Senin, 14 Maret 2016

Sarimin

Sebenarnya aku lelah. Tapi majikanku tak kan mau tahu aku lelah atau tidak.
"Miiin....!!!"
Benar kaan... Dia sudah memulai rutinitasnya. Menyuruhku melakukan tugas ini itu.
"Sana ke pasar!"
Aku bergerak malas.
"Ayo cepat! Kalau nggak mau, nggak ada makanan untukmu."
Segera ku ambil tas yang biasa kubawa ke pasar, juga sepeda tua yang harus kukayuh dengan kaki kecilku yang lemah.
"Miiin....!!! Cepat ke sawah!"
Itu rutinitasku yang lain. Membawa cangkul dan topi sawahku. Setiap hari kami berkeliling menjajakan tawa yang tak lucu bagiku.
Entah kapan tugas-tugas berat itu berhenti membebaniku. Terkadang aku juga ingin bebas bermain dan menjelajahi alam. Apa daya aku tak punya siapa-siapa selain majikanku. Ia yang menjemputku di tempat penampungan itu. Sedang orang tuaku tak tahu entah di mana. Ia yang mengajariku bekerja macam-macam. Kurasa ia sayang padaku meskipun ia sering membentakku jika aku malas bekerja.
Suatu hari aku berniat kabur dari majikanku karena marah dengan perlakuannya padaku. Kebetulan saat itu ia lupa mengunci pintu. Mungkin ia sedang teramat lelah setelah seharian itu hanya sedikit rupiah yang terkumpul. Dan demi melihat wajah lelahnya yang tersuruk di atas dipan keras tanpa kasur itu, akupun tak kuasa melangkah. Bilamana dia akan hidup tanpa cucuran keringatku? 
Begitulah. Aku pun tetap di sini. Menjadi Sarimin setiap hari. Sarimin yang sama ada juga di kampung sebelah, di pinggiran kota sana, di bagian belahan lain pulau ini, dan di banyak tempat di negara ini. Mungkin jika tak ada lagi yang mau melihat aksiku, tak ada lagi yang bernama Sarimin.
Nguk...nguk...nguuk....!
***
#odopfor99days
#day51

Tidak ada komentar:

Posting Komentar