Rabu, 02 Maret 2016

Oleh-oleh dari Talkshow Pesantren Impian

Mengikuti acara talkshow film Pesantren Impian bersama Asma Nadia dan artis pendukung filmnya pada hari Selasa 1 Maret 2016, ada dua pelajaran berharga yang aku dapatkan yaitu mengalahkan rasa takut dan pesan moral dalam novel yang diangkat ke layar lebar tsb.

1. Mengalahkan rasa takut
Sebagai seorang dengan karakter hijau kekuningan, begitu kata assesor yang pernah membimbingku, aku lebih suka tampil di belakang layar dan sangat tidak suka berada di kerumunan orang yang tidak dikenal dengan baik. Jika pun bisa, itu artinya aku harus mengerahkan energi yang cukup besar. Namun aku tak mau mengalah begitu saja dengan ketakutanku itu.
Belakangan ini, aku menantang diriku sendiri untuk mengalahkan rasa takut itu. Tak lain tak bukan karena aku tengah mempersiapkan diri untuk menghadapi masa-masa tak lagi menjadi orang kantoran dengan melahap ilmu-ilmu praktis dan mengikuti komunitas yang menunjang passionku.
Mengikuti talkshow Pesantren Impian merupakan salah satunya. Bahkan demikian besarnya aku mencoba fokus bahwa aku akan baik-baik saja di sana meskipun tak ada teman yang kukenal, tetap saja aku salah fokus dan hampir salah jalan saat akan keluar dari kantor menuju tempat acara.
Sampai di tempat, acara sudah dimulai. Hanya tersisa satu kursi paling belakang. Pas. Dari sanalah ide membuat tulisan tentang talkshow ini muncul. Aku bisa melihat banyak hal yang mungkin tak dilihat orang lain, misalnya seorang nenek yang duduk di sebelahku. Aku mencoba mengira apa gerangan tujuan dia datang di acara ini. Ada juga seorang anak SD yang pemberani. Juga para peserta yang datang dari berbagai latar belakang dan wilayah. Bahkan ada yang sampai merelakan uang bulanannya demi datang ke acara tersebut. Sayangnya, karena aku belum bisa tuntas melawan rasa tidak nyaman, aku tak dapat menghasilkan gambar mereka untuk menunjang semua ide itu.
Tapi pun aku telah belajar dari sana, bahwa rasa takut menghadirkan ketidaknyamanan, dan ketidaknyamanan mengakibatkan tidak maksimalnya kreatifitas otak.
So, aku harus terus berlatih melawan rasa takut itu.

2. Pesantren Impian
Hikmah ke dua, aku bisa menemukan bacaan bagus sekaligus film bagus yang akan tayang perdana pada tanggal 3 Maret 2016. Jujur aku datang di acara ini hanya ingin mendengar langsung tips dan trik menulis dari seorang Asma Nadia yang luar biasa. Sayangnya, keinginanku itu tak banyak terpenuhi. Sedikit kecewa, tapi berbekal nasihat bahwa setiap kejadian selalu ada hikmahnya, maka akupun bisa melihat banyak hikmah di sana.
Aku belum membaca novel Pesantren Impian, bahkan aku baru tahu tentang novel ini beberapa hari lalu saat membaca sharing teman tentang iklan talkshow ini.
Di sana aku bisa melihat, betapa aku juga dan mungkin banyak orang di luar sana menginginkan pesantren impian sebagaimana gambaran dalam novel Asma.
Aku melihat saat ini banyak sekali pesantren dan sekolah Islam Terpadu tidak lagi berjalan pada koridor seharusnya. Bukan fokus pada pendidikan akhlak tapi banyak yang  lebih fokus 'meraup rupiah' dan berlomba menepuk dada, ini lo pesantren/sekolah ku yang terbaik, bisa begini begitu. Ditambah lagi dengan guru dab ortu yang tidak memahami pendidikan anak yang benar, jadilah hak biasa jika di pesantren banyak yang pacaran, tak lagi takut hukuman. Banyak pula yang merokok, bahkan berkelahi dan narkoba. Dan pada akhirnya anak-anak yang lulus dari sekolah/pesantren yang semacam itu hampir tidak dapat apa-apa. Bahkan ada seorang teman yang lulusan sekolah IT ternama bisa melenceng akidahnya hingga tak lagi sholat 5 waktu. Naudzubillah
Pesantren impian ini sedikit banyak mewakili kerinduanku akan pesantren yang sesungguhnya.
Semoga pesabtren impian ini bisa menggugah para pengelola sekolah/pesantren atau yang akan mendirikansekolah/pesantren untuk dapat melaksanakan secara riil visi dan misi tertulis mereka yang sesungguhnya sudah bagus swhingga akan lahir generasi-generasi Qur'ani yang berakhlak mulia.
***

#odop for99days
#day43

Tidak ada komentar:

Posting Komentar