Rabu, 18 Desember 2019

IIP Kuliah Bunda Sayang, Game Level 8: Kecerdasan Finansial

Rekeki itu pasti, kemuliaanlah yang harus dicari.
Kemuliaan Anak Meningkat
dengan cara :
a. Anak paham konsep harta, bagaimana memperolehnya dan
memanfaatkannya sesuai dengan kewajiban agama atas harta tersebut.
b. Anak bertanggungjawab atas pengelolaan keuangan sendiri.
c. Anak terbiasa merencanakan (membuat budget) berdasarkan skala
prioritas.
d. Anak bisa membedakan antara kebutuhan dan keinginan.
e. Anak memiliki rasa percaya diri dengan pilihan "gaya hidup" sesuai
dengan fitrahnya, tidak terpengaruh dengan gaya hidup orang lain.
f. Anak paham dan punya pilihan hidup untuk menjadi employee, self
employee, business owner atau investor.

Bagaimana Cara Menstimulasi Kecerdasan Finansial
pada Anak?
Photo by Acharaporn Kamornboonyarush from Pexels
1. Anak-anak perlu dipahamkan terlebih dahulu bahwa rezeki itu datang
dari Sang Maha Pemberi Rezeki, sangat luas dan banyak, uang/gaji orang
tua itu hanya sebagian kecil dari rejeki.
Sehingga jangan batasi mimpi anak, dengan kadar rezeki orang tuanya
saat ini.
Karena sejatinya Anak-anak adalah milik Dia Yang Maha Kaya, bukan milikNya
Sehingga jika anak akan minta sesuatu yang diperlukan anak, atau
memimpikan sesuatu, ajak ia untuk meminta hanya pada Dia Yang Maha
Kaya, bukan ke manusia, meski itu orangtuanya.
2. Ajak anak berdialog tentang arti KEBUTUHAN dan KEINGINAN
Kebutuhan adalah sesuatu yang tidak bisa ditunda
Keinginan adalah sesuatu yang bisa ditunda.
Bantu anak-anak membuat skala prioritas kebutuhan hidupnya
berdasarkan dua hal tersebut di atas.
3. Setelah paham dengan prioritas kebutuhan hidupnya, maka latih anak
untuk membuat "mini budget", sebagai bentuk latihan merencanakan
berdasarkan skala prioritas.
Mini budget ini bisa dibuat 3 harian, 1 minggu atau 1 bulan bergantung
pada kemampuan dan usia anak.
Dengan adanya mini budget ini anak akan berkomitmen untuk mematuhi
apa yang sudah disepakati, kemudian bertanggung jawab menerima
konsekuensi apapun atas kesepakatan yang sudah dibuatnya
4. Anak dilatih mengelola pendapatan berdasarkan ketentuan yang
diyakini oleh keluarga kita.
Contoh: Apabila mini budget sudah disetujui oleh orangtua, dana sudah
keluar, anak-anak akan belajar memakai ketentuan yang sudah disepakati
keluarga misal kita ambil contoh sebagai berikut:
Hak Tuhan: 2,5 - 10% pendapatan
Hak orang lain: max 30% pendapatan
Hak masa depan: min 20% pendapatan
Hak diri sendiri: 40-60% pendapatan
5. Lakukan apresiasi setiap anak menceritakan bagaimana dia
menjalankan mini budget sesuai kesepakatan.
Latih lagi anak-anak untuk membuat mini budget berikutnya dengan lebih
baik.
Prinsipnya adalah : Latih - percayakan - jalani - supervisi - latih lagi.
***
Di level ini, sejujurnya saya berada di titik antara bingung, jenuh, dan repot membagi waktu. 
Bingung mau mulai darimana. Pertama karena ini game yang sudah pernah dipelajari dan sudah dipraktekkan ke anak-anak alias sekarang sesi ulangan. Yang kedua karena anak-anak sudah besar-besar dan beberapa tidak berada di rumah. Tapi its okay karena masih ada kekurangan disana sini, mungkin saya bisa memfokuskan pada kekurangan pembelajaran kecerdasan finansial pada anak-anak selama ini.
Selama ini saya selalu mengajarkan kepada anak2 bahwa setiap rejeki yang diberikan oleh Allah kepada kita ada hak orang lain disana. Maka hak tersebut harus ditunaikan. 
Anak-anak juga sudah terbiasa menabung. Bentuk tabungannya ada yang di bank, ada yang di celengan, ada juga yang dititip ke ayah atau mama. Tabungan di bank, tidak boleh diambil kecuali kebutuhan darurat. tabungan celengan dan yang dititip silahkan dikelola sendiri.
Mbak Firda, sudah kuliah. Sudah terbiasa mengelola keuangan sendiri sejak di pesantren. Bahkan sudah bisa menghasilkan uang dari berjualan. Hasilnya digunakan untuk memenuhi kebutuhan dia sendiri.

Kakak Hasna, kelas 3 SMK. Paling hobby belanja online. Saya berikan rambu-rambu dalam berbelanja, bahwa dia harus bisa membedakan kebutihan dan keinginan plus saya tidak mau memberinya uang tambahan. Jadi hobi belanjanya harus dipenuhi dengan uangnya sendiri. 
Uang sakunya saya berikan setiap seminggu sekali. Saya juga menyampaikan, dengan keterbatasan keuangan keluarga dan banyaknya individu yang harus di akomodir, maka yang lebih diutamakan untuk dipenuhi adalah kebutuhan. Jika ingin memiliki keinginan silahkan tapi selektif dan dengan uang sendiri. Kadang anak perlu membuktikan sendiri. begitupun kakak. Ia belanja banyak barang yang berkaitan dengan idolanya. Eh pada akhirnya ia paham omongan saya tentang kebutuhan dan keinginan. Maka ia jual kembali semua barang-barangnya itu dan ia pun mengjasilkan banyak uang dari sana.

Mas Fatih, kelas 3 SMP, di pesantren. 
Paling pandai berhemat. Suka menolak jika diberikan uang tambahan. Uang sakunya sering utuh. Ia memenuhi kebutuhan jajannya dengan membantu teman-temannya belanja atau mencuci sepatu. Bahkan sering kali ia membelikan sesuatu buat kami di rumah saat perpulangan bulanan. Karena terharu, saya sering memberinya kompensasi dengan menambah uang tabungannya di bank.

Zalfa, kelas 6
Paling boros diantara saudaranya. Begitupun tabungannya di bank tetap paling besar, no 2 setelah mas Fatih. hobinya membeli mainan terutama squisy. Ia sisihkan sebagian uang sakunya untuk sedekah, baru jajan dan sisanya ditabung. Dulu ia suka menitipkan uang tabungannya di ayah, dan cepat banget habis lagi buat beli mainan. Sekarang ia belajar mengelola sendiri.

Review kali ini, mbak Firda sudah mulai mencatat pengelolaan keuangannya. Maklum tinggal di kost an.
PR saya adalah mengajarkan pada anak-anak yang lain untuk mencatat pengelolaan keuangan mereka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar