Delia uring-uringan terus
beberapa hari ini. Kata ibunya, ia akan mempunyai bapak baru. Anak tunggal yang
tak pernah mengenal bapak sejak bayi itu semestinya senang. Tapi sang ibu yang
juga tengah terluka hatinya, tak pandai mencari celah agar si anak bisa
menerima kabar mengejutkan itu.
“Awas lo Del, punya ayah tiri
nggak enak. Nanti kamu dipukuli atau diperkosa.” Duh jahat sekali tetangganya
berkata lugas pada gadis cilik berumur 6 tahun. Ia tak mengerti hiruk pikuk
pernikahan. Yang ia tahu ibu tiri itu kejam seperti yang sering ia lihat di
televisi. Kalau bapak tiri? Apakah sama kejamnya?
Sang ibu tak sempat menenangkan
putri kecilnya yang resah sementara batinnya pun tengah terkoyak. Sekali lagi harus
menikahi lelaki beristri. Entah apa yang berkecamuk dalam benak ayahnya.
Pernikahan pertamanya dengan sebagai istri kedua hanya bertahan 2 tahun. Istri
pertama suaminya selalu merongrong dirinya. Tak tahan dengan segala teror, ia
memutuskan kembali ke rumah orang tuanya membawa membawa bayi perempuan
kecilnya. Dan kini, setelah luka itu baru terobati, kembali ada lelaki yang
telah beristri menghendakinya menjadi istri kedua. ‘Apakah aku memang
ditakdirkan untuk menarik perhatian para lelaki beristri?’ pikirnya. Seharusnya
sebagai seorang janda ia berhak menolak pernikahan itu. Tetapi kerasnya hati
sang ayah tak mampu membuka mulutnya untuk bahkan berkata tidak. Kesulitan
ekonomi mungkin menjadi alasan ayahnya untuk memaksanya.
Ibu Delia hanya bisa pasrah.
Menjadi janda memang taklah mudah apalagi dengan wajah cantik yang dikaruniakan
pencipta padanya. Lelaki hidung belang tak pernah sepi mengganggunya. Bahkan
saudara iparnya pernah hendak mencabulinya. Air mata rasanya tak pernah kering
melumuri lukanya.
Maka Delia pun berjuang sendiri,
mencari jawaban, menerjemahkan takdir. Delia tumbuh memberontak. Penolakan
terhadap bapak barunya membuat ia sering melawan dan mengajarinya berkata
kasar. Pukulan demi pukulan sang ibu yang luka saat Delia meliar menjadi
makanan wajib baginya hampir setiap hari. Tangisnya seringkali baru berhenti
saat guyuran air membasahi seluruh tubuhnya. Dingin. Yang ia tak tahu, ibunya
mengguyur dalam deraian air mata menahan luka. Dua perempuan yang sama-sama
terluka. Isaknya baru berhenti bersamaan dengan lelapnya dalam pelukan sang ibu.
‘Maafkan ibu, Del.’
***
#ODOPfor99days
#day15
Tidak ada komentar:
Posting Komentar