Selasa, 02 Februari 2016

Sehari Tanpa Gadget

Gadget memang sudah menjadi kebutuhan pokok jaman sekarang. Apalagi harga smartphone sudah semakin terjangkau. Di kendaraan umum, di public area, di kantor, di mana-mana, orang lebih asyik dengan gadget daripada memperhatikan sekeliling. Banyak yang tak lagi menyadari bahwa kebiasaan mereka bercengkrama dengan gadget itu sering kali mengganggu orang lain bahkan terkadang membahayakan dirinya sendiri.

Apa jadinya sehari saja tanpa gadget?

Hari ini aku berangkat ke kantor diantar suami ke stasiun seperti biasa. Ditengah jalan, ban motor suami tiba-tiba kempes lagi setelah kemarin juga mengalami kempes sehingga aku harus melanjutkan perjalananku ke stasiun dengan angkot. Berbeda dengan kemarin, kali ini aku tidak langsung mendapat angkot. Alhasil akupun ketinggalan kereta yang biasa kunaiki dan harus puas bisa naik kereta setelahnya yang biasanya rangkaiannya lebih pendek dan lebih penuh penumpangnya. Padahal aku sedang membawa barang yang lumayan berat untuk ditenteng.
Begitu naik kereta, aku baru menyadari bahwa aku telah melupakan smartphone-ku yang sedang di charge di meja. Padahal aku perlu untuk menghubungi jemputan kantor yang menunggu di stasiun tujuanku. dan hari ini aku juga harus mengikuti rapat di kantor hingga malam yang artinya aku bisa sampai jam sepuluh malam baru sampai rumah dan aku perlu memberitahu suami kapan dan dimana aku harus dijemput.
Bismillah, aku berbaik sangka dengan kejadian ini. In sya Allah semua akan baik-baik saja. Smartphone bukan Tuhan. Aku pernah tidak punya hp dan hidupku baik-baik saja. Aku pernah terjebak dalam kerumunan massa kampanye sebuah partai di tahun 1999, dan aku tetap baik-baik saja, suami tetap bisa menemukanku sehingga aku bisa pulang dengan selamat. Aku hanya perlu berpikir positif dan berdoa pada yang Maha Mengatur Segalanya.
Aku kemudian teringat tips dari mbak Diah Shalira agar kita senantiasa bersemangat setiap hari, diantaranya adalah mencari nikmat yang kita terima setiap pagi minimal 10 kenikmatan dan mensyukurinya serta meyakini bahwa apapun yang kita terima dan alami pada hari itu adalah yang terbaik yang diberikan Allah kepada kita.
Di atas kereta, aku mulai menghitung kenikmatan yang kualami pagi ini. Aku bangun dalam kondisi sehat, bisa menyiapkan sarapan dan bekal anak meskipun hanya menghangatkan masakan kemarin dan menggoreng martabak telor, anak-anak bersikap manis dan tidak rewel, aku bisa bernapas bebas, dll. Meskipun aku tidak bisa tilawah seperti biasa di smartphoneku, aku baca saja al ma'tsurat dan surat-surat yang aku hapal.
Diluar dugaan, tak berapa lama aku berdiri di kereta, mbak yang berdiri di sampingku menyilahkan aku duduk saat penumpang di depannya turun. Alhamdulillah. Aku doakan dia dengan doa terbaik.
Next step. Mencapai jemputan tepat waktu. Waktu semakin merambat mendekati jadwal keberangkatan bus jemputan. Alhamdulillah kereta tidak ditahan sama sekali baik di Manggarai maupun Gambir. Tinggal 2 menit lagi. Aku mengambil posisi dekat pintu agar cepat keluar, sayangnya kereta masih penuh dan saat berhenti aku berada di posisi yang jauh dari tangga, terpaksa mengantri turun tangga ditambah antrian di gate out. Sudah lewat 2 menit dari jadwal. Aku tetap menjaga keyakinanku bahwa Allah akan menolongku. Aku berlari menuju tempat parkir bus, tepat saat itu bus bergerak. Beruntung ada teman yang melihatku berlari sehingga buspun segera berhenti menungguku. Sekali lagi alhamdulillah, aku tidak ketinggalan meski napas terengah.
Sampai di kantor aku mencoba menghubungi suami lewat email. Sampai siang tidak ada balasan. Akhirnya pinjam hp teman untuk mengabarkan. Masalah selesai sementara waktu, tinggal memikirkan bagaimana aku pulang nanti. Aku mencari teman kantor yang searah agar nanti bisa minta tolong mengabarkan suami bahwa keretaku sudah hampir sanpai dan suami bisa mengira-ira waktu kedatanganku.
Realitanya semua berjalan melebihi harapanku. Setelah naik taksi ke Manggarai bersama teman, langsung dapat kereta bakik sehingga aku bisa duduk dan temanku tadi bisa mengabarkan kepada suami bahwa aku sudah dekat. Alhamdulillah, akupun selamat sampai rumah tepat pukul 22.00 WIB.
Jadi sehari tanpa gadget? It's fine. Ada atau tidak ada gadget jangan menjadikan kita menjadi tidak kreatif, menjadi makhluk asosial dan egois, apalagi menghamba kepada gadget. Tapi sebaliknya, kitalah tuannya gadget. Kita yang bisa mengatur agar gadget hanya sebagai alat bantu dan bukan memperbudak kita.
Pada setiap harinya, keluarga kami juga sudah menerapkan 1821, free gadget saat pukul 18.00-21.00 WIB. Alhamdulillah, bisa menambah kedekatan dengan keluarga.
Semoga semua kejadian hari ini semakin menambah keyakinanku terhadap kebesaran Allah dan menjadikanku lebih mawas diri dan teliti.

#odopfor99days
#day22

Tidak ada komentar:

Posting Komentar