Aku memilih
diam, engkaupun begitu
Sejak kita
tak lagi bisa biasa, kita mulai diam
Sejak kau
tebarkan jala, dan hati yang penat terjerat
Aku hanya
diam, meski rindu mulai menggulung pilu sepanjang waktu
Rindu, yang
tak kunjung berujung temu.
Saat tatap
mata menjadi getar, atau senyuman berubah binar
Kala janji
menunggu pasti, atau sapa merobek resah
Aku hanya
diam dan engkaupun demikian
Aku terpaksa
diam, meski air mata tlah letih menyusut perih
Meski malam
tak pernah sepi menjurai bayang sepanjang gemintang
Dan roncean
ragu bertukar pilar dalam genta penantian
Tak lekang,
tahun demi tahun terlewatkan dalam diam
Aku diam,
saat ku tahu engkau tak hendak menyata kisah
Beribu tanya
tak berjawab bergelimpangan tanpa arah
Torehan
sejarah tak mampu menjangkau fakta
Fatamorgana
menjarah mimpi, dan aku terdiam
Diamku kini
adalah menata hati
Diammu itu
hanya engkau yang tahu
Yang pasti
kumengerti, engkau tak lagi memilihku
Bermain
cinta dalam diam
Kita tlah
berbeda rasa
Aku tetap
dengan rinduku dan engkau dengan jenuhmu
Namun satu
yang tak pernah berubah
Kita tetap
diam
Sepi, tanpa
kata
Jakarta, 25 September
2013