Jumat, 04 Maret 2016

Mutiara-Mutiara #2


Cerita sebelumnya #1

2.  Pertunangan
Seharian ini Ara uring-uringan. Semua orang terlihat salah di matanya. Ara sendiri tak mengerti apa yang telah membuatnya kesal tanpa alasan. Kabar pertunangan Faiz yang ia dengar kemarin sore terasa sedikit mengganggu gerak tubuh dan pikirannya sejak semalam dan terus terbawa hingga saat ini.  Melihat Faiz tersenyum saja saat diledekin oleh teman-teman lelakinya, Ara seperti tercekik. Keusilannya lenyap begitu saja. ‘Ada apa sih, dengan diriku?’ batin Ara getas. Faiz bukan siapa-siapa. Hanya salah satu sahabat dekat. Tak lebih.

Tidak semua teman kantor diundang dan tidak ada undangan khusus. Hanya  disampaikan secara lisan oleh Faiz kepada pimpinan dan teman-teman dekat saja, termasuk Ara. Faiz tampak agak aneh ketika menyampaikan undangan itu.

Sebenarnya Ara malas untuk pergi, tetapi ia penasaran untuk bisa melihat sendiri seperti apa cantiknya tunangan Faiz. Apakah benar secantik seperti yang digunjingkan para cowok penggosip itu.

Sabtu malam itu, Ara datang bersama Fadia ke acara pertunangan Faiz. Ia mengenakan rok hijau lembut dengan atasan salem berenda. Rambutnya yang panjang, lebat dan hitam yang biasa dikuncir kuda, kali ini dibiarkan lepas tergerai. Anggun. Sangat berbeda dengan kesehariannya di kantor. Tak ada riasan khusus di wajahnya, hanya bedak dan pemulas bibir tipis. Tapi Ara sungguh tampak sangat menawan malam itu. Fadia pun sampai berkomentar memuji penampilannya.

Tiba di sana, acara sudah hampir dimulai. Acara pertunangan yang cukup meriah namun sangat sederhana untuk ukuran keluarga Faiz maupun Sarah yang notabene sangat kaya. Kedua orang tua Faiz dan Sarah adalah kolega bisnis. Dan karena sering bertemu itu mungkin cinta bersemi diantara keduanya disamping memang kedua orang tuanya sepakat sejak dulu untuk menjodohkan anak-anak mereka demi melanggengkan persahabatan mereka. Andai mereka tahu, Faiz sengaja meminta agar acara pertunangan itu dilangsungkan sederhana saja karena sesungguhnya Faiz menjalaninya dengan setengah hati.

Malam itu, Faiz terlihat sangat tampan dengan jas hitamnya. Entah apa yang berkecamuk dalam hati Ara saat melihat tunangan Faiz yang memang sangat cantik. Sebelum acara pemasangan cincin, Faiz sempat melihat kedatangan Ara. Matanya bersinar melihat penampilannya yang sungguh berbeda dengan kesehariannya. Ara terlihat begitu mempesona. Sayang, keadaan tak memberinya kesempatan menatap Ara lebih lama.

Saat ramah tamah tiba, Faiz berbasa-basi sebentar dengan kawan-kawan lelakinya kemudian mengambil kesempatan mendekati Ara yang sedang sendirian menikmati hidangan. Tidak menikmati sebenarnya, hanya sekedar berpura-pura menikmati agar tak ada yang memperhatikan gelisah yang sejak tadi menyapa hatinya. Demi melihat Faiz mendekat,  ia menjadi salah tingkah. ‘Ada apa denganku?’

“Kau lain sekali malam ini, Ara,” ujar Faiz sambil menatap Ara penuh kekaguman.

Ara tersipu, merona. Hatinya berbunga.

“Jangan ngeluarin rayuan gombal, ah. Ntar tunanganmu cemburu mendengarnya.”

Faiz tidak membalas perkataan Ara hanya menatapnya tajam beberapa saat. Ada kerlip bintang di mata Faiz. Ara semakin salah tingkah.

”Kenapa sih, Faiz? Ada yang aneh ya dengan dandananku?”

Faiz tersenyum. Entahlah. Senyum itu seperti menyiratkan sejuta makna.

“Nggak ada yang aneh dengan penampilanmu. Seandainya setiap hari kau seperti ini. Pasti banyak yang ngejar-ngejar kamu.”

“Emangnya aku tukang ngemplang, trus diburu-buru debt collector gitu? Lagian kamu bakal kehilangan satu kerjaan tuh. Narikin rambut aku.”

“Iya ya. Jadi susah mau ngejahilin kamu, gak ada kuncir kudanya.”

“Eh, tuh, tunanganmu nyamperin.”

Si cantik itu berjalan anggun menghampiri Faiz. Wajahnya penuh binar kebahagiaan dan langsung menggandeng Faiz. Menatap curiga ke arah Ara.

“Sarah, kenalkan, ini Ara teman di kantor.”

Mereka berdua bersalaman. Ada kilatan tak suka di mata Sarah. Ara tahu diri.

“Aku gabung temen-temen dulu ya. Faiz, mbak Sarah, selamat atas pertunangannya.”

Dug, ada yang tercabik saat Ara mengucapkan kalimat itu. Ada apa sebenarnya dengan diriku? Faiz bukan siapa-siapa. Benarkah?
***
Next: Mutiara-mutiara #3http://mutiaramutiaraku.blogspot.co.id/2016/03/mutiara-mutiara-3.html?m=1

#odopfor99days
#day45

Tidak ada komentar:

Posting Komentar