Jumat, 18 Maret 2016

Dimana Kamu Mbak?

Kurang dari 100 hari menjelang Ramadhan, entah kenapa tiba-tiba aku mengingatnya. Seorang perempuan mungil yang penuh senyum. Aku mengenalnya sebagai penjual tissue di stasiun Juanda. Kala itu, pedagang asongan dan pengemis masih bebas berkeliaran di area stasiun.
Si mbak, begitu aku memanggilnya, dengan menggendong bayinya plus balitanya yang mengikutinya kemanapun ia melangkah, dengan setia menawarkan tissue. Biasanya para penumpang yang membeli selalu melebihkan pembayaran kepadanya. Dia tidak meminta-minta, tapi demi melihat kondisinya yang kurus bersama anak-anaknya itu, banyak yang jatuh iba.
Seringkali aku membeli tissuenya bukan karena butuh tapi karena kasihan. Rupanya dia hapal denganku. Ia senantiasa menyapaku setiap bertemu. "Neng..." begitu sapanya sambil tersenyum.
Kebijakan pun berganti. Pedagang dan pengemis dilarang naik ke lantai 2 stasiun tempat penumpang menunggu kereta. Si mbak masih menjual tissue, tapi sekarang di dekat tangga eskalator yang menuju ke lantai 2. Mungkin pendapatannya sedikit berkurang karena penumpang banyak yang terburu-buru. Jika melihatku naik eskalator, ia akan menyapaku. Terkadang ia juga menjual hiasan dinding.
Menjelang lebaran 2 tahun lalu, aku menyempatkan memberinya bingkisan lebaran. Ia terlihat senang sekali. Kemudian pada hari pertama aku masuk kantor setelah lebaran, ia menghampiri dan menyalamiku. "Maaf lahir batin ya, Neng," ucapnya sambil tersenyum. Aku membalas sapanya sambil tersenyum pula. Sungguh saat itu sebenarnya aku ingin berbincang dengannya. Namun keinginan untuk segera pulang dan bertemu dengan buah hatiku membuatku memilih memburu kereta. Sebuah pilihan yang akhirnya kusesali sampai kini dan entah sampai kapan.
Rupanya hari itu hari terakhir aku melihatnya. Keesokan harinya, kebijakan stasiun semakin ketat dalam penataan stasiun. Tak ada lagi pedagang liar di area stasiun. Setiap aku lewat stasiun, aku senantiasa mencari sosoknya, siapa tahu ia berpindah tempat. Tapi tak pernah ada. Akupun tak tahu harus bertanya kepada siapa karena pedagang yang biasa berjualan disekitarnya pun tak ada lagi.
Sungguh sampai hari ini aku masih berharap bertemu dengannya. Aku merindukan senyuman dan sapaan khasnya. Entah kenapa aku sangat mengkhawatirkan keadaannya. Di mana kamu, Mbak?
Dimanapun kamu, semoga Alloh melindungimu dan keluargamu. Aamiin.
***
#odopfor99days
#day55

Tidak ada komentar:

Posting Komentar