Selasa, 15 Maret 2016

Trayek Angkot

Untuk kesekian kalinya, hari ini aku ditanya sama sopir angkot, "Turun mana, buk?"
Lho, apa yang salah dengan pertanyaan sopir angkot itu? Memang nggak ada jika pada situasi yang tepat. Masalahnya, pertanyaan itu dilontarkan padaku saat aku tinggal satu-satunya penumpang dan tujuanku memang sampai batas terakhir kesepakatan awal dengan sopir. Mungkin juga memang akunya lagi sensi kali ya?
Namun jika mau dirunut lagi, trayek angkot yang biasa aku naiki ini seharusnya dari Bojonggede sampai dengan Parung dengan jarak kurang lebih 17 km. Berapa ongkosnya? Tidak akan ada yang tahu berapa ongkos Parung-Bojonggede karena pada kenyataannya trayek angkot ini telah dibelah-belah menjadi beberapa bagian, Bojonggede-Tonjong, Bojonggede-Pasar Selasa, Bojonggede-Pura, Bojonggede-Inkopad, Inkopad-Parung. Jadi jika ada orang baru yang hendak naik angkot 117 ini harus nanya dulu sampai manakah tujuan akhir angkot tersebut. Jika sanpai salah naik, tak jarang para sopir itu marah-marah ditambah si penumpang yang salah tersebut harus membayar ongkos terjauh. Sudah jatuh tertimpa tangga pula.
Melihat kenyataan itu, jadi terpikir saja, apa gunanya trayek ya?
Jika memang dirasa trayek sejauh itu terlalu jauh, mengapa tidak dipecah secara resmi saja agar tak merugikan penumpang? Ah, sudahlah. Jika besok lagi jika pak sopir menanyakan pertanyaan yang sama, aku akan balik bertanya, "Ini angkot tujuan Tonjong kan?"
Untuk sementara, case closed.
***
#odopfor99days
#day52


Tidak ada komentar:

Posting Komentar