Selasa, 16 September 2025

WALIMATUL URSY: WUJUD SYUKUR ATAU AJANG GENGSI?

 


Beberapa waktu lalu saya mendapat undangan pernikahan salah seorang teman kantor suami. Dan seperti mulai lazim pada undangan zaman sekarang, undangan tersebut mencantumkan kode QRIS untuk penerima undangan yang ingin memberikan sumbangan. Kalau di zaman saya masih muda, hal serupa juga sudah mulai marak dengan bentuk undangan yang mencantumkan kalimat: ” Dengan tidak mengurangi rasa hormat kami, agar tidak memberikan sumbangan berupa barang.” Dengan kata lain sumbangan harus berupa uang. Namun, hati kecil saya merasa kurang nyaman dengan undangan semacam ini. Seperti mengaburkan makna walimatul ursy itu sendiri.

Bahkan yang menurut saya lebih aneh lagi adalah ketika saya menerima undangan salah satu teman lama. Ketika saya sampai di meja resepsionis dan hendak mengisi daftar hadir, saya ditanya oleh penjaga meja apakah undangan yang saya terima diperoleh dari pihak orang tua pengantin laki-laki, orang tua perempuan, atau pihak pengantin. Mulanya saya sedikit bingung. Rupanya hal tersebut digunakan untuk menentukan dikotak manakah saya harus memasukkan uang sumbangan. Astaghfirullah. Jadi, ini niatnya mau mengadakan walimatul ursy atau mencari sumbangan ya?

Berdasarkan hadits yang saya ketahui, walimatul ‘ursy (walimah nikah) adalah jamuan atau perayaan yang diselenggarakan dalam rangka pernikahan. Dalam Islam, walimah memiliki kedudukan yang dianjurkan (sunnah muakkadah) sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah dan untuk mengumumkan pernikahan agar diketahui masyarakat, sehingga terhindar dari fitnah.

Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim, Rasulullah bersabda kepada ‘Abdurrahman bin ‘Auf setelah menikah:

Adakanlah walimah walau hanya dengan seekor kambing.” (HR. Bukhari dan Muslim).”

Para ulama menyatakan hukum walimah adalah sunnah muakkadah, sebagian bahkan mewajibkan bila mampu, karena ada perintah dan tujuan syar’i yaitu mengumumkan pernikahan.

Hukumnya bukan pesta wajib besar-besaran, melainkan sesuai kemampuan, bahkan dengan makanan sederhana sudah sah.

Namun kenyataannya, saat ini walimatul ursy sudah mengalami pergeseran makna menjadi kesempatan untuk bermewah-mewah dan meminta sumbangan. Bila perlu, pelaksanaannya diambil dari berhutang.

Bahkan di tempat saya tinggal, hal yang demikian tidak hanya dalam pelaksanaan walimatul ursy, namun juga saat mengkhitankan anak atau meng-aqiqah-kan anaknya.

 

Pelaksanaan Walimatul ‘Ursy yang Benar

Berdasarkan hadits di atas, waktu pelaksanaan walimatul ursy boleh dilaksanakan setelah akad nikah, bisa pada hari itu juga atau beberapa hari setelahnya.

Niatnya adalah sebagai syukur, bukan untuk pamer atau gengsi.

Bentuknya berupa pesta yang menyediakan makanan dan mengundang kerabat, tetangga, serta masyarakat sekitar.

Undangan hendaknya disampaikan secara adil, tidak hanya orang kaya saja sebagaimana sabda Rasulullah:

Seburuk-buruk makanan walimah adalah yang diundang hanya orang kaya, sedangkan orang miskin tidak diundang.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Dan paling sering diabaikan oleh kebanyakan orang adalah sederhana, tidak perlu mewah, sesuai dengan kemampuan.

 

Hal-hal yang Tidak Boleh Dilakukan dalam Walimatul Ursy

  • Tabdzir (pemborosan) atau bermegah-megahan hanya untuk gengsi.
  • Campur baur laki-laki dan perempuan tanpa batas, sehingga menimbulkan fitnah.
  • Musik, tari, atau hiburan yang melanggar syariat, seperti nyanyian cabul, joget yang membuka aurat, atau minuman haram.
  • Meninggalkan kewajiban syariat, misalnya shalat karena sibuk pesta.
  • Menyakiti tetangga dengan suara keras, jalan macet, atau tidak diundang padahal dekat rumah.
  • Tidak adil dalam undangan, misalnya hanya mengundang golongan tertentu dan mengabaikan yang lain.
  • Syirik atau bid’ah, seperti ritual-ritual mistis atau kepercayaan yang tidak ada tuntunannya.

 Bagaimana dengan orang yang diundang?

Sebagian besar ulama menyebutkan bahwa menghadiri undangan walimah hukumnya sunnah, dan sebagian ulama mewajibkan jika tidak ada uzur.

Jadi, inti dari walimatul ‘ursy adalah menyebarkan kabar bahagia pernikahan dengan syukur dan sederhana, bukan ajang pamer atau hiburan yang melanggar syariat. Meskipun pernikahan adalah peristiwa penting dalam kehidupan seseorang dan tentunya ingin menjadikannya sebagai kenangan terindah, namun hendaknya tetap tidak boleh mengabaikan prinsip-prinsip dalam Islam, yaitu menyebarkan kabar bahagia pernikahan dengan syukur dan sederhana, bukan ajang pamer atau hiburan yang melanggar syariat, serta memperhatikan adab Islami. Dengan demikian, acara yang diselenggarakan akan mendatangkan keberkahan bagi keluarga.

Semoga Allah mampukan kita semua untuk bisa mengadakan walimatul ursy sesuai dengan makna yang sebenarnya.

 

 

Minggu, 14 September 2025

BAHAYA PROCASTINATION


Seringkali kita merasa waktu yang kita miliki terasa kurang untuk mengerjakan tugas-tugas kita, baik tugas sehari-hari, sekolah, ataupun pekerjaan. Namun, jika ditelaah lebih lanjut, benarkah waktu kita yang tidak cukup akibat banyaknya kegiatan, atau jangan-jangan kita terbiasa melakukan procastination?

Apa itu procastiation?

Procrastination adalah kebiasaan menunda-nunda dalam melaksanakan tugas yang seharusnya dilakukan, meskipun kita tahu bahwa penundaan itu akan membawa konsekuensi negatif. Ini bisa muncul dalam berbagai bidang baik akademik, pekerjaan, kesehatan, maupun kehidupan pribadi. Misalnya kita lebih suka melakukan kesenangan terlebih dahulu dengan scrolling media sosial atau bermain game dibandingkan menyelesaikan tugas yang menjadi kewajibannya.

Ada beberapa penyebab orang melakukan procrastination yaitu:

-       -  Takut gagal

-        -  Kurang motivasi atau tidak menariknya tugas

-        -  Manajemen waktu yang buruk

-        -  Perfeksionisme yang berlebihan

-         -  Kecemasan, stres, gangguan perhatian (ADHD), atau kondisi psikologis lainnya

Jika kita membiarkan perilaku menunda-nunda ini, maka bukan tidak mungkin akan menyebabkan bahaya yang sangat merugikan bagi diri sendiri maupun orang lain karena penundaan bisa memberikan dampak buruk secara psikologis, fisik, dan juga pada prestasi/produktivitas.

Procastination bisa meningkatkan stres, rasa bersalah, malu, kecemasan, dan depresi. Orang yang sering menunda-nunda pekerjaan akan memiliki kualitas hidup kualitas hidup yang lebih rendah.

Procastination bisa menyebabkan gangguan tidur (kurang tidur, tidur yang tidak nyenyak), kelelahan, kemungkinan penyakit karena stres kronis, melemahnya sistem kekebalan tubuh.

Procastination bisa mengakibatkan performa yang buruk, kualitas pekerjaan yang kurang baik, tidak memenuhi deadline, bahkan bisa merusak reputasi.

Akibat stres yang terus menerus, dalam jangka panjang, procastination bisa menyebabkan penyakit kronis, misalnya gangguan kardiovaskular, tekanan darah tinggi, dan lain-lain.

Lebih jauh lagi, orang yang sering menunda bisa dianggap tidak dapat diandalkan atau kurang profesional, yang bisa merusak kepercayaan di tempat kerja atau dalam hubungan pribadi.

Berdasarkan sebuah studi terhadap mahasiswa, ditemukan bahwa procrastination akademik sangat umum, dan efeknya mencakup rasa bersalah, harga diri rendah, stres, dan kualitas akademik yang menurun.

Sedangkan dari segi waktu menunjukkan bahwa orang yang memiliki skor procrastination tinggi awalnya lebih berisiko mengalami masalah psikologis dan fisik kemudian hari dibanding mereka yang tidak terlalu menunda.

Procrastination juga dikaitkan dengan gangguan tidur dan kualitas tidur yang buruk.

Jadi, procrastination bukan cuma soal kebiasaan buruk atau malas; ia memiliki dampak nyata yang bisa mempengaruhi kesejahteraan mental, fisik, prestasi, dan hubungan sosial. Menunda-nunda bisa jadi kebiasaan yang meresap jika tidak segera disadari dan diatasi.

Bagaimana mengatasi masalah procrastination?

Ada beberapa cara yang bisa dilakukan antara lain:

1. Pecah tugas menjadi bagian kecil

Tugas besar sering terasa menakutkan. Membaginya menjadi langkah-langkah kecil membuatnya lebih mudah dimulai. Strategi ini efektif meningkatkan produktivitas dan menurunkan rasa cemas. 

2. Gunakan teknik pomodoro (waktu fokus singkat)

Fokus 25 menit lalu istirahat 5 menit. Ulangi beberapa kali. Teknik manajemen waktu ini meningkatkan fokus dan menurunkan kecenderungan menunda. 

3. Atur lingkungan kerja

Hilangkan distraksi seperti ponsel, media sosial, atau suara bising. Distraksi eksternal meningkatkan peluang procrastination. 

4. Ubah pola pikir (reframing)

Alihkan fokus dari “tugas ini sulit” menjadi “ini kesempatan untuk belajar/bertumbuh.” Self-talk positif bisa mengurangi penundaan. 

5. Gunakan Deadline Eksternal

Buat komitmen dengan orang lain atau jadwalkan target kecil yang harus diselesaikan. Procrastination berkurang saat ada akuntabilitas sosial. 

6. Rawat Kesehatan Mental dan Fisik

Tidur cukup, olahraga, dan praktik mindfulness. Mindfulness terbukti menurunkan kecemasan dan meningkatkan self-regulation sehingga mengurangi procrastination. 

Dengan kesadaran dan latihan, kebiasaan menunda bisa dikurangi sehingga hidup lebih produktif, sehat, dan tenang.

***

Rabu, 10 September 2025

MENGIKHLASKAN VS MELUPAKAN: MENGELOLA LUKA AGAR TIDAK MELEDAK DI MASA DEPAN

 


Setiap orang pasti pernah mengalami kejadian tidak menyenangkan dalam hidupnya. Entah saat ia masih kecil atau pun saat dewasa. Terkadang kita begitu sulit melupakan kejadian atau kesalahan orang di masa lalu. Trauma yang membekas dan menjadi luka inner child. Terkadang banyak orang berkata bahwa ia sudah mengikhlaskan, padahal sebenarnya ia hanya melupakan.

Ikhlas dan melupakan, sekilas tampak mirip, padahal sesungguhnya sangat jauh berbeda.

Ikhlas adalah menerima kenyataan dengan lapang, mengakui emosi, lalu melepaskannya. Hati terasa ringan dan tenang.

Melupakan, hanya menekan ingatan atau emosi supaya tidak terasa sakit. Dari luar terlihat biasa saja, tapi luka tetap tersimpan di dalam.

Memahami perbedaan kedua hal ini sangatlah penting, karena  cara kita menghadapi emosi akan menentukan hati merespon di masa depan.

