Senin, 29 September 2025

Literasi, Mulai dari Mana?


Ketika mendengar kata literasi, sebagian besar orang langsung membayangkan kemampuan baca tulis. Padahal, literasi jauh lebih luas dari sekadar mengeja huruf atau menulis kata. Literasi mencakup kemampuan memahami, mengolah, dan memanfaatkan informasi dalam kehidupan sehari-hari. Namun, literasi baca tulis tetap menjadi fondasi utama. Tanpa kecakapan membaca dan menulis yang baik, literasi lain, seperti literasi numerasi, sains, digital, bahkan finansial, akan sulit berkembang.

Sayangnya, fenomena anak yang hanya bisa membaca tanpa memahami isi bacaan semakin banyak terjadi. Anak mampu melafalkan kata demi kata, tetapi gagal menangkap pesan yang ingin disampaikan teks. Ini tentu berbahaya, karena tujuan utama membaca bukanlah sekadar lancar menyuarakan huruf, melainkan memahami makna, lalu mampu mengaitkannya dengan pengalaman hidup.

Di sinilah peran orang tua dan pendidik menjadi kunci. Banyak orang tua masih terjebak pada ambisi semu: ingin anak cepat bisa membaca, lalu memasukkannya ke bimbingan belajar. Anak memang cepat mengeja, tetapi tidak tumbuh kecintaan terhadap membaca. Stimulasi yang tepat, penuh kesabaran, dan menyenangkan jauh lebih berharga daripada sekadar kecepatan.

Minimnya buku di rumah pun bukan alasan. Bahkan satu buku anak bisa digunakan berkali-kali dengan pendekatan kreatif. Salah satunya melalui project based book. Misalnya, anak usia PAUD membaca buku tentang hewan, lalu membuat topeng kertas berbentuk hewan favoritnya. Anak SD membaca cerita tentang tumbuhan, kemudian menanam biji kacang dan mencatat pertumbuhannya. Anak SMP membaca novel petualangan, lalu menuliskan ulang akhir cerita sesuai imajinasinya. Semakin tinggi usia, proyek bisa semakin kompleks: resensi buku, pembuatan komik, hingga diskusi kritis tentang isu dalam bacaan.

Pendekatan seperti ini tidak hanya melatih pemahaman membaca, tetapi juga menumbuhkan kreativitas, rasa ingin tahu, dan keterampilan berpikir kritis. Anak akan merasakan bahwa membaca bukan beban, melainkan jendela ke dunia yang lebih luas.

Jadi, masih maukah kita membiarkan anak-anak hanya sekadar bisa membaca tanpa benar-benar mengenal literasi? Jawabannya ada di tangan kita. Mari mulai dari rumah, dengan langkah sederhana, konsisten, dan penuh cinta. Jangan lupa teladan orang tua adalah paling utama.

***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar