang menyala merah. Dan seperti sudah menjadi pemandangan yang umum di setiap pertigaan atau perempatan yang ada lampu lalu lintasnya, para pengemis dan pengamen akan mulai beraksi menadahkan tangannya. Saat itu, seorang ibu yang menggendong anaknya (entah benar anaknya atau sewaan) mendekati mobil kami. Namun suamiku memberikan kode tak akan memberi sedekah padanya. Begitu ia berlalu, anak sulungku langsung protes.
“Kok ayah gak kasih sih?”
Aku dan suamiku saling pandang dan tersenyum.
“Soalnya ayah nggak suka dia mengajak anaknya berpanas-panas begitu. Apalagi banyak darimereka ternyata bukan membawa anaknya sendiri melainkan anak yang disewa untuk memancing iba para pengendara.” Anakku tetap tak bisa terima.
Aku mencoba menengahi.
“Kan ayah juga selalu memberi jika ada pengemis lain yang minta.” Kataku.
“Tapi kan seharusnya kita gak usah mikir dia bohong apa tidak yang penting kita niatnya ikhlas sedekah. Masalah ternyata dia bohong itu urusan dia sama Allah.”
Nah kan, kena deh ayah, batinku. Namun sungguh, aku sangat bahagia, kata-kata itu meluncur darimulutku anakku yang saat itu baru kelas  4 SD. Semoga nilai-nilai kebaikan dalam dirinya akan terus berkembang dan dapat menjadi teladan bagi adik-adiknya. Amiin

2 komentar: