Senin, 04 April 2016

Islam Bukan Agama Pengemis



Setiap hari saat berangkat kerja, aku melewati sebuah masjid yang di depannya terdapat panitia pembangunan masjid yang meminta sumbangan. Setahun yang lalu saat pertama kalinya permintaan sumbangan itu, masjid memang sedang dalam tahap renovasi dan perluasan ke lantai 2. Para pengguna jalan terlihat antusias memberikan sumbangan. Selain memang diniatkan sedekah, barangkali melihat arsitektur masjid yang memang bagus. Aku sendiri sangat suka melihat arsitekturnya sehingga selalu menjadi perhatian setiap melintas dan tahu sudah sampai mana tahap pembangunannya berlangsung. Tak perlu waktu lama, renovasi masjid itupun selesai. Masjid berdiri dengan megah.
Namun, meskipun renovasi masjid telah usia, panitia masjid masih juga meminta sumbangan. Kali ini aku tak tahu untuk apa mereka meminta sumbangan. Apakah untuk operasional masjid? Jika benar demikian, haruskah? Sedemikian besarnyakah operasional masjid sehingga harus meminta sumbangan di tengah jalan?
Setali tiga uang dengan masjid itu, di depan pintu gerbang stasiun kereta tempatku aku naik KRL menuju ke kantor, ada dua orang bapak tua yang juga meminta sumbangan untuk masjid yang berbeda, entah masjidnya di mana. Yang mengusik pikiranku, permintaan sumbangan itu telah berlangsung bertahun-tahun. Tepikir dalam benakku, alangkah megahnya masjid yang dibangun hingga perlu waktu bertahun-tahun belum selesai juga. Aku tidak mempertanyakan benar atau tidaknya peruntukan sumbangan itu. Benar atau tidak, itu urusan mereka dengan Allah.
Di lain hari, saat melintas di jalan yang lain, ada pula permintaan sumbangan dalam rangka peringatan hari besar Islam. Alangkah sedihnya. Rasulullah tak pernah menyuruh ummatnya untuk memperingati hari-hari besar Islam, apalagi dengan memaksakan diri sampai-sampai harus meminta sumbangan di sepanjang jalan. Jika memang tak ada biaya, lakukan saja dengan sederhana, yang penting makna peringatan tersebut dapat dijadikan tonggak peningkatan keimanan.
Mengapa Islam jadi seperti agama yang suka meminta? Padahal Rasulullah jelas mengatakan bahwa tangan di atas lebih baik dari pada tangan di bawah.
Tolonglah wahai pengelola masjid ataupun panitia peringatan hari besar Islam, jangan mudah menadahkan tangan yang pada akhirnya akan mencoreng agama Islam! Masjid boleh saja megah, tapi apakah sebanding dengan ummat Islam yang sholat berjamaah di dalamnya. Di masjid yang aku lewati itu, jamah sholatnya hanya 3 shaff. Dan ini sudah termasuk hebat di banyak masjid lain sering kali hanya 1 shaff. Mengapa berlomba-lomba membangun masjid yang megah jika pada akhirnya masjid itu tinggal berdebu karena yang sholat di sana hanya segelintir orang saja. Kalau sekedar untuk operasional masjid saja kiranya bisa dicari cara lain. Selain kotak amal yang diletakkan di masjid, bisa juga dengan membuka usaha yang dikelola pengurus masjid seperti yang telah dilakukan oleh beberapa masjid.
Semoga ke depan semakin banyak ummat yang tidak gampang menadahkan tangan meskipun untuk kepentingan agama. Aamiin.
***
#odopfor99days
#day66


1 komentar:

  1. good post mbak, ini terjadi juga di tempat sekarang saya bertugas, bisa enam lokasi sekali jalan

    BalasHapus