Ledakan Emosi

Seumpama hati adalah sebuah gelas berisi air.

Jika kita ikhlas, air keruh (emosi negatif) akan dibuang dan diganti dengan air jernih sehingga gelas menjadi bersih kembali.

Sementara jika hanya melupakan, air keruh tetap ada, cuma ditutup rapat. Saat penutup lepas, air keruh itu akan tumpah. Inilah yang sering muncul menjadi ledakan emosi berupa marah berlebihan, menangis tiba-tiba, atau mudah tersinggung karena luka lama terpicu kembali.

Para psikolog menyebut hal ini sebagai repressed emotions (emosi tertekan). Menurut penelitian dar Harvard Health Publishing (2019), emosi yang ditekan cenderung muncul kembali dengan bentuk kecemasan, depresi, atau ledakan kemarahan yang tidak terkendali.

Ikhlas adalah Proses Sadar

Ikhlas bukan sekedar "ya sudahlah", tetapi membutuhkan langkah-langkah sadar berupa:

1. Menyadari emosi, mengakui bahwa kita marah, kecewa, atau sedih.

2. Mengizinkan diri merasakan, bukan untuk berlarut-larut, tapi agar emosi diproses, bukan ditekan.

3. Melpepas lewat doa, menyerahkan rasa sakit kepada Allah.

4. Mengganti dengan syukur, mengisi hati dengan energi positif.

Seperti yang dikatakan Imam Al Ghazali, "Ikhlas adalah memurnikan niat karena Allah, membersihkan hati dari segala campuran hawa nafsu." (Ihya Ulumuddin).

Tips Berlatih Ikhlas (5 Menit sehari)

Untuk melatih ikhlas, kita bisa mencoba latihan sederhana berikut:

1. Tarik napas dan sadar diri (1 menit). Katakan: "Aku hadir di sini, aku menerima diriku apa adanya."

2. Tuliskan/ucapkan emosi (1 menit). Misalnya: "Hari ini aku merasa kecewa."

3. Lepaskan dengan doa (1 menit). "Ya Allah, aku serahkan rasa ini pada-Mu. Aku tidak mampu menanggungnya sendiri."

4. Syukur 3 hal (1 menit). Tulis atau sebutkan 3 hal kecil yang disyukuri hari ini.

5. Afirmasi ikhlas (1 menit). "Aku memilih melepaskan. Aku memilih tenang. Allah cukup bagiku."

Jika dilakukan secara rutin, hati akan menjadi lebih ringan dan tidak mudah tersulut oleh luka lama.


Jadi, sudah siapkah kita mengikhlaskan? Yuk, kita coba berlatih bersama!

***





Selasa, 09 September 2025

INNER CHILD: MEMAHAMI, MENYEMBUHKAN, DAN MENCEGAH LUKA EMOSIONAL PADA ANAK

Dalam kehidupan sehari-hari, seringkali kita mendengar istilah inner child saat membahas tentang kesehatan mental. Setiap orang dewasa membawa jejak masa kecil dalam dirinya. Jejak inilah yang disebut dengan inner child, yaitu sisi batin yang menyimpan pengalaman, perasaan, dan kebutuhan emosional masa kanak-kanak. Inner child bukan merupakan sesuatu yang mistis, melainkan bagian psikologis yang nyata, sumber spontantitas, kreativitas, sekaligus luka yang belum sembuh. Inner child yang terbentuk sejak kecil secara terus menerus juga akan mempengaruhi cara berpikir, merasakan, serta berhubungan dengan orang lain saat dewasa.

Banyak perilaku dan emosi orang dewasa sesungguhnya merupakan gema dari masa kecil. Karena itu, memahami inner child bukan hanya soal refleksi diri, tetapi juga merupakan langkah penting untuk mendidik anak agar tidak mewarisi luka yang sama.

Apa itu inner child?

Inner child adalah representasi "anak kecil dalam diri kita" yang terus hidup, meski tubuh dan usia kita terus bertambah. Inner chiled bisa berupa:

1. Kenangan yang menyenangkan, misalnya bermain, gembira, rasa aman, dan dicintai.

2. Kenangan menyakitkan, misalnya penolakan, kritik berlebihan, kekerasan, atau pengabaian.

Jika inner child  sehat, seseorang akan tumbuh menjadi pribadi yang luwes, bahagia, hangat dan penuh empati. Namun, jika inner child terluka, luka itu bisa muncul dalam bentuk emosi dan perilaku yang menghabmbat kehidupannya saat dewasa. Misalnya, ketika anak sering dipuji, ia akan tumbuh menjadi pribadi yang percaya diri. Sebaliknya, saat anak sering dimarahi tanpa alasan, ia akan tumbuh membawa luka batin dan menjadi pribadi yang tidak percaya diri.

Tanda-tanda inner child yang terluka

Luka inner child terkadang tidak disadari. Namun, akibatnya saat dewasa bisa sangat mempengaruhi emosi seseorang. Beberapa gejala  yang sering muncul antara lain:

  • Mudah tersinggung atau marah berlebihan terhadap hal kecil
  • Selalu takut akan penolakan atau ditinggalkan
  • Merasa tidak pernah cukup baik, meski sudah berusaha keras
  • Sulit percaya pada orang lain
  • Sering mencari validasi atau pengakuan dari luar
  • Perfeksionis ekstrem untuk menghindari kritik
  • Mudah merasa bersalah bahkan tanpa alasan yang jelas
  • Mengulang pola hubungan yang tidak sehat
Tanda-tanda ini bukan kelemahan pribadi semata, melainkan cerminan kebutuhan emosional masa kecil yang belum terpenuhi.

Proses Penyembuhan Inner Child

Menyembuhkan inner child berarti belajar menjadi "orang tua baru" bagi diri sendiri. Beberap langkah sederhana yang bisa dilakukan:
  1. Menyadari dan mengakui luka. Katakan pada diri: "Aku tahu kamu terluka. Tidak apa-apa merasa begini."
  2. Menulis dialog dengan inner child. Tulislah surat untuk diri kecil, memberi dukungan, atau membiarkan sisi kecil kita mengekspresikan perasaannya lewat tulisan.
  3. Memberi ruang untuk bermain. Lakukan aktivitas yang dulu menyenangkan, misalnya menggambar, menari, membaca komik, atau bermain di alam.
  4. Berlatih self-compassion. Gantilah mengkritik diri sendiri dengan kalimat suportif. Belajar berbicara lembut pada diri, seperti orang tua ideal menenangkan anaknya.
  5. Visualisasi atau meditasi. Bayangkan diri kecil dan memeluknya secara batiniah.
  6. Menjaga tubuh dan pikiran. Istirahat yang cukup, makan yang sehat, dan olah raga sederhana untuk menyeimbangkan emosi.
  7. Membangun batas sehat. Belajarlah berkata "tidak" untuk hal-hal yang merugikan diri sendiri tanpa merasa bersalah.
  8. Terapi profesional. Untuk luka mendalam seperti trauma kekerasan, sebaiknya melakukan konseling dengan ahlinya.

Kebutuhan Emosional Anak

Inner child terbentuk sejak masa kanak-kanak. Agar anak tumbuh dengan inner child yang sehat, ada beberapa kebutuhan emosional anak yang harus dipenuhi, yaitu:

  1. Kasih sayang tanpa syarat: dicintai apa adanya, bukan karena prestasi.
  2. Rasa Aman: bebas dari kekerasan fisik maupun verbal.
  3. Diterima apa adanya: tidak harus sempurna untuk pantas dicintai.
  4. Didengar dan divalidasi perasaannya: emosi anak tidak dianggap remeh.
  5. Batas yang jelas: aturan yang konsisten dan penuh kasih sayang, bukan hukuman keras.
  6. Apresiasi: pengakuan atas usaha, sekecil apa pun.
  7. Kebebasan berekspresi: ruang untuk bermain, berkreasi, dan mencoba hal baru.
  8. Kehadiran orang tua: waktu berkualitas lebih berharga daripada hadiah yang mahal.
  9. Teladan regulasi emosi: anak belajar dari orang tua dalam mengelola emosinya, misalnya marah atau sedih.
Kesimpulan

