Jumat, 05 Februari 2016

[Puisi] Maafkan Ibu, Anakku

Maafkan Ibu, Anakku
Ibu tak dapat menemanimu setiap waktu.
Pagi-pagi ibu harus pergi meninggalkanmu,
Membantu Bapak mencari nafkah keluarga
Kami bermimpi engkau dan saudara-saudaramu bisa hidup dengan layak
Mencicipi sekolah berkualitas yang tak hanya mengajarkan pengetahuan
namun juga akhlak dan kesopanan.
Kadang Ibu merasa bersalah tak membentuk sendiri kepribadianmu di masa emasmu.
Ibu dengar di sebuah negri, tempat penitipan anak ada di mana-mana,
Para ayah dan ibu bisa menemani buah hatinya hingga balita,
susu formulapun tak guna karena ASI senantiasa ada.
Maafkan Ibu, Anakku
Jika engkau sakit, ibu hanya bisa memelukmu sesaat
Membawamu ke dokter, lalu pergi lagi mempercayakanmu pada khadimat.
Meski hati ibu tetap bersamamu dan lantunan doa tak pernah putus ibu lantunkan,
Ibu tetap merasa tak cukup.
Ibu bagai seorang pesakitan yang terpaksa bekerja meski hati bagai terbelah.
Itu semua tak lebih atas nama remunerasi dan kedisiplinan
Atas nama upah dan kebutuhan.
Sungguh ibu iri bila di sebuah negri
Para ayah dan ibu boleh mengambil cuti demi sang buah hati yang tengah menahan nyeri.
Biaya berobatpun bukanlah sebuah beban dalam hati.
Maafkan Ibu, Anakku
Ibu seringkali tak ada saat engkau belajar,
Mengerjakan tugas yang mungkin terasa berat olehmu setelah seharian engkau telah dijejali teori dan kurikulum yang tak bersahabat
Atau pula ketika engkau memilih tontonan media yang dengan mudah tersedia.
Ibu takut engkau belajar yang tidak seharusnya
Kekerasan dan pornografi seperti banyak teman kecilmu yang bertingkah bak orang dewasa.
Maafkan Ibu, Anakku
Terkadang ibu tak dapat menahan amarah bila engkau sedikit nakal
Ibu tak berhak menghakimimu meski dengan alasan lelah dan beban yang teramat berat di pundak ibu
Engkau hanya seorang anak yang meminta haknya untuk diperhatikan.
Maafkan ibu anakku
Ibu tak selalu bisa mendongeng sebelum tidurmu
Terkadang ibu hanya mampu mengucapkan selamat tidur lewat telepon genggam
Lalu sedikit kecupan saat tiba dirumah, dan tak lama terlelap memeluk tubuh mungilmu
Ibu rindu padamu anakku
Seperti rindumu yang terpancar pada sorot matamu
Tapi sekali lagi maafkan ibu, anakku
Negri kita belum banyak berpihak padamu dan anak-anak lainnya
Pada nurani kami ibu-ibu yang berada pada dilema.
Berita kejahatan, perceraian, perselingkuhan, kenakalan remaja dan pornografi
Menjadi sarapan sehari-hari media dan televisi
Ibu sungguh ngeri dan berkata dalam hati
Mungkin para petinggi negri ini belum mengerti
Semuanya berawal pada kasih bunda yang tercerabut paksa,
Pun lingkungan dan media yang dengan bebasnya menyajikan segala
Ibu terus bermimpi anakku
Surga di sebuah negri yang pernah ibu dengar itu, akan tercipta ditanah kita
Meskipun entah………
***

(untuk mutiara-mutiara kecilku: Firda, Hasna, Fatih, dan Zalfa)
#odopfor99days #day25

Tidak ada komentar:

Posting Komentar