Selasa, 10 Mei 2022

Lebaranku Tahun Ini

Lebaran Idul Fitri 1443 H kali ini terasa berbeda dengan lebaran-lebaran sebelumnya. Ada banyak yang bergejolak di hati, namun juga penuh cita.

Lebaran ini adalah lebaran pertama yang dilaksanakan dengan bebas di masjid  dan lapangan setelah 2 tahun pandemi, lebaran bahkan dilaksanakan di rumah masing-masing dengan jumlah imam sholat ied terbanyak sepanjang sejarah. Bahagia dan hampir tak percaya pandemi itu berlalu juga walau saat ini kembali mengintai penyakit lain yang mulai menyerang.

Setelah sholat Ied, kami bersalam-salaman penuh suka. Dan tradisi dalam keluarga kmi yang yang pernah terlewati adalah berfoto bersama karena momen inilah saat yang pas kami bisa berkumpul semuanya. Walau diselingi dengan suara salam anak-anak yang bertandang untuk bersalaman, tak mengapa. Pun ketika kami sedang sarapan ketupat opor hasil kiriman mantan asisten rumah tangga kami dulu, anak-anak sekitar tak henti-henti menginterupsi dengan salam. Tak mengapalah, semoga benar pertanda pandemi sungguh berlalu. Bahagia, sungguh meski sedih sangat Ramadhan cepat sekali berlalu. 

Ngomong-ngomong soal ketupat opor ini, setiap tahun selama bertahun-tahun kami tak pernah bikin sendiri. Si bibik selalu mengirim lengkap tinggal santap dan biasanya masih ditambah dengan seorang sahabat yang mengirimkan lontong beserta teman-temannya. Pun tahun ini, jumlahnya nggak kira-kira sampai kebayang bakal mabok ketupat. Sudah dibagi ke tetangga juga masih banyak aja. Alhamdulillah tiba-tiba ada tamu serombongan dan lontong pun ludes tak bersisa. 

Kami tak mudik tahun ini karena akhir tahun kemarin kami sekeluarga sudah mudik sekaligus tour de Java bersilaturahmi kepada keluarga khususnya saudara-saudara almarhum/almarhumah bapak dan ibu. Sementara paksu juga sudah sering wara-wiri ke kampung halamannya karena mertua memang sudah usia lanjut. Disamping itu kami juga sedang berhemat agar bisa menghadiri wisuda mbak Firda yang InsyaaAllah akan dilaksanakan bulan depan. 

Walau hati telah dipersiapkan untuk tidak mudik, namun melihat sharing keluarga dan teman-teman yang berkesempatan mudik, sempat juga terselip sedikit rasa sedih karena rindu berkumpul keluarga besar. Mudik itu sesungguhnya esensinya memang  berkumpul keluarga besar, karena momen libur bersama memang saat itu adanya. Kalau lantas mudik jadi ajang pamer keberhasilan di rantau, bukan salah mudiknya, tapi oknum pemudik tersebut.

Alhamdulillah, tahun ini juga masih bisa berkumpul dengan adik dan beberapa saudara sepupu yang kebetulan juga tidak mudik dan berdomisili di sekitar jabodetabek. Cukuplah bisa mengobati rindu kampung halaman.


Lebaran memang tak kan pernah lagi sama sejak bapak dan ibu berpulang. Sungguh, teman, jika ayah dan ibumu masih ada, jangan pernah abaikan sedikit pun. Teleponlah sesering mungkin. Pulanglah selagi bisa karena jika mereka tak ada lagi, saat kau ingin pulang, tak lagi ada yang akan menyambutmu penuh suka cita dan kerinduan. Saat kau ingin bertelepon, tanganmu hanya akan mengambang di udara karena tak ada lagi yang bisa ditelepon. Muliakanlah mereka teman, betapa merepotkannya pun mereka karena keadaan mereka yang lemah karena saat kita kecil, kitalah yang membuat mereka repot. Pokoknya jangan pernah sia-siakan pintu surgamu. Saat lebaran, rindunya akan terasa berlipat-lipat.

Selamat lebaran semuanya. Semoga diterima segala amal ibadah kita di bulan Ramadhan yang baru berlalu, dan semoga kita masih bisa bertemu Ramadhan lagi di tahun depan. Aamiin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar