Semestinya malam ini purnama
Nyatanya, purnama hanya temaram
Bukan,
bukan mendung yang menghalang purnama
Tapi banyak purnama kecil menyilaukan mata
Di rumah-rumah itu
Di kantor-kantor itu
Di tempat-tempat hiburan itu
Dan di sepanjang jalan kota yang ramai lalu lalang kendaraan
Bukan,
bukan kabut yang menghalang purnama
Tapi asap knalpot dari ribuan atau bahkan jutaan moda
Motor yang seperti lebah keluar dari sarangnya saat lampu hijau menyala
Lalu meliuk-liuk kiri kanan tak peduli jalurnya di sebelah kiri
Mobil yang merayap disepanjang jalan tol, yang ternyata tak bebas hambatan
Bukan,
bukan pula rinai yang menghalang purnama
Tapi asap kebakaran hutan yang tak jua sirna
Menyesakkan dada yang sudah sesak
Asap pabrik dari menara yang menjulang, pekat dan berbau karat
Taman kota tak lagi mumpuni menghalau asap-asap laknat
Jalur hijau tergusur, pohon-pohon ditebang
Karena prestise, estetis, dan rupiah, katanya
Maafkan aku, Anakku
Hanya bisa bercerita di peraduan,
Mendongeng sebelum engkau terlelap
Tentang purnama yang terang di langit gelap
Tentang gemintang yang berkilauan seperti berlian
Lintang panjer sore, Waluku, Biduk , Gubung Penceng
dan gugusan Bimasakti
Aku tak lagi bisa mengajakmu ke halaman, menikmati purnama bersama
Bermain dengan sebaya sepertiku kala itu
Karena purnama tak lagi seterang dulu
Semestinya malam ini purnama….
Tapi tidak di kotaku.
***
#odopfor99days
#day37
Tidak ada komentar:
Posting Komentar