Selama lima
kali masa kehamilan, aku hampir tidak pernah mengalami ‘mabok’ trimester
pertama ataupun ngidam makanan. Kalau sekedar ingin makan sesuatu, ya biasa
saja seperti saat tidak sedang hamil. Yang unik adalah saat hamil anak pertama,
entah kenapa aku suka sekali menggigit tangan suami. Tidak sekedar menggigit
sayang, lho. Menggigit beneran dengan keras.
Bila orang
ngidam makanan, setelah berhasil makan biasanya rasa itu sudah hilang, namun
berbeda denganku yang tetap berkeinginan menggigit suamiku kapanpun aku mau
hingga kehamilan berusia sekitar 6 bulan. Alhamdulillah suamiku sangat
pengertian. Dengan rela ia memberikan tangannya untuk kugigit dengan keras.
Sambil mengerahkan tenaga dan menahan napas agar tak terlalu sakit, ia
‘menikmati’ gigitanku. Maaf ya, sayang, aku tidak bisa menahan untuk tidak
menggigitmu dan meninggalkan bekas gigitan di lenganmu yang pengkuh.
Repotnya,
suatu kali keinginan menggigit itu datang saat sedang di kantor. Terpaksa aku
hanya bisa ‘geget-geget (mengatupkan gigi dengan keras). Sampai di rumah,
barulah dilampiaskan pada tempatnya.
Untungnya pada
kehamilan berikut-berikutnya, meskipun tetap ada, keinginan untuk menggigit tidak
separah pada kehamilan yang pertama. Kasihan juga ya suamiku kalau terpaksa
kenyang dengan gigitanku. Maka hingga sekarang bila tiba-tiba aku menggigit
tangannya, dia langsung meledek “Hamil lagi ya, Ma?”
Selain hobi
menggigit tangan suami, semenjak kehamilan anak pertama pula aku jadi
keranjingan nonton bola dan balapan. Padahal sebelumnya aku tak pernah suka
nonton acara olah raga. Sampai kami pikir, mungkin anak yang sedang kukandung
laki-laki. Eh, ternyata perempuan. Suami tentu saja sangat senang karena ada
teman nonton. Apalagi saat itu sedang rame-ramenya Liga Italia dan pada
kehamilan kedua, dua tahun berikutnya berbarengan dengan Piala Dunia. Sampai
malampun kuat nonton bareng suami.
Anehnya,
setelah kehamilan yang ke lima, aku kembali tak terlalu suka nonton
pertandingan bola. Berbeda dengan Moto GP dan F1 yang tetap suka sampai
sekarang.
Ada 3 hal
yang dapat aku simpulkan dari pengalaman ngidamku. Ngidam tak ada kaitannya
dengan jenis kelamin yang dikandung. Biarpun ngidam bola dan balapan, jenis
kelamin anakku lebih banyak perempuan (3 perempuan satu laki-laki; kehamilan ke
empat keguguran).
Ngidam juga
tak berhubungan dengan kesukaan anak dalam kandungan. Ke empat anakku hanya
yang laki-laki yang suka main bola. Dan hanya anak ke 4 yang saat batita sangat
antusias nonton balapan. Sayangnya semakin ke sini sedikit berkurang. Jadi
kembali berdua saja dengan suami saat nonton balapan.
Yang
terakhir, ngidam bila tak keturutan tidak terkait dengan anak ngiler. Buktinya,
ngidamku yang semuanya keturutan, semua anakku ya tetap ngeces sekali-sekali,
namanya juga anak-anak. Seiring dengan bertambah usia, sudah pasti mereka sudah
bisa mengendalikan pengeluaran air liur sehingga tidak ngeces sembarangan.
Jadi jangan
takut ngidam dan jangan terlalu memanjakan ngidam. Jalani saja dengan happy dan
wajar. Selagi bisa dituruti ya kenapa tidak? Hitung-hitung bukti kasih sayang
suami. Tapi kalau sampai ngidamnya membahayakan atau memalukan seperti pengen
mencium botak seseorang, yang tak perlulah diturutkan.
Salam ngidam J
#ODOPfor99days #day3
Hihihi... kocaaak, Mbaaak...
BalasHapusHi hi hi... Mbak Liiiiss, miss u much. Miss your story...
HapusDulu pas hamil anak pertama pengen banget makan lontong kupang dan sate kerang. Baru keturunan pas udah 7 bulan karena sekalian pulang kampung. Itu juga cuma sate terangnya. Lontong kupangnya malah baru kebeli pas anak kedua udah umur setahun hehe
BalasHapusBtw untungnya suaminya baik dan pengertian...jadi nurut aja di gigit sama mbaknya...