Selasa, 17 September 2013

Dibalik Kamboja Jepang




 Aku mengernyitkan keningku.
“Udah ku-copy-in,” katanya. Laki-laki teman kuliahku itu menyodorkan foto copy bahan kuliahan buatku.
“berapa?” tanyaku.
“Nggak usah.”
Haduh. Pasti ada udang dibalik rempeyek nih. Mau ditolak kan sayang, mubadzir. Mau diterima, ntar ada buntutnya deh. Ya udah terima aja, yang lain urusan belakang.
Sejak itu ia rajin memberikan foto kopian bahan kuliah dan menyambangi kost-an ku yang juga kost-an temen2nya. Kami ngobrol bareng rame2. Rasanya feelingku setahun lalu atas ‘kecelakaan’ di Gunung Bromo menjelang ulang tahunku yang ke 19 menjadi kenyataan. Kukatakan kecelakaan karena niatku pergi ke Bromo rame-rame dengan teman-teman perempuanku kandas dan terpaksa pergi sendiri bersama teman-teman sekelas yang tak terlalu akrab termasuk dia. Itu benar-benar awal aku mengenal dia yang sesungguhnya. Tapi dia bukan tipe pria idamanku. Jauuuh banget. Kurus, item, rambut gondrong, keriting lagi (saat itu). He he he he sorry yang punya tipe sama. Tak ada kesan yang tertinggal di hatiku sampai kopian bahan kuliah itu membanjiri mejaku.
Ngeyel sekali orang ini. Aku tahu duitnya pas-pasan. Tapi kopian untukku tak pernah telat. Kunjungannya juga tak pernah absen. Rajin pula mengintipku yang sedang menjemur baju di lantai 2 yang memang pas lurus dengan kamar kostnya.
Setahun kemudian, saat ulang tahunku yang ke 21, Kamboja Jepang merah muda itu menghampiriku. Tunggu dulu, bukan sebuah rangkaian atau sebuah  pohon dalam pot yang indah, tapi hanya SELEMBAR FOTO dengan sebaris kata “I DO HOPE YOU WILL LIKE IT.”
Sekeras-kerasnya batu, tetap kalah oleh tetesan air yang terus menerus. Barangkali pepatah itu berhasil mengenai diriku. Atau barangkali suasana hatiku yang sedang tidak kondusif mengijinkannya mendekati ruang batinku. Yang jelas Tuhan telah menakdirkan laki-laki itu menyertai jalanku. Laki-laki yang tak pernah sekalipun terlintas dalam benakku akan mendampingi hidupku. Bersamanya kami memiliki 4 mutiara yang menghadirkan keramaian rumah kami. Laki-laki yang ternyata sangat penyayang terhadapku dan anak-anak kami. Yang meskipun sangat tak romantis seperti bayanganku, tapi penuh cinta dan tanggung jawab. Laki-laki yang kala sejenak ia tak ada, separuh nyawakupun terbawa. Laki-laki yang terus kumohonkan untuk bersamaku hingga akhir hayatku.


Terima kasih Cinta. Atas segala yang telah kau hadirkan dalam hidupku selama 16 tahun bersamamu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar