Kamis, 27 Februari 2020

IIP Kuliah Bunda Sayang, Game Level 11: Fitrah Seksualitas (Day 2)

Presentasi kelompok 2 dibawakan oleh:
1. Pramana Yuliya
2. Tia Nuratiah
3. Andira Putri Larasati
Tema yang dibawakan tentang Pendidikan Fitrah Seksualitas sejak Dini.

Dalam agama Islam, fitrah juga disebutkan sebagai berikut:
“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah), (tetaplah atas) Fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan atas fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahuinya.” QS. Ar Ruum : 30

Potensi peradaban yang didalamnya telah well installed potensi dari semua peran tiap manusia untuk menjalani misi hidupnya yaitu peran personal maupun komunal dalam rangka mencapai the purpose of life.
Pembagian Fitrah:
- Fitrah estetika dan bahasa
- Fitrah Bakat dan kepemimpinan
- Fitrah Perkembangan
- Fitrah individualitas dan sosialitas
- Fitrah keimanan
- Fitrah jasmani
- Fitrah belajar dan bernalar
- Fitrah seksualitas dan cinta

Ada 5 hal penting tentang pendidikan fitrah seksualitas sejak dini, yaitu:

1. Fitrah Seksualitas (Definisi) Fitrah Seksualitas adalah bagaimana seseorang bersikap, berfikir, bertindak sesuai dengan gendernya. Fitrah seksualitas keperempuanan adalah bagaimana seseorang perempuan itu berfikir, bertindak, bersikap, berpakaian dll sebagai seorang perempuan. Fitrah seksualitas kelelakian adalah bagaimana seseorang lelaki itu berfikir, bertindak, bersikap, berpakaian dll sebagai seorang lelaki.

2. Alasan memberi pendidikan fitrah seksualitas sejak dini:
- Bahaya akhir zaman
- Tingginya kasus perceraian, sosial patriaki, pornografi
- Hamil diluar nikah, aborsi dan korban kejahatan seksual
- Menjamurnya kaum Gay - Kejahatan Pedofilia
- Kekerasan seksual pada anak - Mendidik calon ayah dan calon pemimpin
- Fenomena media sosial - Ketidaktahuan tentang apa dan siapa itu Mahram
- Pubertas pada remaja

3. Tujuan Mengenalkan Fitrah Seksualitas pada Anak:
* membuat anak mengetahui identitas seksualnya,
* anak mampu berperan sesuai dengan identitasnya
* membuat anak mampu melindungi dirinya dari kejahatan seksual.

4. Tahapan Mengenalkan Fitrah Seksualitas pada Anak:
1. Usia pralatih (0-2 tahun, 2-6 tahun) Menyusui dengan ekslusif, tatap matanya, sentuh, peluk dengan cinta, bangun attachment Saat menyusui, hanya anak yang bisa melihat puting ibu. Bermain peran bersama Ayah dan Ibu Membiasakan menutup aurat anak, tidak melakukannya di tempat terbuka Orang tua tidak berhubungan seksual di ruangan yang sama. Mengenalkan anggota tubuh anak dengan nama sebenarnya Stimulus melalui permainan untuk mengenalkan perbedaan peran sesuai gender.
2. Usia pre aqil baligh awal (7-10 tahun) Ayah tuntun anak lelaki ke masjid dan ajak ke peran-peran sosial kelelakian termasuk peran menyeru agama Allah Latih logika dan cara berpikirnya melalui narasi yang dalam dan tajam Ayah jadilah idola bagi anak Ayah menjelaskan mimpi basah dan air mani Ibu tuntun anak perempuan ke peran keperempuanan Latih empati dan rasa seorang wanita melalui tugas kewanitaan Ibu, jadilah idola dan sumber cinta tiada batas bagi anak perempuan Ibu menjelaskan mengenai menstruasi dan perubahan fisik
3. Usia pre aqil baligh akhir (10-14 tahun) Anak laki-laki didekatkan dengan ibunya dan anak perempuan didekatkan dengan ayahnya
4. Usia aqil baligh (15 tahun keatas) Pada tahapan ini anak sudah mendapat beban syariat dan berubah stastusnya menjadi mitra orang tua. Anak sudah siap berperan sebagai ayah dan bunda sejati sebab sudah baligh.

