Di buaian rindu yang
mengalun sendu
Aku bertapa dan
membersihkan diriku
Rapuh
Bak kayu lapuk
berumur ratusan tahun
Aku perlu berlindung,
dari angin ataupun tangan-tangan jahil yang linglung
nun jauh di
perantauan
Hanya bisa melihat
mereka
Dalam mimpi atau dunia
maya
aku sungguh rindu
Tapi rinduku pada Nya
lebih menguat
Aku di belantara
senyap
Berderit-derit ngilu
suara hampa dibawah sadarku
Angin seperantauan
mengusap lembut pipiku
Mengalirkan energi
rindu
Tunggulah, aku
Aku pasti kembali
Nanti, jika aku telah
kokoh berdiri
Jika hati tak lagi
terbebani
Jika rahasia tak lagi
menjadi jeruji
Aku akan kembali
Tak lama lagi
***
Jakarta, 21 April 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar