Jumat, 18 Maret 2016

Sekolah Impian

Seorang Asma Nadia bermimpi tentang pesantren yang ideal, yang bisa merubah yang rusak menjadi baik, yang membekali akhlak, ilmu agama dan sederatan ilmu dunia beserta segala fasilitas yang memadai. Dan itu semua free!
Seorang aku, ibu dari empat anak yang tengah bertumbuh, pun punya mimpi tentang sekolah dan pesantren ideal buat anak-anakku.
Sebelum menentukan pesantren buat anak-anakku, terlebih dulu aku melakukan survei terhadap beberapa pesantren yang sesuai dengan visi misi keluarga, terjangkau dari sisi finansial, dan jarak yang tak terlalu jauh agar memudahkan saat mudifah. Sayang sekali, pesantren-pesantren dengan visi misi yang sesuai, menetapkan biaya yang selangit. Terpaksa menggigit bibir yang tak bersalah. Kata mereka, investasi akhirat bunda. Ya, betul. Tapi masih ada tiga adiknya menunggu giliran sebentar lagi.
Akhirnya terpilihlah pesantren 'ideal' itu. Bismillah, semoga ini yang terbaik untuknya, untuk kami.
Jauh panggang dari api. Pesantren ideal yang katanya modern itu memang sangat bersih tempatnya. Rapi dengan fasilitas memadai. Namun aku tak mendapatkan yang kuharapkan. Disiplin pesantren diserahkan pada kakak kelas yang menyimpan dendam warisan saat harus mematuhi disiplin dari angkatan sebelumnya. Sudah bisa dipastikan disiplin macam apa yang diterapkan. Ustadz dan ustadzahnya pun kebanyakan masih baru lulus. Belum terisi bijak dan sabar. Padahal targetku tak pernah muluk-muluk. Akhlak mulia dan hafidz Qur'an.
Aku terpaksa mengelus dada.
Beberapa pesantren lain dengan biaya yang cukup tinggipun setali tiga uang. Sekolah IT pun tak jauh beda. Maka benar apa yang dikatakan bunda Elly Risman bahwa pesantren dan sekolah IT memang tidak menjamin pendidikan akhlak. Banyak yang bersekolah disana tetap saja pacaran, tawuran, merokok, dan melakukan kenakalan remaja lainnya. Tak jarang begitu lulus seperti merdeka, yang tadinya bergamis rapi sekarang bercelana jeans meskipun masih berkerudung. Naudzubillah.
Madrasah anak memang bukan di sana, tapi ada pada ibu. Ibulah madrasah yang sesungguhnya. Pesantren dan sekolah hanya sarana yang membantu ibu mewujudkan anak-anak yang berakhlaqul karimah. Apalagi dengan kondisi sekarang dimana pesantren dan sekolah kebanyakan tak lebih dari sekedar ajang bisnis dan melupakan tujuan mulianya mencetak generasi Rabbani.
Maka aku, bertekad menjadi madrasah yang lebih baik buat anak-anakku. Semoga Allah meridhoi. Aamiin
***
#odopfor99days
#day54

Tidak ada komentar:

Posting Komentar