Sabtu, 09 April 2022

Read Aloud, Sebuah Langkah Baru Meraih Kebermanfaatan

Barangkali istilah read aloud baru terdengar familiar di telinga tahun-tahun belakangan ini. Namun jika kita telaah maknanya, sejatinya kegiatan ini telah pula dilakukan oleh para orang tua sejak zaman orde lama meskipun juga tak banyak. Orang tua saya termasuk yang melakukannya pada saya. Ibu suka membacakan buku cerita dan mendongeng untuk saya sebelum tidur. Entah disadari atau tidak oleh ibu saya saat itu, saya bisa membaca di usia dini dan menjadi rakus dengan buku karena sering dibacakan buku. Perpustakaan sekolah menjadi tempat favorit saya ditambah bapak ibu memang rutin berlangganan majalah.

Saat saya menjadi ibu, saya pun melakukan hal yang sama kepada anak-anak saya. Hanya saja saya merasa ada yang salah ketika beberapa anak mulai kehilangan minat bacanya. Barangkali penyebab utama adalah kealpaan saya membersamai mereka saat saya masih bekerja di ranah publik dan lingkungan pada zaman mereka yang lebih banyak menawarkan tontonan visual bergerak semacam televisi dan gadget.
Belajar dari kesalahan tersebut, saya mencoba memperbaiki dan berusaha menggali ilmu lebih dalam lagi agar anak ke 5 yang lahir setelah saya memutuskan fokus di rumah saja bisa memperoleh pengalaman membaca yang jauh lebih menyenangkan dan menjadikannya mencintai kegiatan membaca. Sejauh ini saya adalah pembelajar otodidak. Namun kali ini saya ingin belajar secara formal untuk bisa menularkan dengan benar teknik read aloud kepada para ibu yang belum pernah membacakan ibu untuk anaknya.
Tetiba kesempatan belajar itu tiba meski bisa dibilang datang di saat yang tidak diinginkan karena saya sedang fokus berkegiatan dengan anak-anak Rumah Peradaban dan bersamaan pula dengan datangnya awal bulan Ramadhan. Namun kesempatan ini memang sudah lama saya tunggu jadi sangat sayang kalau dilewatkan begitu saja. Train of Trainer Read Aloud. Training ini sesungguhnya mewajibkan untuk membaca buku Read Aloud terlebih dahulu, namun saya izin untuk bisa ikut walau belum memilikinya. Saya memberanikan diri ikut dengan pengalaman yang saya miliki saja dalam membacakan buku kepada anak-anak.
Alhamdulillah selama 3 hari mengikuti training ini, saya bisa mengikuti dengan baik dan merasa sangat tercerahkan. Semangat menularkan kepada para ibu yang lain semakin menggebu karena itu adalah niat utama saya mengikuti training ini. Apalagi sejak saya menjadi pengelola RP, saya jadi tahu ternyata sangat sedikit ibu yang mau membacakan buku untuk anaknya atau mau membelikan buku untuk anak-anaknya. Anak-anak saya yang rutin dibacakan buku saja masih juga mengalami penurunan minat baca setelah mengenal gadget, bagaimana dengan mereka yang sama sekali tidak pernah dibacakan buku?

Read aloud ternyata berbeda dengan mendongeng. Mendongeng menggunakan kata-kata sendiri untuk menyampaikan sebuah cerita. Sedangkan membaca nyaring adalah benar-benar membacakan sebuah buku kepada anak yang pastinya dengan kata-kata yang ada dalam buku tersebut. Dalam hal ini bukan bagaimana menghabiskan sebuah buku dalam sekali duduk tetapi lebih pada bagaimana interaksi kita kepada anak. Tidak perlu lama bahkan, 10 menit setiap hari sudah cukup untuk membuat anak-anak mencintai membaca asalkan dilakukan dengan benar. Membaca nyaring juga membuat anak menjadi kaya kosa kata. Dan inilah ternyata jawaban mengapa anak bungsu saya, Hanum, di usia 3 tahun sudah banyak menggunakan kosa kata sulit dan bisa merangkaikan kalimat yang kompleks meskipun ada beberapa kata yang belum sempurna pengucapannya. Membaca nyaring juga membuat anak berpikir kreatif dan meningkatkan rasa ingin tahu mereka karena saat membaca kita bisa sambil berinteraksi menanyakan benda-benda yang ada dalam gambar atau sekedar pendapat mereka tentang gambar dan cerita tersebut. Di akhir cerita, kita tidak perlu buru-buru memasukkan nasihat namun lebih kepada mengecek pendapat mereka terhadap moral yang ada dalam cerita.

Anak yang terbiasa dibacakan buku akan bisa mencerna materi pelajaran dengan baik. Ia juga akan memiliki bekal lebih baik dalam menuangkan gagasannya dalam tulisan. Sayangnya belum banyak yang menyadari manfaat membacakan buku pada anak sejak dini. Ketrampilan sederhana berdampak besar. Itu kesimpulan saya terhadap read aloud ini.

Masih banyak lagi insight yang saya dapatkan untuk menyempurnakan keterampilan read aloud saya dalam training ini. Bahagia sekali bisa menyerap ilmu dari trainer keren ibu Roosie Setiawan yang telah malang melintang di dunia membaca nyaring sejak lama. Mendengar beliau membaca nyaring itu seperti kembali menjadi anak kecil yang nyaman dalam dekapan ibu. Dan begitulah sesungguhnya perasaan anak-anak saat kita bacakan buku dalam dekapan kita. Saya harus banyak berlatih terutama untuk bisa luwes bercerita di depan kamera. Entahlah, kamera ini masih belum begitu bersahabat dengan saya walau saya terbiasa berbicara di depan banyak orang. Barangkali karena satunya benda hidup, satunya lagi benda mati dan saya lebih nyaman berhadapan dengan benda hidupšŸ¤­

Lalu apa rencana saya setelah mengikuti training ini? Berseliweran rencana memenuhi kepala saya. Tapi hal pertama yang ingin sekali saya lakukan adalah menggandeng ibu-ibu di lingkungan saya untuk lebih peduli dengan minat baca anak-anak. Saya tahu tidak akan pernah mudah mengubah padangan olang lain, tentunya bukti nyata akan membuat orang lebih mudah menerima hal baru. Dan itu yang harus saya buktikan dengan keberadaan rumah peradaban yang saya kelola. Dua bulan kebersamaan dengan anak-anak RP membuat mereka seperti anak sendiri. Saya mendengarkan cerita dan curhatan mereka juga candaan mereka. Saya mencoba memahami latar belakang mereka yang beragam. Dan saya bahagia jika mereka merasa membutuhkan rumah peradaban ini lalu ingin selalu datang meski hujan mengguyur hampir setiap sore, tak menyurutkan niat mereka untuk datang. Saya menghargai kejujuran anak yang katanya tak suka mendengarkan kisah tapi dia termasuk paling rajin datang dan tetap mau mengikuti challenge membaca buku sirah. Anak yang di awal setoran bacanya bahkan tak tahu siapa nama tokoh cerita dalam buku balita. Tapi saya percaya dan berdoa kelak ia akan menjadi anak yang mencintai buku. Langkah yang pastinya masih sangat panjang untuk meraih kebermanfaatan yang lebih luas. Tapi setiap hal besar selalu di mulai dari hal kecil.
Yang pasti saya menjadi lebih bersemangat membacakan buku untuk anak-anak di rumah dan di rumah peradaban setelah mengetahui ilmunya.
Yuk, para ibu, bunda, emak, umi, dan para bapak, ayah, abi, kita bacakan buku untuk anak-anak kita setiap hari, cukup 10 menit saja! InsyaaAllah manfaatnya akan sangat luar biasa. Kalau kita betah banget keliling berbelanja, nonton drakor, atau berkegiatan lainnya, insyaaAllah tak akan berat menyisihkan 10 menit untuk anak-anak kita demi generasi yang lebih baik agar negara kita tidak lagi menjadi 5 terbawah dalam hal literasi. 
***
#totreadaloudbatch7
#spiritnabawiyahcommunity
#tesha_temansharing
#readingbugs

Tidak ada komentar:

Posting Komentar