Setiap
hari saat berangkat kerja, aku melewati sebuah masjid yang di depannya terdapat
panitia pembangunan masjid yang meminta sumbangan. Setahun yang lalu saat
pertama kalinya permintaan sumbangan itu, masjid memang sedang dalam tahap
renovasi dan perluasan ke lantai 2. Para pengguna jalan terlihat antusias
memberikan sumbangan. Selain memang diniatkan sedekah, barangkali melihat
arsitektur masjid yang memang bagus. Aku sendiri sangat suka melihat
arsitekturnya sehingga selalu menjadi perhatian setiap melintas dan tahu sudah
sampai mana tahap pembangunannya berlangsung. Tak perlu waktu lama, renovasi
masjid itupun selesai. Masjid berdiri dengan megah.
Namun,
meskipun renovasi masjid telah usia, panitia masjid masih juga meminta
sumbangan. Kali ini aku tak tahu untuk apa mereka meminta sumbangan. Apakah
untuk operasional masjid? Jika benar demikian, haruskah? Sedemikian besarnyakah
operasional masjid sehingga harus meminta sumbangan di tengah jalan?
Setali
tiga uang dengan masjid itu, di depan pintu gerbang stasiun kereta tempatku aku
naik KRL menuju ke kantor, ada dua orang bapak tua yang juga meminta sumbangan
untuk masjid yang berbeda, entah masjidnya di mana. Yang mengusik pikiranku,
permintaan sumbangan itu telah berlangsung bertahun-tahun. Tepikir dalam
benakku, alangkah megahnya masjid yang dibangun hingga perlu waktu
bertahun-tahun belum selesai juga. Aku tidak mempertanyakan benar atau tidaknya
peruntukan sumbangan itu. Benar atau tidak, itu urusan mereka dengan Allah.
Di
lain hari, saat melintas di jalan yang lain, ada pula permintaan sumbangan dalam
rangka peringatan hari besar Islam. Alangkah sedihnya. Rasulullah tak pernah
menyuruh ummatnya untuk memperingati hari-hari besar Islam, apalagi dengan
memaksakan diri sampai-sampai harus meminta sumbangan di sepanjang jalan. Jika
memang tak ada biaya, lakukan saja dengan sederhana, yang penting makna
peringatan tersebut dapat dijadikan tonggak peningkatan keimanan.
Mengapa
Islam jadi seperti agama yang suka meminta? Padahal Rasulullah jelas mengatakan
bahwa tangan di atas lebih baik dari pada tangan di bawah.
Tolonglah
wahai pengelola masjid ataupun panitia peringatan hari besar Islam, jangan
mudah menadahkan tangan yang pada akhirnya akan mencoreng agama Islam! Masjid
boleh saja megah, tapi apakah sebanding dengan ummat Islam yang sholat
berjamaah di dalamnya. Di masjid yang aku lewati itu, jamah sholatnya hanya 3
shaff. Dan ini sudah termasuk hebat di banyak masjid lain sering kali hanya 1
shaff. Mengapa berlomba-lomba membangun masjid yang megah jika pada akhirnya
masjid itu tinggal berdebu karena yang sholat di sana hanya segelintir orang
saja. Kalau sekedar untuk operasional masjid saja kiranya bisa dicari cara
lain. Selain kotak amal yang diletakkan di masjid, bisa juga dengan membuka
usaha yang dikelola pengurus masjid seperti yang telah dilakukan oleh beberapa
masjid.
Semoga
ke depan semakin banyak ummat yang tidak gampang menadahkan tangan meskipun
untuk kepentingan agama. Aamiin.
***
#odopfor99days
#day66
good post mbak, ini terjadi juga di tempat sekarang saya bertugas, bisa enam lokasi sekali jalan
BalasHapus