Senin, 04 Agustus 2014

Catatan Ramadhan





 Cepat sekali Ramadhan berlalu. Bagaimana target Ramadhanku tahun ini? Secara kuantitas, In Shaa Allah lumayan tercapai, secara kualitas, huaaa...... hanya Allah yang tahu. Yang jelas, banyak sekali kejadian dalam bulan Ramadhan tahun ini yang In Shaa Allah bisa diambil hikmahnya.

 Huraay, pulang cepat! Kalau PNS yang lain pasti bengong baca kegembiraanku ini. Emang udah biasa kale kalo Ramadhan pulang lebih cepat sesuai instruksi Menpan. Iya sih. Cuman baru tahun ini aku bisa pulang jam 16.00 WIB. Biasanya jam 16.30 WIB dan nggak pernah bisa buka di rumah. Hiks, sedih. Sekarang udah enggak ngiri lagi sama temen kementerian lain yang pulang jam 15.00 WIB selama Ramadhan. Jam 16.00 itu sudah sangat luar biasa bisa mewujudkan mimpi selama belasan tahun untuk bisa buka di rumah bersama keluarga walaupun kadang nggak keburu Magrib juga kalau KRL pake acara ngambeg. Thanks to pak Menteri, semoga Allah memberkahimu.
Pilpres. Nah yang satu ini bikin panas dingin juga nih. Suka sedih baca media yang berpihak secara keterlaluan. Apalagi lapak medsos yang penuh dengan hujatan dan fitnahan. Udah nggak bisa dibedakan lagi mana yang benar dan fitnah. Sesama temen berantem. Duuuh, ini Ramadhan gitu loh. Saatnya memperbanyak ibadah, bukan beradu debat nggak jelas, beradu fitnah tanpa fakta, saling lempar makian kasar, dll. O la la, jadi sempat remove salah seorang teman medsos yang sebenernya aku juga nggak kenal dia sih, berteman karena persyaratan lomba. Asli tadinya aku nggak pengen remove, mikirnya aja sampe berhari-hari. Tapi demi menjaga hati, maaf ya teman, aku remove dirimu. Yakin kamu tak akan kehilangan aku, wong kita juga sebenernya nggak kenal. 
Di kantor pun riuh debat pilpres. Buat apaan coba, mendingan banyakin tilawah, toh kita sama-sama nggak tahu kebenaran aslinya kedua calon itu. Silahkan mencari referensi sebanyak-banyaknya, berpikirlah rasional, dan tentukan pilihan dengan basmalah, setelah itu soal hasil serahkan kepada Sang Pencipta. Dialah yang Maha Tahu apa yang terbaik untuk hambanya. Yang terbaik tak selamanya menyenangkan, kan?
Hasil pilpres sudah diumumkan. Ada yang menang, ada yang kalah. Itu wajar. Dan jika yang menang tak sesuai harapan, berbesar hatilah. Itu bisa saja berkah yang kita tak sangka jika yang terpilih ternyata benar membawa kebaikan, dan itu bisa saja ujian/peringatan buat kita jika yang terpilih membawa kemudhorotan. Sudahlah, yuuk kita terus bersatu, mejaga ukhuwah. Banyak hal lain yang mesti kita perjuangkan. Sudah cukup umat Islam dipecah belah. Makanya kita nggak pernah punya suara yang kuat karena selalu digerogoti tetek bengek macam HAM dan toleransi. Sudah sangat jelas Islam adalah agama yang sangat toleran. Tapi soal agama, sudah jelas batasannya. Titik. Itu harga mati. Makanya Syiah dan kaum sekuler berkembang pesat. Karena kita sangat mudah dipengaruhi dalih2 globalisasi.

Batal mudik. Mudik yang katanya rempong banget itu ternyata menyenangkan dan selalu dirindukan. Bukan untuk pamer harta atau keluarga, tapi rindu berkumpul bersama dengan keluarga besar yang kalau nggak lebaran, mana bisaaa. Dan Lebaran ini kami sekeluarga terpaksa absen. Kondisiku yang habis kena gejala tipes membuatku tak berani menantang lelah bermobil ria menempuh jarak ribuan kilo (he he he itu kata bang Iwan Fals. Kalau aslinya sih sekitar 750 km). Mau naik kendaraan umum sudah tak mungkinlah, waktunya terlalu mendadak. Apalagi dananya memang cupet.
Kecewa? Adalah, dikit. Tapi aku bisa melihat banyak sekali hikmah di dalamnya. Rusaknya jembatan Comal, pastilah akan membuatku kelelahan kalau jadi mudik. Lalu dana pendidikan anak-anak tahun ini yang lumayan menguras tabungan, untunglah nggak jadi mudik, kirim angpao aja buat ortu yang banyak. :) Dan terpenting, ortu mendapat panggilan ke Baitullah tahun ini setelah sebelumnya sempat terkena pemotongan jamaah. Panggilan baru disampaikan pertengahan Ramadhan. Gubrak!!! Banyak yang harus dipersiapan buat ortu. Mudiknya nanti saja kalau beliau mau berangkat dan pulang ke/dari Baitullah. Sekarang tahan dulu kangennya. Yang penting kirim adik satu-satunya buat pulang nemenin ortu berlebaran di kampung halaman supaya nggak nangis keingetan cucu-cucunya. Pake tiket gratis pula dari Giant (tega banget ya kakaknya :D) Tapi bus nya bagus kok, eksekutif dan dia happy.
Satu lagi hikmah nggak mudik, kami bisa keliling Jabodetabek, silaturahmi ke keluarga dan teman-teman yang kebetulan juga nggak mudik dan mengalami musibah ataupun yang sedang menerima amanah baru alias punya baby. Alhamdulillah.

Ah, karena nulisnya pake acara ditunda-tunda jadi lupa deh sebagian yang mau di tulis L
Semoga saja, Kami masih bisa bertemu Ramadhan tahun depan dan menjadi Ramadhan yang jauh lebih baik dari Ramadhan tahun ini. Aamiin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar