Minggu, 22 September 2019

IIP Kuliah Bunda Sayang, I Love Math, Math Around Us (1)


Dalam bayangan saya sejak kecil, matematika itu ya angka. Sebenarnya saya sih enggak ada masalah dengan angka. Waktu SD juga nilai matatika selalu hampir sempurna. Tapi SD jaman saya itu jangan dibayangin kayak sekarang ya. Dulu saya ya belajar matematika sederhana saja, penambahan, pengurangan, perkalian, pembagian, akar, pangkat dll. Belum ada rumus matematika yang ruwet. Lalu masuk SMP masih okelah. Dan entah sejak kapan saya mulai pusing dengan angka. Sepertinya sih sejak SMA yang mulai ruwet dengan rumus-rumus kompleks. Atau bisa jadi karena banyak orang bilang, matematika itu momok, pas pelajarannya juga susah, jadilah tertanam dalam diri saya, angka itu bikin pusing. Qodarullah kemudian saya bekerja berkecimpung dengan angka. Ya bisa sih, tapi saya menjadi kurang maksimal pas berkaitan dengan angka.
Sampai sekarang setelah saya resign dari pekerjaan, saya tetap malas berhubungan dengan angka. Kalau disuruh menghitung yang rumit, paling saya jawab, hitung sendiri deh, atau langsung buka kalkulator. 
Lain lagi dengan paksu. Sampai SMA, nilai matematikanya selalu jeblok sampai kakak iparnya yang doaen matematika turun tangan khusus memberi les matematika. Hasilnya, nilai matematikanya mulai meroket. Jadi lumayanlah kalau anak-anak tanya soal matematika, tinggal lempar ke paksu untuk menyelesaikannya.
Sayangnya anak-anak lebih menyerupai emaknya tidak suka matematika. Jadi tantangan saya membuat anak ke 5 yang masih baby agar kelak bisa menyukai matematika.
***
Hari ini kebetulan teman-teman eonnie main ke rumah setelah pemantaban di sekolah. Memasuki jam makan siang, saya mulai memutar otak untuk menyiapkan makan siang buat mereka sementara saya sedang repot tidak bisa memasak dengan maksimal. Akhirnya saya gorengin saja sosis. Saat mereka tanya boleh ambil sosis berapa, saya jawab ambil terserah. Maksud saya ya ambil secukupnya. Kan gak enak kalau dibatasin. Lupalah sama usia mereka yang sedang 'semego'. 4 orang gadis kecil itu pun makan dengan lahap. Tak lama mbak Firda datang mengadu, mama sosisnya tinggal 2. Mamah sih bilang ambil terserah. Saya cuma bisa nyengir, dan sesaat setelah mbak Firda ke belakang lagi, ia kembali mengadu, malah tinggal 1, langsung takcomot daripada gak kebagian. Saya pun ngakak. Menertawakan diri sendiri yang tidak memanfatkan kesempatan mencintai matematika pada eonnie. Seharusnya kan saya bisa bilang, berapa jumlah sosisnya, bagi saja dengan jumlah orang yang ada, itulah yang boleh kamu ambil. 
Namun saya memang belum terbiasa mencintai matematika. Bahwa ternyata matematika ada dimana-mana dalam kehidupan kita.

#hari1
#Tantangan10hari
#GameLevel6
#MathAroundUs
#kuliahBunSayIIP

Tidak ada komentar:

Posting Komentar