Inner child adalah bagian diri yang selalu hidup bersama kita. Luka masa kecil yang tidak disadari bisa membentuk pola emosi dan perilaku di masa dewasa, sementara inner child  yang sehat bisa membuat hidup lebih hangat dan bahagia.
Kabar baiknya, inner child bisa disembuhkan dengan kesadaran, kasih sayang pada diri sendiri, dan kadang bantuan profesional. Menyembuhkan luka inner child juha bisa mencegah luka serupa pada generasi berikutnya dengan memenuhi kebutuhan emosional anak sejak dini. Dengan begitu, kita tidak hanya menyembuhkan diri, namun juga membangun generasi yang lebih sehat secara emosional.

***

Sumber bacaan:

Verywell Mind (2023), Inner Child Work: How Your Past Shapes Your Present – menjelaskan apa itu inner child dan kenapa penting untuk dipahami.

Healthline (2020), Healing Your Inner Child: 8 Steps to Heal Your Inner Child – panduan praktis langkah-langkah penyembuhan inner child.

PsychPlus (2023), The Inner Child Theory Explained and How to Heal Yours – membahas teori inner child dan cara mulai menyembuhkannya.

CPD Online (2022), What are the Emotional Needs of a Child? – menguraikan kebutuhan emosional anak agar tumbuh sehat.

Mental Health America, What Every Child Needs for Good Mental Health – menekankan pentingnya kasih sayang, rasa aman, dan dukungan untuk kesehatan mental anak.

HealthyChildren.org (2021), Building Blocks for Healthy Mental and Emotional Development in Children – membahas pondasi perkembangan emosi anak.

John Bradshaw (1990), Homecoming: Reclaiming and Healing Your Inner Child – buku klasik tentang konsep inner child dan cara healing.


Senin, 08 September 2025

PENTINGNYA SADAR KESEHATAN MENTAL BAGI PARA IBU


Menjadi ibu adalah peran yang sangat penting sekaligus penuh tantangan. Dari mulai mengurus rumah, mengasuh anak, mengaktualisasikan diri, hingga berperan di lingkungan sosial, semuanya menyatu dalam tubuh yang bernama "IBU". Namun seringkali kesehatan mental ibu justru terabaikan karena fokus ibu lebih banyak diberikan pada kebutuhan orang lain. Padahal, menyadari pentingnya kesehatan mental bagi ibu adalah kunci untuk menjaga keharmonisan keluarga dan kualitas hidup secara menyeluruh.

***

Beberapa waktu belakangan ini, saya cukup dikagetkan dengan kasus depresi yang dialami oleh salah satu tetangga yang juga cukup dekat dengan saya. Beliau ini seorang ibu tangguh yang baik pemahaman agamanya, senang membantu orang lain dan aktif dalam kegiatan kemasyarakatan. 

Dugaan sementara penyebab depresi beliau adalah trauma mental di masa remaja yang belum tuntas disertai beban pikiran yang menumpuk. Tahun ini, anak keduanya, satu-satunya anak perempuan, yang biasa rajin membantunya mulai masuk pesantren. Dia tinggal bersama suami, anak laki-laki sulung, dan dua anak laki-laki yang masih berusia dini. Sementara itu, kebutuhan keluarga semakin besar. Penghasilan suami dianggap belum mencukupi. Puncaknya ketika dia memutuskan untuk memulai usaha di kampung halamannya di Bandung. Tentu saja hal ini akan membuatnya berjauhan dengan suaminya yang harus bekerja di Depok. Sebenarnya saya agak meragukan keputusan tersebut mengingat ia adalah tipikal perempuan yang tak bisa berjauhan dengan suami dan keluarganya.

