Sabtu, 28 Januari 2017

Feeling, Timing, and Winning



Saat masih di kantor, mas Fatih menelepon saya dan mengatakan kalau sedang kesal dengan adik. Napasnya memburu. Ini warning karena pertanda mas Fatih sedang tidak bisa mengelola emosinya. Selain itu dia minta ijin untuk main tap.  Sudah pasti tidak bisa saya ijinkan karena dalam kondisi emosi yang tidak stabil, tab atau HP akan memperparah keadaan tersebut.  Disamping itu, keluarga kami juga menerapkan standard pagi dan sore. Anak-anak hanya boleh main HP jika sudah selesai semua urusan dan kewajibannya, mandi, makan, sholat, ngaji dan menyiapkan pelajaran. Itupun hanya boleh main di hari libur saja.
Sesampainya di rumah, suami bercerita bahwa tadi mas Fatih main tab. Saya tidak lantas buru-buru menanyakan persoalan tersebut. Saya bebersih badan, makan dan sholat, kemudian berkesempatan berdua di kamar dengan mas Fatih. Sambil tersenyum saya tanya kenapa tadi kesal sama adik? Ternyata karena dia jatuh dari motor sewaktu bonceng adik. Motor sudah berhenti tapi adik malah goyang-goyang. Mendengar itu suami yang tiba-tiba masuk ikut ambil bagian ingin menyalahkan Mas Fatih tapi saya tahan. Saya bilang, mama mengerti kamu marah dan kesal. Tapi orang kesal itu tidak bisa berpikir dengan baik jadi harus dilawan kesalnya dengan istighfar.setelah beberapa waktu saya biarkan mas Fatih memahami apa yang saya sampaikan, dia mulai bisa menguasai emosinya dan saya ajak keluar berkumpul bersama yang lain. Sayang sekali, saat dia duduk di lantai dan suami duduk di kursi tepat di belakangnya, suami kembali mengungkit bahwa dia telah melanggar larangan ayah untuk tidak bonceng siapapun. Mas Fatih yang perasa oun menangis. Untungnya keadaan segera bisa dinetralisir dengan meminta suami tak membahas itu sekarang. Saya melihat emosinya sudah lebih baik dibanding sebelumnya.
Setelah semua tidur, tak lupa saya check apakah sudah tidur beneran ataukan masih melakukan aktifitas lain. Ternyata kakak Hasna masih sama
Pada saat sebelum tidur, saya coba berdiskusi dengan suami membahasa permasalahan mas Fatih dan pentingnya ilmu berkomunikasi dengan anak. Suami memang belum terlalu memahami, namun kami sepakat, untuk urusan mas Fatih, saya yang akan menangani sehingga tidak terjadi salah paham. Mas Fatih hanya membutuhkan saat yang tepat untuk berdiskusi tentang permasalahannya.
Saya semakin bersemangat untuk konsisten feel their feeling ditambah Timing yang tepat sebelum berkomunikasi dengan anak-anak dan suami. Hasilnya adalah kemenangan.
Mengecek kembali anak-anak yang sudah berangkat tidur di kamar nya masing-masing menjadi penutup hari yang sempurna.

#hari4
#tantangan10 hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip

Tidak ada komentar:

Posting Komentar