Selasa, 16 Februari 2016

Pemulung Intelek

Pemulung,  mungkin bukan sebuah pekerjaan yang dicita-citakan banyak orang. Tapi sejak lama aku  telah menyandang jabatan istimewa itu, dan aku bangga karenanya.
Sejak usia sekolah aku sudah suka mengumpulkan segala macam barang termasuk barang-barang bekas, mulai perangko, pasir dari segala tempat yang pernah aku kunjungi, kotak bekas, gelas aqua, dll.
Saat itu dalam benakku belum ada istilah kepedulian lingkungan karena memang belum ngetrend istilah itu. Bumi juga relatif hijau dan nyaman. Sawah masih banyak, langitpun masih biru (jadi ketahuan kalau sudah tua deh he he he). Bagiku hanya sayang saja melihat barang-barang yang masih bagus dibuang begitu saja. Jika aku kumpulkan, siapa tahu suatu saat bisa dimanfaatkan. Resikonya memang rumah menjadi penuh dengan 'simpanan ajaib:.
Benar saja, semua simpanan ajaib itu selalu berubah menjadi sesuatu yang bermanfaat. Kayu bekas bisa menjadi rak kecil tempat keramik-keramik kecil suvenir pernikahan. Kardus bekas menjadi tempat buku bahkan tas, gelas aqua bekas menjadi suvenir pernikahan, buku bekas menjadi buku baru, dan banyak lagi yang lain.
Kebiasaanku terus berlanjut hingga berumah tangga. Kepedulian terhadap lingkungan yang semakin gencar digaungkan dimana-mana membuatku lebih bersemangat dalam memulung. Aku tak hanya memulung di rumah, di kantorpun kebiasaanku itu terus menjadi. Kotak snack, wadah-wadah makanan yang menarik, sendok plastik, dan apa saja yang bisa dimanfaatkan kembali aku kumpulkan. Jika sudah banyak baru kubawa pulang untuk dimanfaatkan.
Di rumah, telah tergelar sebuah tikar yang terbuat dari kardus susu uht. Ada pula tirai dari gulungan brosur dan manik bekas. Celengan dari kardus susu dan kardus-kardus lain tinggal pilih. Tempat bumbu dari botol bekas juga ada. Belum lagi banyak mainan dari barang bekas yang kubuat bersama anak-anak.



Meskipun begitu aku merasa belum puas dengan apa yang telah kubuat. Pertama, virus pemulungku belum meluas. Yang kedua, semua yang kuhasilkan tadi belum terkelola dengan professional. Semua aku buat secara otodidak. Dalam hal tertentu , pengetahuanku tentang daur ulang sampah sangatlah kurang. Karena itu, tahun 2016 ini, aku bertekad memperdalam ilmu pemulungku sekaligus menularkan virus pemulung setidaknya ke di seluruh komplek di perumahan tempat tinggalku. Anggap saja ini sebuah resolusi. Dan sudah pasti, virusku itu akan kutularkan di blog ini satu persatu.
Semoga siapapun yang membaca tulisan ini mau mengaminkan resolusiku itu.
So, jadi pemulung intelek, siapa takut?
***
#odopfor99days
#day32
#pemulung


Tidak ada komentar:

Posting Komentar