Benar saja, sebelum berangkat ke Bandung, penyakit lambungnya kambuh hingga terserang gejala tipes. Setelah sembuh, ia tetap memaksa berangkat ke Bandung. Belum genap sepekan di sana, gejala depresi sudah mulai nampak sampai akhirnya dibawa kembali ke rumah oleh suaminya. Akhirnya dengan bantuan dan dorongan dari warga, kawan saya itu segera di bawa ke rumah sakit untuk mendapatkan penanganan  yang tepat. Alhamdulillah, tidak sampai dua pekan, ia sudah bisa pulang dan cukup menjalani rawat jalan.

Kisah di atas bukan satu-satunya di perumahan kami. Sebelumnya seorang ibu yang lain juga mengalami depresi berat yang sampai saat ini belum pulih. Melihat hal ini, ditambah dengan banyaknya berita tentang ibu yang banyak mengalami depresi bahkan hingga tanpa sadar menghilangkan nyawa anak-anaknya yang masih bayi, membuat saya menyadari, seorang ibu memang sangat rentan dengan serangan depresi, apalagi jika ibu itu tidak menyadari pentingnya sadar kesehatan mentalnya.

Seberapa penting menyadari kesehatan mental bagi seorang ibu?

Ibu adalah Pusat Emosi Keluarga

Harus disadari bahwa ibu merupakan pusat emosi keluarga. Suasana hati ibu berpengaruh besar pada lingkungan keluarga. Ketika ibu dalam kondisi tenang dan sehat secara emosional, anak-anak akan merasakan kenyamanan. Sebaliknya ketika ibu mengalami lelah berkepanjangan atau suasana emosi yang tidak baik, hal tersebut akan memengaruhi suasana hati seluruh anggota keluarga. Ibu harus menyelesaikan trauma mental yang pernah dialami di masa lalu agar ia bisa menjalani hidup tanpa membawa beban yang sewaktu-waktu bisa meledak saat ada pemicunya.

Hindari Stres Berkepanjangan

Tugas ibu seringkali tidak ada habisnya. Mulai dari bangun tidur hingga malam, selalu ada tanggung jawab yang harus dilaksanakan. Tanpa kesadaran menjaga kesehatan mental, ibu rentan mengalami stres, kelelahan emosional, bahkan depresi. Dengan menyadari kondisi mentalnya, ibu dapat mengenali kapan dirinya butuh istirahat, kapan harus berbagi tugas, dan kapan sebaiknya meminta bantuan.

Teladan bagi Anak

Anak-anak belajar mengelola emosi melalui contoh nyata yang mereka lihat di rumah. Ibu yang mampu menjaga kesehatan mentalnya dengan baik akan memberikan pelajaran yang berharga bagi mereka dalam menghadapai masalah ketika mereka sudah dewasa.

Meningkatkan Kualitas Hubungan

Ibu yang sehat mentalnya lebih mudah membangun komunikasi yang positif, baik dengan pasangan maupun anak. Hubungan yang hangat, penuh pengertian, dan minim konflik tercipta karena ibu mampu mengelola emosinya dengan baik. Ketika hubungan dalam keluarga berjalan dengan baik, ibu akan memilliki kesempatan yang lebih besar untuk bisa membangun hubungan yang baik dengan lingkungan yang lebih luas.

Menghargai Diri Sendiri

Sadar kesehatan mental juga berarti ibu belajar menerima bahwa dirinya tidak harus selalu sempurna. Meminta bantuan, mengambil jeda untuk diri sendiri, atau sekadar menekuni hobi bukanlah bentuk kelemahan, melainkan cara mencitai diri sendiri. Ketika ibu bahagia, seluruh keluarga pun merasakan manfaatnya.

Kesadaran akan kesehatan mental bukanlah sesuatu yang mewah melainkan kebutuhan dasar bagi setiap ibu. Dengan menjaga keseimbangan pikiran dan perasaan, ibu dapat menjalankan perannya dengan lebih tenang, penuh kasih sayang, dan berdaya. Karena pada akhirnya, ibu yang sehat mentalnya adalah pondasi kokoh bagi seluruh anggota keluarga.

***