5. Tantangan dan Solusi dalam Pengenalan Fitrah Seksualitas
Tantangan:
- Orang tua menganggap Tabu
- Kurangnya pengetahuan orangtua - Penjelasan orang tua tidak lengkap dan utuh
- Orang tua menyerahkan kepada sekolah

Solusi :
- Seminar parenting online/offline tentang persiapan pengenalan fitrah pendidikan anak
- Sebar flyer infografis tentang urgensi pendidikan fitrah seksualitas
- Update berita di media sosial tentang fitrah seksualitas
- Sekolah bekerja sama dengan orang tua

Terkait masalah gay, dan penyimpangan fitrah seksual semacamnya, orang tua harus menamkan "dogma" bahwa semacam gay, lesbian, dan biseksual itu dosa besar serta melarang mereka melihat hal2 spt hiburan yg menayangkan pria feminin yg memang udh sering ditayangkan.
Jika kita menilik lagi, perilaku Gay atau Homoseksual diakibatkan salah asuh (psyco genic) dan salah budaya (sosio genic) sehingga apabila anak sudah melihat atau mendengar dari lingkungan sekitar baik itu televisi atau di jalan atau dimana pun, orang tua perlu memberikan penjelasan yang tepat bagi usianya.
Jika anak masih bertanya, maka bisa.disampaikan bahwa mengubah ciptaan Allah itu berdosa. Dari sisi syari'ah juga jelas menolak keras, seperti cerita kaum sodom saat di Era Nabi Luth AS.

Sememtara itu, Gender adalah serangkaian karakteristik yang terikat kepada dan membedakan maskulinitas dan femininitas. Ketika seseorang anak usia dini, diajak berpikir apakah Ia lelaki atau perempuan sepatutnya Ia melihat kedua orangtuanya. Ia (sang anak) akan melihat apakah Ia sama dengan Ibu atau Ayahnya. Misal si anak lelaki, Ia secara fitrah seksualitas (gender) akan mencoba memiripkan fisiknya dengan Ayahnya. Ia akan mencoba mengikuti hobi Ayahnya. Laki laki dan perempuan itu otaknya berbeda. Secara fisiologis, pada otak perempuan ada semacam jembatan neuron antara lobus kanan dan kiri otak besar, sedangkan pada laki-laki tidak ada. Kedua lobus otak kita kan ditakdirkan untuk memikirkan hal dengan cara berbeda; satu secara logika dan satu secara estetika. Jadi kalau perempuan memang cenderung akan selalu menghubungkan satu hal dengan yang lainnya, sementara laki-laki tidak. Nah ini jadi menarik, karena secara fisik laki-laki akan berbeda dengan perempuan. Oleh karena itu, kita sebagai orangtua harus membantu anak-anak kita mendekatkan pada fitrah seksualitasnya masing-masing. Neurosains merupakan bidang ilmu yang mengkhususkan pada studi saintifik dari sistem saraf atau sistem neuron. Mempelajari ilmu ini dapat mengubah mindset manusia untuk berpikir secara ilmiah. Memahami karakter masing-masing individu juga dapat dipelajari dengan neurosains. Bagaimana cara pandang laki-laki dan perempuan terhadap suatu hal, perbedaan orientasi pemikiran laki-laki dan perempuan serta perbedaan emosi laki-laki dan perempuan juga dapat di pahami melalui neurosains. Bagian otak perempuan lebih tebal di bagian korteks celebri kiri di mana bagian ini cenderung menganalisa, detail, hitung-hitungan, dan teratur. Sementara pada laki-laki, mekanisme berbahasanya menggunakan otak kiri dan memiliki bagian korteks celebri kanan yang lebih tebal, di mana otak kanan adalah otak kreativitas yang berhubungan dengan musik, sport, game, imajinasi, intuisi, benda, warna, mungkin karena itulah laki-laki lebih jago teknologi dan cepat rileks.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar